ch 2 (Fino)

4 1 0
                                    

Aku merasa sangat bosan dengan kelas 12 IPS yang selalu seperti pasar, benar - benar berisik dan tidak karuan. Dimulai dari dua orang perempuan yang bergosip ria di belakangku, lalu di belakang mereka ada sekelompok laki - laki yang tidur di lantai, dan beberapa dari sekelompok laki - laki ini memainkan handphone mereka secara sembunyi - sembunyi. Benar - benar kelas yang bising dan tidak karuan sampai - sampai rasanya aku ingin keluar dari suasana ini. Namun aku masih menghormati seorang kakak dari salah satu universitas ternama yang sedang menjelaskan tentang beasiswa di depan kelas sambil mencoret - coret papan tulis yang ada.

Entah apa yang merasuki ku, atau lebih tepatnya terbawa suasana di belakang, aku jadi mengantuk dan mulai meletakkan kepalaku di atas meja dengan tangan yang menopang dagu. Masih sambil memperhatikan kakak di depan tetapi sedikit termanggut - manggut karena mata ku sudah mulai tidak kuat untuk terbuka lebar. Namun tidak sampai 5 menit, tiba - tiba pundak ku di tepuk lumayan keras oleh seorang lelaki bertubuh cungkring dengan kulit sawo matangnya " Itu si Anita apa kabar? " Ucapnya. Nama nya adalah Fino, dia adalah 'mantan' sahabat sekaligus 'mantan' seseorang yang kusuka. Iya, pasti kalian juga pernah suka dengan sahabat sendiri bukan? Seperti kata orang, persahabatan lelaki dan perempuan pasti tidak ada yang tidak memakai hati alias terbawa perasaan. Pada kasus ini, yang terbawa perasaan adalah diriku.

==••==

Biar kuceritakan sedikit tentang Fino.

Pada awalnya, aku bahkan tidak mengetahui bahwa ada seseorang bernama Fino di kelasku. Ini adalah hal wajar karena diriku sendiri tidak suka bergosip dan takut untuk bersosialisasi pada saat itu. Aku mulai mengetahui Fino ketika satu - satunya teman dekatku berpacaran dengan Fino saat kelas 5 SD. Dari situ aku jadi mengetahui bahwa Fino adalah anak yang kurang dalam materi sehingga dia harus tinggal kelas saat kelas 2 SD.

Lalu tanpa sadar aku jadi dekat dengan Fino, mungkin karena dia pacarnya teman dekatku. Sayangnya hubungan mereka pupus saat pertengahan kelas 6 SD. Mereka putus, namun masih menjadi teman dekat. Fino sempat masih mengejar teman dekatku ini, namun setelah beberapa lama ia pun menyerah.

Lalu saat masuk SMP, aku merasakan suatu getaran hati kepada Fino yang selalu baik kepadaku, dia juga selalu duduk di sampingku untuk menemani ku yang kesepian karena kesulitan bersosialisasi. Namun di saat masuk SMP aku sudah menekatkan diri untuk memiliki banyak teman dan keluar dari zona nyaman.

Bisa dibilang rasa suka ini murni dari hatiku yang paling dalam, karena sebelumnya aku sempat suka dengan seseorang tetapi disebabkan oleh teman - teman yang selalu memasangkan aku dengan laki - laki ini. Hingga pada suatu waktu, Fino berkata bahwa dirinya tidak menyukai perempuan gemuk karena sempat ditanyakan apakah dirinya berpacaran dengan ku. Aku yang senang sejenak pun seperti di tampar oleh kenyataan pahit. Senang karena disangka berpacaran, sedih karena jawaban yang di lontarkan. Kenyataan diriku gemuk mulai menjadi rasa tidak percaya diri. Rasa sakit menjalar di dalam hatiku bagai ditusuk beribu - ribu jarum. Namun aku sadar bahwa tidak mungkin aku menjauhi dia begitu saja karena nantinya akan ketahuan jika aku menyukai dirinya.

Hari - hariku pun diisi oleh senang dan sedih dengan rasa suka yang masih belum luntur walaupun sudah disakiti. Tanpa disadari aku hanya dimanfaatkan oleh Fino, seperti dia meminjam uangku dan tidak mengembalikannya padahal ia anak orang kaya, aku dijadikan sebagai pengantar pesan kepada orang yang dia suka, ia meminta hadiah ulang tahun padaku tetapi tidak pernah memberiku hadiah, dan yang paling sering adalah aku sering dijadikan tempat curahan hatinya. Betapa bodohnya diriku karena rasa suka. Dan lebih buruknya, dia menganggapku seperti lelaki. Sebenarnya aku tidak masalah, namun aku merasakan betapa sakitnya pukulan anak laki - laki. Tidak, aku tidak di bully atau dijadikan samsak tinju, hanya saja terkadang Fino memukul lengan bagian atas ku dengan keras selayaknya ia bercanda dengan teman - teman lelakinya. Aku pernah protes kepadanya bahwa pukulannya terasa sakit, namun lagi - lagi ia membawa fisik ku yang menurutnya jika memiliki lebih banyak lemak maka tidak akan terlalu terasa sakit. Kalau boleh jujur, tidak hanya Fino yang berbuat demikian. Beberapa teman lelakinya yang juga dekat denganku pun berlaku demikian.

Lalu saat SMA awal, angkatan ku belajar secara online karena wabah yang menyebar hampir di seluruh dunia. Pada saat itu aku masih dekat dengan Fino, tetapi tanpa adanya rasa suka seperti saat SMP karena kekecewaan tentang kenyataan bahwa dia memanfaatkan ku. Namun aku dan dia sering videocall hanya untuk dirinya yang memamerkan trik vape.

Lama kelamaan aku menemukan teman - teman ku yang sekarang, yang bisa menerima ku apa adanya, sebagai perempuan, dan sebagai Amanda. Fino? Dia juga mendapatkan teman yang cantik - cantik. Iya hanya teman, karena mereka semua tidak ingin berpacaran dengan Fino alias mantan gebetan :b.

==••==

" Anita? Terakhir gue denger sih dia kena kanker kista. Tapi ternyata itu tumor, jinak lagi. Udah di operasi juga sih. jadi Anita kabarnya baik. " Jawab ku kepada Fino dengan acuh tak acuh tetapi masih mencoba bersikap ramah. Oh ya, sejak dia menemukan teman - teman cantiknya, ia tidak lagi mau menyapa atau pun mengobrol denganku. Jadi ini adalah momen langka yang sangat membuatku ilfeel sekaligus tidak mau mengalaminya lagi.

Fino pun sedikit berbasa basi tidak penting kepada ku dan diakhiri kata ".. Okelah makasih infonya. " Dan melenggang pergi begitu saja untuk kembali ke tempat duduknya.

Dari sini saja aku sudah bisa menilai bahwa Fino hanya datang dan mencari ku ketika ada maunya saja. Sehari - harinya sama sekali tidak mencari ku. Tidak apa, aku sudah menemukan tempat yang lebih baik selain Fino.

Karena ulah Fino barusan aku jadi tidak bisa tidur, bahkan untuk mendatangkan rasa kantuk pun sulit. Aku mengambil handphone ku yang berada di tas bagian depan dan langsung memberi tahu kejadian barusan kepada Sandra dan Catrine karena hanya mereka berdua yang tahu bahwa aku pernah suka dengan Fino. Sahabat ku yang lain tidak mengetahuinya karena aku tidak memberi tahu. Ku pikir itu adalah salah satu hal yang memalukan dalam hidupku, jadi untuk apa aku harus menceritakan hal yang memalukan?

Tiba - tiba saja suatu suara perintah dari ketua kelas untuk berdiri dan beri salam menggelegar di kelas ku yang cukup lebar untuk 30 orang. Ternyata itu adalah guru piket yang bertugas hari ini. Ia hanya menginformasikan soal literasi yang akan dilaksanakan setiap hari Rabu, dan di hari itu pula para murid dilarang membawa handphone kesekolah karena akan mengganggu hari literasi tersebut. Setelah guru piket keluar, desas - desus siswa siswi kelasku pun kembali terdengar. Kebanyakan dari mereka membicarakan soal peraturan literasi yang tidak masuk akal itu. Kakak universitas pun hanya bisa tersenyum sambil mengajak ngobrol teman - teman ku karena circle kami duduk di bagian depan kelas. Bukan ingin sok pintar, tetapi sejak awal masuk sekolah secara offline kursi di bagian belakang sudah terisi penuh dan menyisakan kursi bagian depan.

Setelah ku ingat - ingat, hari ini adalah hari selasa yang berarti besok adalah hari literasi tersebut. Untung saja aku berangkat dan pulang sekolah dengan motor jadi aku tak perlu pusing soal hal itu.







-----------------------------------------------------------------
tbc~~

Bukan Cerita AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang