ch. 3 (grebek masal)

7 1 0
                                    

Namun siapa yang menyangka bahwa di hari rabu ini aku membawa handphone ku ke sekolah yang seharusnya tidak diperbolehkan membawa handphone. Bukan disengaja, hanya saja pada zaman sekarang jika manusia tidak membawa handphone rasanya pasti seperti ada yang kurang. Bahkan sudah menjadi kebiasaan untuk selalu membawa handphone kemanapun ku pergi, tidak terkecuali toilet. Karena sudah terlanjur, aku pun berhenti di tengah jalan untuk mengaktifkan mode senyap dan memasukkannya ke dalam tas begitu saja.

Kupikir tidak akan ada pemeriksaan makannya aku meletakkan handphone ku begitu saja ke dalam tas tanpa ku selipkan di antara buku. Nyatanya sekarang para murid di kelasku sedang rusuh untuk menyembunyikan handphone mereka, entah itu di atas loker atau pun diatas jendela. Namun saat mereka sedang melaksanakan aksi penyembunyian handphone tersebut, para osis sudah datang dan berkumpul di depan kelas bersama guru wali kelas kami. Aksi kegagalan mereka pun diiringi dengan Gumam an kata - kata sarkas yang keluar dari mulut mereka. Wali kelas kami menyuruh mereka menyerahkan handphone tersebut ke mejanya dan sedikit berceramah.

Setelah berceramah, wali kelas langsung menyuruh 7 orang osis ini untuk mengecek tas para siswa siswi. Matilah aku, jantungku tidak berhenti berdebar dengan kencang ketika dua tukang gosip dibelakangku berkata " Aduh " Yang menandakan bahwa barang mereka tersita termasuk peralatan make up. Jangan heran mengapa mereka membawa peralatan make up dan handphone, karena ini pertama kalinya tas para siswa siswi di cek dan terkena sita.

Huft... Yasudahlah aku berpasrah saja.

Tidak lama, tibalah giliran tas ku dicek oleh seorang anak laki - laki yang bisa dibilang cukup rupawan dengan kulit nya yang tidak terlalu putih namun juga tidak terlihat sawo matang. Aku memperhatikan nya dengan cukup intens dan berharap dia tidak melihat handphoneku. Namun naasnya dia berhasil mengambil handphoneku yang dengan cerobohnya kusimpan di dalam tas. Setelahnya aku bertemu mata dengan matanya, dia seperti menatapku tidak percaya. Apa maksudnya itu ? Iya aku tahu aku salah, tapi jangan menilaiku langsung begitu dong. Aku juga tidak tahu akan ada pemeriksaan tas di sekolah ini.

Lalu aku mendengar desas desus dari kedua perempuan yang duduk di belakangku yang sedang bergosip.

" Eh yang cowo tinggi itu cakep woi "

" Oh itu si ketos. Gitu - gitu dia kelas 10 loh. Mau lu ama yang lebih muda? Bukannya selera lu om - om?. HAHAHA "

" Dih kurang ajar lo. Selera lu noh kakek - kakek. HAHAHA "

Yah seperti biasa, bergosip tanpa mengenal dosa. Tetapi anehnya telinga ku ini tetap mendengar gosip mereka walaupun tanganku sedang mengambil kotak pensil dan buku di dalam tasku. Mau bagaimana lagi? Walaupun mereka sudah berbisik - bisik pun tetap akan terdengar oleh ku karena posisi duduk mereka yang berada di belakangku. Tapi ini adalah keuntungan besar bagiku, karena aku sendiri tidak suka bergosip. Jadi jika ingin mengetahui gosip yang terjadi sekarang, aku hanya perlu memasang telinga dan mendengarkan mereka.

Saat mengambil buku, ada kertas yang terselip di bagian atas buku cetak ku. Disitu tertulis,

Rtp, 15.00

Kebingungan langsung menerpa otakku. Namun aku bukan lah orang yang lola sampai tidak mengerti maksud dari pesan ini. Dalam jeda waktu sepersekian detik otakku langsung menyimpulkan bahwa maksud dari pesan itu adalah " Temui aku di rooftop sekolah di jam 15.00 "

Siapa yang memasukkan ini ke tasku? Apakah si osis tadi? Sepertinya iya. Untuk apa dia ingin menemuiku? Jangan - jangan aku mau di bully oleh dirinya? Tidak tidak tidak. Aku tidak lemah jadi aku harus berani dan melawan. Badan ku sedikit lebih besar dan tinggi dari perempuan pada umumnya, jadi harusnya aku kuat. Walaupun aku perempuan aku kuat.

Bukan Cerita AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang