Dalam sebuah ruangan megah yang berhias emas dan susunan furniture mewah yang tertata rapi. Lampu-lampu dan segala benda mati disana menjadi saksi bisu. Terlihat insan yang tengah diselimuti dengan kegelisahan. Dia menggigit jari nya seraya memutar otak untuk menyusun siasat.
Langit masih bertabur bintang. Udara dingin juga semakin terasa. Waktu mungkin sudah melewati tengah malam. Tapi kantuk belum juga dirasakan oleh nya. Meski mata nya memang terasa lelah.
Besok adalah hari dimana dia akan bertemu dengan putri ciize, calon tunangannya. Dia tak bisa hanya berdiam diri dan berpasrah pada keadaan. Dia sudah menyusun rencana untuk kabur.
Jujur dia sendiri tak tahu kemana dia harus pergi. Tapi yang pasti dia harus berusaha menggagalkan acara pertunangan ini.
Li ming meraih kantong berukuran sedang berisi barang-barang yang sekiranya akan dia butuhkan. Dia melangkah ke arah jendela. Memperhatikan ke luar, memeriksa keadaaan. Setelah memastikan tidak ada penjaga, diapun melompat keluar meraih dahan pohon untuk mencapai tanah.
Dia sudah menduga bahwa penjagaan untuk nya akan melonggar. Karena memang sudah lebih dari sebulan dia di berikan penjagaan ketat dan dia tidak melakukan percobaan kabur sama sekali. Mungkin para pengawal juga, tidak akan mengira Li ming akan melarikan diri malam ini.
Kaki nya sudah mendarat dengan selamat di tanah. Dia memasang kupluk dari jubah nya untuk menutupi identitas. Beruntung, pencahayaan di halaman luar kamarnya tidak terlalu terang. Hanya ada satu lampu taman yang bisa dibilang cukup kecil. Membuatnya bisa dengan mudah menyatu di kegelapan.
Dia melangkah menuju pintu kecil di belakang kerajaan. Itu sebenarnya pintu akses para pelayan dan para dayang. Penjagaan disana juga tidak terlalu ketat atau bahkan malah tidak ada.
Senyuman tergambar di wajah Li ming saat melihat bahwa pintu tersebut bebas dari penjagaan. Dia mengendap sambil memperlihatkan sekitar, memastikan tidak ada orang yang melihat nya.
Diraihnya daun pintu yang sudah terlihat tua itu secara perlahan. Dia melangkah keluar lalu menutup pintu itu kembali menghindari adanya jejak. Setelah berhasil keluar dia merasa amat lega. Dia segera pergi dari wilayah kerajaan.
Niat nya saat ini adalah menuju kedai milik paman Jim. Sudah sangat lama ia tak mengunjungi nya. Bahkan dia juga tak memberi kabar, mungkin dia akan dihujani pertanyaan oleh paman Jim.
Meski sudah larut, ternyata suasana kota lumayan ramai. Banyak orang yang berlalu lalang dalam keadaan mabuk. Dalam gang-gang kecil juga terlihat pria berbadan besar, pemalak dan perampas harta orang yang masih berkaliaran. Li ming melangkah dengan hati-hati, menghindari masalah.
Matanya nya terbelalak. Hatinya berdenyut nyeri. Menyaksikan kondisi kedai paman Jim yang sudah hangus tak berbentuk. Dia meremas kantung yang ia pegang.
'apa yang terjadi?' pertanyaan itu terus berputar di kepalanya. Air matanya perlahan turun membasahi pipi.
Li ming terisak. Tapi dia berusaha mempertahankan kewarasannya. Yang dia pikirkan sekarang adalah dimana paman Jim. Dia harus mencarinya.
Dia bangkit, mencari orang yang sekiranya bisa ia tanyakan. Hingga matanya bertemu oleh seorang kakek di seberang kedai. Kakek itu terlihat membawa sekeranjang roti yang masih mengebulkan asap. Sepertinya dia bukan orang yang jahat.
"Kakek." Panggil Li ming, sambil menghapiri kakek tersebut.
Kakek tersebut menoleh ke arah Li ming. Terlihat keterkejutan di wajah nya meski hanya sesaat.
"Maaf apa kakek tau ke mana perginya paman Jim. Pemilik kedai itu." Tanya Li ming sambil menunjuk kedai paman Jim.
"Apa kau tidak tau?" Sebelah alis Li ming naik, dia bingung dengan situasi yang terjadi disini. Kakek tua itu menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/345988470-288-k613830.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Moonlight [GeminiFourth]
FanfictionApa kau percaya tentang reinkarnasi? Ini adalah kisah Li ming, seorang pangeran yang bereinkarnasi kembali di zaman modern. Hidup nya yang dulu penuh dengan kekangan dan tuntutan. Apakah di kehidupan barunya saat ini ia akan mendapatkan kebebasan ya...