Pria tinggi berkulit putih bersih bejalan ditengah hamparan pasir di bawah langit yang bertaburan bintang. Perpaduan yang sangat sempurna. Dia menatap ke arah langit seraya tersenyum.
Alunan musik mengantarkan pesona yang benar-benar menawan. Angin berhembus membuat surai pria itu seakan menari mengikut irama musik.
Semua orang yang berada di balik layar, terpana melihat penampilan Dunk malam ini.
Adegan terakhir ditutup dengan wajah Dunk yang mengarah ke kamera sambil memperlihatkan senyuman terbaiknya.
"Cut!" Tepukan tangan terdengar meriah.
"Oho. Dunk kau menakjubkan." Por menghampiri Dunk.
"Kerja bagus semuanya." Teriak Dao.
"Kita harus merayakan nya malam ini. Bagaimana dengan barbeque?" Usul pria berkacamata bernama Pat.
"Ide bagus." Por sangat bersemangat. Soal makan adalah nomor satu baginya.
Sesuai persetujuan, mereka akhirnya menggelar barbeque seadanya di taman-taman penginapan. Beruntung cuaca malam ini mendukung, meski sedikit berangin.
Suara candaan menggema dimana-dimana. Terlebih karena pertikaian antara Por dan Dunk yang memperebutkan makanan. Berlarian kesana kemari. Hingga pertengkaran itu dimenangkan oleh Por.
Sepertinya makanan adalah harga mati baginya. Ada-ada saja.
Di sisi lain, Win tengah sibuk berbincang dengan anggota band nya. Mereka membicarakan rencana selanjutnya apabila mereka lolos dibabak ini. Mulut Win mungkin memang berbicara dengan teman-teman nya, tapi matanya malah tertuju pada hal lain yang entah mengapa terlihat bersinar indah baginya.
Gun menyeruput segelas jus yang berada di genggaman tangannya. Memperhatikan sekitar. Tempat ini sangat indah. Lampu-lampu menggantung dengan cantik dari tiang ke tiang. Lentera juga terpasang sempurna di sudut-sudut taman. Rumput hijau yang kontras dengan biru nya kolam berenang membuat nya terkesan semakin sempurna.
Jangan lupakan para bintang-bintang yang menghias langit. Menyempurnakan pesona malam ini.
Tapi ditengah kebahagiaan ini. Tak ada satupun yang menyadari seorang insan yang sedang bersembunyi dibalik lukanya. Menutup diri dari keramaian. Dan enggan keluar dari bayangnya.
Suara keributan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi pria tinggi ini. Sudah terlalu sering hingga dia sendiri lupa. Kapan terakhir kali dia merasakan ketenangan.
Hidupnya selalu seperti ini. Tak pernah berubah. Dia selalu berangan tentang kehidupan yang damai. Kapan dia akan mendapatkan nya.
"Dari mana kau?" Suara berat itu menghentikan langkah Tinn saat hendak menaiki tangga.
"Pergi bersama Tiwson." Jawabnya dengan wajah datar.
"Tinn, apa kau sudah makan?" Tanya sang mama. Tinn hanya mengangguk.
Dia melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamar. Tak berselang dua detik, pertengkaran itu sudah terdengar kembali di telinga nya.
Jika begini bukankah lebih baik dia tidak bisa mendengar saja?
Jujur dia sudah sangat muak. Keluarganya memang sangat amat berkecukupan tapi tidak ada kehangatan yang dirasakan seperti keluarga pada umumnya. Padahal keluarga nya sudah diambang perceraian. Entah apa yang membuat nya sampai kini masih bertahan.
Jika sudah tak ada kebahagiaan. Untuk apa hal ini dipertahankan.
Tinn bukan tak ingin orangtuanya berdamai. Tapi melihat kondisi nya hingga saat ini sangat tidak memungkinkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/345988470-288-k613830.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Moonlight [GeminiFourth]
FanficApa kau percaya tentang reinkarnasi? Ini adalah kisah Li ming, seorang pangeran yang bereinkarnasi kembali di zaman modern. Hidup nya yang dulu penuh dengan kekangan dan tuntutan. Apakah di kehidupan barunya saat ini ia akan mendapatkan kebebasan ya...