Chapter 10

163 11 0
                                    

"Gun." Yang dipanggil tersentak dan tersadar dari lamunan nya.

"Eh..iya. Apa Por?" Pria pendek disebelahnya mendengus.

"Apa yang sedang kau pikirkan Gun? Kau terlihat tidak fokus hari ini. Kau juga banyak melamun saat penjelasan dosen tadi."

"Aku hanya sedikit pusing."

"Apa kau butuh obat? Apa kau demam? Sebaiknya kau pulang saja hari ini. Apa perlu ku antar pulang?" Por sudah seperti seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya.

"Aku tidak apa."

"Kalau kau sudah tidak kuat kau harus bilang kepada ku." Gun mengangguk lemah.

Wajah Gun hari ini juga tampak pucat. Kepala nya terasa berat. Sepertinya dia kelelahan.

Gun membaringkan kepalanya di atas meja. Memejamkan matanya untuk beristirahat sebentar sebelum kelas selanjutnya.

"Hai Por. Eh, Gun kenapa?" Dunk tiba-tiba datang dan mendudukkan diri di sebelah Por.

Por memberi isyarat untuk tidak berisik kepada Dunk.

"Aku akan ke ruang kesehatan untuk mengambil obat. Kau jaga dia disini, jangan kemana-mana. Biarkan dia istirahat, dia sedang kurang sehat." Dunk mengangguk sebelum akhirnya Por melangkah pergi ke luar kelas.

Por berjalan agak tergesa menuju ruang kesehatan. Dia sangat khawatir pada Gun. Sahabat nya itu bukan orang yang mudah mengatakan tentang kebenaran dari apa yang dia rasakan. Dia tau itu.

Gun sebisa mungkin tidak ingin merepotkan orang lain. Kadang Por sendiri dibuat bingung oleh nya. Padahal tidak ada salah nya sesekali bergantung kepada orang lain.

Manusia bukan makhluk yang bisa sempurna berdiri tanpa bantuan orang lain.

Entahlah, apakah sahabatnya itu memiliki trust issue atau semacam nya, dia tidak tau. Mungkin dia memiliki pengalaman kurang baik dengan teman-teman nya di Sydney dulu. Por tidak tau.

Por masuk ke dalam ruang kesehatan. Membuka sebuah rak berisikan obat-obatan. Kemudian dia meraih salah satu tablet dari sana.

Dengan cekatan dia juga langsung merapikan kembali dan berjalan keluar dari ruangan itu.

"Ei Por!" Di perjalanan menuju kembali ke kelas, sebuah suara memanggilnya. Por menengok dan menemukan Tiwson yang melambaikan tangan ke arahnya bersama dengan Tinn di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tiwson melirik ke arah tangan Por yang sedang menggenggam obat.

"Apa kau sakit?" Tiwson terlihat agak panik. Dia bahkan memeriksa kening Por untuk memastikan.

"Bukan aku." Tiwson bernapas lega kemudian menarik kembali tangan nya dari kening Por.

"Jadi, siapa yang sakit?"

"Gun. Maaf kak aku buru-buru. Aku duluan ya." Por berpamitan, detik selanjutnya dia sudah melangkah menjauh dari kedua seniornya itu.

"Sampaikan salam ku. Semoga cepat sembuh." Tiwson agak berteriak agar Por mendengar nya.

Tiwson menyenggol lengan orang disebelahnya. Membuat sang empu menoleh bingung.

Tiwson bukan menjawab. Dia malah mengangkat bahu nya seolah tidak tau. Oke, kita anggap disini Tiwson sangat aneh.

Tapi Tinn bukan setidak peka itu untuk paham maksud dari Tiwson.
.
.

"Por, badan Gun semakin panas." Tepat saat Por memasuki kelas, Dunk menoleh ke arah nya dengan panik.

Por buru-buru menghampiri keduanya. Dia membenarkan posisi wajah Gun untuk mengecek. Dan benar saja, suhu tubuh nya sangat tinggi. Gun juga terlihat berkeringat dan memejam tak nyaman.

Under the Moonlight [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang