Chapter 11

79 8 1
                                    


Dentuman menggema berirama. Penerangan yang lumayan minim dan musik yang mengalun. Banyak manusia yang bergoyang bahkan bercumbu ria, sudah menjadi hal normal di tempat ini.

Pria tinggi nan sipit berada menjadi salah satu orang yang berdiam diri di dalam bar tersebut.

Tangan nya menggoyangkan gelas di tangannya perlahan. Dia terdiam, meski pikiran nya berkelana jauh.

Kepala nya yang terasa berat, disandarkan begitu saja. Dia menghela nafas berat.

Bohong jika dia bilang dia baik-baik saja saat tadi dia kembali bertemu dengan Dunk. Berakting seakan tidak ada yang terjadi diantara mereka.

Wajah nya yang minim ekspresi, mungkin membantu sehingga semua kepura-puraannya berjalan lancar. Namun, perasaan yang ada tidak bisa berbohong.

Tidak mungkin dia bisa dengan mudah melupakan perasaan yang sudah bertahun-tahun bersemayam di hati.

Terukir senyuman kecut saat dia mengingat hal-hal bodoh yang terjadi belakangan ini.

Belum lagi tekanan yang dia rasakan, karena sebentar lagi band nya akan tampil dibabak final minggu ini.

Dia menghabiskan malam nya dengan terus meneguk minuman memabukan di tangan nya sembari menertawakan nasib percintaan nya sendiri
.
.
.

Suara dari seseorang membangunkan Win dari tidur nya. Dia terduduk sembari mengusak kedua matanya.

"Maaf boss saya akan segera membawanya pergi. "

Telihat seorang pria mengenakan pakaian casual tengah menunduk sambil meminta maaf kepada pria tua berperut buncit yang terlihat seperti atasan nya.

"Kau sudah bangun? Cepat kemasi barang mu dan pergi dari sini." ucap pria tadi.

Bukannya menurut, Win malah melihat ke arah sekelilingnya. "Dimana ini? "

Pria tadi bergerak untuk merapikan barang-barang miliknya. "Ruang istirahat pekerja. Semalam hanya kau yang tersisa. Tak ada satu pun orang yang datang menjemput mu. Jadi ku pindahkan kau kesini. Berterimakasihlah padaku. "

Win mengangguk sembari beranjak untuk mengambil tas miliknya yang berada di atas sebuah sofa, tepat dihadapan kasur.

"Apa kau tidak mencuri uang ku? " wajah dari pria itu menampilkan pandangan tak suka.

Apa maksud dari perkataannya itu?!Apakah itu caranya berterima kasih? Sungguh tidak punya attitude.

Tapi dia tak menggapi hal itu dan malah melanjutkan kegiatan nya.

Tiba-tiba tersodor beberapa lembar uang di depan mukanya. Win yang menyodorkan nya.

"apa ini? "

"Terimalah, tanda terimakasih ku. "

Pria itu menepis tangan Win pelan, bermaksud menolak uang tersebut.

Win melirik pakaian seragam yang tengah pria itu lipat. Terlihat pin nama yang melekat di bagian depan baju itu.

"Sound? " Pria itu langsung menoleh tak suka.

"Aku Win." Dia kembali memasukan uang tadi ke dalam saku nya.

"Aku harus pergi sekarang. Tapi aku janji akan membalas kebaikan mu hari ini. Aku pergi dulu. " Win melangkah cepat menuju keluar dari ruangan itu.

Pria bernama Sound itu menghela napas lelah. Shift nya malam ini terasa amat panjang.

...

"Apa maksud nya ayah."

Sang raja terlihat menghela nafas berat sebelum akhirnya membuka suara. Mungkin ini sudah saat nya untuk Li ming mengetahui kebenaran soal kondisi kerajaan ini, pikirnya.

"Memang benar, kerajaan ini sedang tidak baik-baik saja. Beltris, paman mu. Dia mulai berencana untuk mengambil alih kekuasaan. Dia mengumpulkan pasukan dan memulai pergerakan penghianatan. Merampas harta dan hasil bumi dari para rakyat kita. Ayah sudah berusaha bernegosiasi tapi rasa angkuh dan haus akan kekuasaannya lebih besar dari yang ayah kira."

Li ming terdiam, "Apa ini juga alasan ayah ingin menikahkan ku dengan putri Ciize? "

Li ming menangkap anggukan pelan dari sang ayah. Jadi, ini alasan ayahnya selalu keras terhadapnya, selalu memaksanya untuk bisa bersiap untuk menduduki tahta kerajaan.

Li ming tau dengan baik sifat pamannya itu. Arogan, kejam, keras kepala. Sudah sering ia dengar tentang upaya paman dulu untuk mengambil alih tahta dari ayah, bahkan sebelum kakeknya tiada. Segala cara akan dilakukan oleh Beltris untuk mendapatkan kekuasaan raja.

Li ming keluar dari ruangan temu itu, tatapannya menyiratkan banyak arti. Bingung. Gelisah. Semuanya bercampur aduk disaat yang sama.

Yang ia tau, saat ini ia tak bisa tinggal diam.

Pintu jendela kamar terbuka, kembali Li ming temuka secarik kertas yang diyakini dari Heart.

'Aku tau semua hal sedang tidak baik-baik saja. Bagi kamu atau bagiku sendiri. Aku tidak bisa berjanji banyak hal, karena aku rasa ini akan menjadi surat terakhir yang aku tulis untukmu. Kedepannya akan mustahil bagiku untuk menulis surat lagi. Ku harap kau bisa mengambil segala keputusan dengan baik. Aku takut tak bisa menyampaikan hal ini nantinya, jadi akan ku tulis disini.
Li ming... kau harus tau sampai kapanpun aku akan selalu mencintaimu.
Dan satu hal terakhir, jangan lagi kau berani kabur seperti tadi malam karena itu sangat berbahaya. Jaga dirimu baik-baik disana-H♡'

Itu Heart. Malam itu, pria berjubah yang menyelamatkan nya, itu adalah Heart. Air mata turun di pelupuk mata Li Ming, sembari, memeluk surat tersebut.

Cinta yang ada di hati nya hanya untuk Heart tidak akan hilang atau bahkan tergantikan, apapun yang akan terjadi. Keputusan berat yang akan dia ambil nantinya mungkin akan mengorbankan hal paling berharga baginya. Tapi itu akan sepadan dengan apa yang didapat, bukan kepada Li Ming, tapi kepada kerajaan dan rakyatnya.

To be continue..

Hai!! Masih adakah yang baca ceritaku ini? Kalo ada, maaf aku stop lama. Tahun kemarin aku hectic karna baru jadi maba. Biasalah..
Makasih untuk stay dan sabar menunggu. Atau mungkin sampe udah lupa jalan ceritanya?
Karena aku sendiri jadi baca dari ulang buat lanjut nulisnya.

Happy reading, klo kalian suka boleh bantu vote dan likenya.

Sekali lagi maaf karena hiatus yang hampir setahun ini🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under the Moonlight [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang