Chapter 4

68 8 0
                                    





"Aku tidak mau. Ayah." Suara Li ming bergetar setelah beberapa kali memberontak, membantah sang ayah.

"Ayah hanya memberitahu mu. Bukan meminta persetujuan mu." Air mata Li ming menggenang di pelupuk matanya. Tapi sekuat tenaga berusaha ia tahan.

"Besok putri Ciize akan datang kemari. Dan kemungkinan pertunangan mu akan diumumkan bersamaan dengan penobatan mu sebagai putra mahkota, bulan depan."

Hati Li ming terasa ditimpa sebuah batu. Beginikah kehidupannya akan terus berlanjut. Ia merasa sudah lelah dengan semua. Untuk apa dia hidup jika semua hal yang terjadi bukanlah keinginannya.

Bagaimana dia bisa terus menjalani keseharian nya nanti. Setelah kebebasan nya direngut, bahkan kisah cintanya pun tak bisa berjalan seperti yang dia inginkan. Kisah cinta akan berakhir bahkan sebelum ia memulai nya.

Mengenaskan.

Li ming berbalik melihat ke arah seorang prajurit yang akan mengawalnya menuju ke kamar. Matanya sama sekali tak menyorot cahaya. Datar dan suram.

"Ku mohon tinggalkan aku sendiri. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Aku tak akan kemana-mana." Li ming berucap dengan lemah. Dia mmbahkan memohon kepada seorang prajurit.

Pengawal itu paham. Melihat kondisi sang pangeran saat ini, sangat tidak memungkinkan untuk melarikan diri.

Li ming benar-benar terlihat menyedihkan saat ini.

Pengawal itu pergi meninggal kan Li ming.

Langkah kaki Li ming membawanya ke taman bunga istana. Cahaya bulan malam itu sangat indah, pancaran cahaya nya terasa lebih terang dari biasanya.

Cahaya itu memantul di dinding-dinding rumah kaca. Terbiaskan oleh air mancur kecil yang berada ditengah taman.

Li ming duduk di bangku yang menghadap ke semua pemandangan itu. Bunga-bunga disana bahkan terlihat berseri-seri.

Seperti hanya dirinyalah yang tertutupi aura menyedihkan.

Tangan Li ming meraih sesuatu dari dalam kantong nya. Selembar surat dari heart dan sebuah liontin. Dia menatap kedua barang pemberian orang yang ia cintai.

'Meski suatu saat bulan kehilangan cahayanya. Aku tak takut. Karena masih ada yang menemani ku. Cahaya bintang dan kamu. -H♡'

Li ming meremas surat itu di dada kanan nya. Perlahan ia mulai memukul-mukul pelan.

Mengapa ini terasa menyakitkan.

Mana kebahagiaan yang dijanji kan kepada pemilik liontin ini. Bahkan cahaya bulan sepertinya menertawakan dia yang tengah menangis.

Air mata Li ming terus turun. Dia memeluk dua benda yang berada di tangan nya. Apakah masih ada kesempatan untuknya. Dia ingin bertemu dengan Heart.

Apakah masih ada cara baginya untuk meraih cinta yang ia inginkan. Bahkan dia hanya pernah berbincang satu kali dengan heart.

Dia ingin menghabiskan lebih banyak lagi waktu bersama Heart.

Malam itu, Li ming terus menangis di bawah indahnya bulan purnama.

Ada satu hal yang Li ming lupakan. Dia tidak pernah tau apakah Heart juga memiliki perasaan yang sama padanya.

...

Gun tersentak bangun dari mimpinya. Dia merasakan ada air mata yang membanjiri wajahnya.

Dia menoleh ke samping melihat Por masih tertidur. Lalu dia melihat ke arah jam, yang masih menunjukan pukul dua belas.

Under the Moonlight [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang