Chapter 3

81 7 0
                                    





Gun berada disalah satu cafe bersama dengan Por dan Dunk. Hari ini mereka berniat untuk sedikit refreshing bersama setelah tiga hari berturut-turut mengikut kegiatan ospek.

Win tidak bisa ikut. Dia ada latihan dengan band nya. Iya. Win adalah anak seorang gitaris dalam sebuah band yang berisikan lima orang anggota.

Mereka sering tampil di cafe atau bahkan acara-acara kesenian. 

"Lain kali kita akan mengajak mu melihat penampilan Win bersama band nya. Kau tau saat Win sedang bermain dengan gitar nya, dia terlihat sepuluh kali lebih tampan." Ucap Dunk panjang lebar.

"Apa kau mulai menyukai teman mu sendiri sekarang?"

"Oh tidak-tidak. Win memang tampan, tapi dia bukanlah tipe ku. Kau tau sendiri Por, betapa ketus dan dingin sifatnya itu. Jika aku bersama nya sudah pasti aku harus tahan dengan batu es yang ada dalam dirinya." Por hanya menghela nafas.

"Gun, apa kau memiliki pacar?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Dunk.

"Tidak. Aku tidak punya." Gun menggeleng cepat.

"Apa kau tidak pernah dekat atau paling tidak menyukai seseorang sewaktu kau di Sydney?" Kali ini Por yang bertanya.

"Tidak. Tapi kalau menyukai seseorang seperti nya aku pernah." Dunk terlihat antusias dengan jawaban Gun.

"Apa kau..."

"Maaf. Apa kami boleh bergabung disini?" Ucapan Dunk terpotong oleh dua orang yang kini berdiri dengan senampan makanan di tangan nya.

"Oh boleh kak. Silahkan." Balas Dunk. Dua orang itu adalah kakak tingkat mereka. Tiwson dan Tinn.

Por melempar tatapan terkejut ke arah Dunk.
"Mengapa kau mengizinkannya?" Kurang lebih itulah arti dari tatapan Por.

Dunk hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban.

"Kalian apa kabar?" Tanya Tiwson.

"Kami baik, kak." Balas Dunk

"Apa ini teman baru kalian? Sepertinya aku baru melihatnya."

"Kenalkan aku Gun."

"Dia teman masa kecilnya Por yang selama ini tinggal di Sydney. Selama kemarin kegiatan ospek dia juga selalu bersama kami." Dunk menjelaskan panjang lebar.

"Oh iya kah? Aku tidak terlalu memperhatikan." Disamping nya, Tinn hanya menyimak pembicaraan mereka sambil melahap makanan nya.

Tiwson dan Tinn adalah kakak kelas mereka sejak SMA. Dulu Dunk merupakan anggota osis semasa Tinn dan Tiwson menjabat sebagai ketua dan wakil ketua osis. Jelas saja mereka saling mengenal satu sama lain.

Gun memperhatikan gerak-gerik Tinn. Dia masih merasa familiar ketika melihat wajah pria itu.

"Dimana teman mu si anak band itu?"

"Dia ada latihan bersama anggota band lainnya."

Obrolan kebanyakan dilakukan oleh Tiwson dan Dunk. Mereka sangat bisa mencairkan suasana. Terkadang Tiwson juga bertanya kepada Gun soal pengalaman nya tinggal di Sydney. Membuka topik hingga kami ikut dalam perbincangan ini.

Mungkin hanya Tinn saja yang sangat irit bicara.

Setelah melewati banyak obrolan. Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang, karena waktu yang semakin sore.

"Kami duluan. Hati-hati semuanya." Tiwson pamit diikuti oleh Tinn. Keduanya kini telah menghilang dari pandangan mereka bertiga.

"Kalian akan pulang naik apa?"

Under the Moonlight [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang