Chapter 7

61 5 0
                                    

Dentuman musik beralun di dalam ruangan gelap dengan berhias cahaya yang terus berkedip. Suara ricuh juga memenuhi tempat itu. Orang-orang sibuk bergoyang mengikuti alunan lagu sambil memegang gelas masing-masing. Tak sedikit juga yang hanya menghabiskan waktu dengan duduk berdiam diri, menikmati suasana sekitar.

Diantara manusia yang ada disana, salah satu nya adalah tiga sekawan ini. Mereka duduk di sebuah sofa dengan meja dihadapan nya yang penuh dengan hidangan.

"Por, lihat lah. Ada pria tampan disana." Pria tinggi berwajah imut itu menunjuk ke arah seseorang yang terlihat duduk sendirian di ujung sana.

"Kalau kau tertarik, bukankah lebih baik kau langsung menghampirinya Dunk." Balas Por dengan ketus. Wajah nya sudah sedikit memerah akibat minuman di tangan nya yang tak henti ia seruput.

Sedangkan pria bermata sipit di sebelah Dunk terlihat menekuk wajah nya. Dia tak suka arah pembicaraan kedua sobat nya.

Dunk terlihat tertawa kecil terus menerus sembari menatap ke arah pria yang tadi ditunjuk nya.

"Hah~ dia sangat tampan. Win, kurasa dia amat memenuhi kriteria tipe ideal ku." Suara Dunk terdengar sedikit melayang, karena pengaruh alkohol tentu nya.

Tak hanya itu. Bahkan beberapa pria yang berlalu melewati meja mereka juga melempar kan godaan kepada Dunk. Ada yang sekedar menyapa atau bahkan sampai mencolek dagu. Karena posisi Dunk berada dipinggir dia sangat mudah di raih oleh orang yang lewat.

Wajah nya yang menawan memang mampu membuat siapa pun yang melihat nya terpana. Rambut nya berantakan dengan poni yang sedikit menutupi sebagian mata nya. Pipi nya yang merona dan bibir nya yang merah merancau tidak jelas. Dunk yang mabuk memang benar-benar menggoda iman.

"Ei Por.. aku pergi dulu." Dia berdiri dari tempat nya dengan sempoyongan. Bahkan dia tadi tak sadar menyebut Win sebagai Por. Anak ini sudah terlalu mabuk.

"Dunk!" Win hendak menyusul temannya itu. Meski dalam keadaan setengah sadar, rupanya Dunk berjalan begitu cepat. Terlihat dia sudah berada di depan pria tampan tadi. Menepuk-nepuk pundak pria asing itu, pelan.

"Hei... Tampan hehe. Kau.. aku siapa nama.." Win segera meraih pergelangan tangan Dunk cepat sebelum temanya itu sempat duduk di sebelah orang asing ini.

"Ah.. maaf kan teman saya." Win mengangguk canggung ke arah pria di depannya lalu melenggang pergi sambil memapah Dunk.

"Tampan..hehe pria tampan." Tangan Dunk meraba dagu Win dan mengusap nya perlahan.

Win mendudukan kembali Dunk di tempat mereka semula. Sekarang dia bingung bagaimana membawa kedua teman nya ini pulang.

"Por apa kau sadar?"

"Aku? Hm.." Nampaknya Por juga sudah mabuk, meski itu dia masih tetap dalam kendali.

Tiba-tiba tangan Dunk meraih kepala Win dan membawa nya mendekat ke arah nya. Dia mengusak rambut Win secara brutal, hingga sang empu terdengar meringis.

Tanpa rasa bersalah sang pelaku malah tertawa puas. Dia juga memainkan pipi Win. Munusuk nya dengan jari telunjuk secara bertahap namun berturut-turut.

"Ei Win.." yang dipanggil menoleh. Dia melihat wajah teman nya yang mabuk.

Matanya terlihat sayu. Pipi nya yang gembul sudah memerah sempurna. Dan bibir nya...

Win menggeleng cepat untuk mengembalikan kesadarannya. Dia merasa bahwa posisi ini terlalu gawat untuk dirinya.

Dia mencoba menjauhkan tubuhnya dari Dunk. Win menyandarkan badan nya pada sandaran sofa. Mengatur napas nya agar kembali normal.

Dia menoleh, manusia di sebelah nya ini menutup mata disusul dengan dengkuran halus.

Under the Moonlight [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang