09! perpustakaan

104 16 2
                                    


Winter menatap malas pemuda jangkung dihadapannya. Alih-alih berjalan ke kantin, Winter malah berjalan kearah perpustakaan. Tidak menduga Heeseung mengikutinya.

Hidupnya sudah sedikit—sangat sedikit—membaik kala ia mengiyakan pertanyaan dari beberapa orang yang mencoba untuk merundungnya saat ditanya soal dirinya dan Heeseung berpacara.

Ia mencoba memanfaatkan nama jelek itu dan dengan bersedih hati, berhasil.

"Bisa Minggir gak?" Tanya Winter kesal karena jalannya dihalangi.

Bukannya menjawab Heeseung malah meledek Winter.

"Cowok gila." Tuturnya lalu mendorong Heeseung yang kembali tertawa.

Kata 'cowok gila' sudah menjadi kata kesukaan Winter saat bertemu dengan Heeseung.

Anehnya, Heeseung bukannya sebal tetapi ia merasa cukup terhibur jika kata itu keluar dari mulut Winter.

Winter tidak peduli dengan Heeseung yang terus menguntit di belakangnya dengan pertanyaan pertanyaan menyebalkan yang enggan Winter jawab.

Ia hanya sibuk mencari satu buku yang diminta oleh guru Sejarah kepadanya. Matanya mencari dengan jeli di setiap judul dan nama buku yang tertera disana.

Sampai dirinya menemukan satu buku yang ia cari berada di rak paling atas. Dengan tinggi rata-rata perempuan Indonesa membuat dirinya kesusahan untuk mengambil buku itu.

Ia menjinjitkan kakinya dan sedikit melompat untuk mengambil buku jauh rak paling atas itu. Sampai dirinya dibuat mematung kala Heeseung berada tepat di belakangnya. Tangannya terulur mengambil buku yang Winter inginkan tanpa terlihat berusaha.

Saat Winter membalikan badannya bertujuan untuk mengucapkan terima kasih. Tetapi kata itu tertahan saat Heeseung mendekatkan dirinya kepada Winter. Membuat gadis mungil itu tercekat dan menahan nafasnya selama beberapa detik.

"Gak gratis yaa." Ucapnya disamping kuping Winter.

Winter mendorong bahu Heeseung menjauh, "Iya, terima kasih Heeseung Lee." Ujarnya formal

"Sini buku nya" Winter meraih buku tersebut yang masih berada di tangan Heeseung.

Tanpa di duga, Heeseung manjauhkan buku tersebut dari jangkauan Winter. Tangannya terangkat membuat Winter sedikit melompat untuk menggapai buku nya.

"Gausah main main, gue ga minat main sama lo." Ucapnya ketus karena merasa sudah cukup lelah melompat.

Heeseung tanpa menurunkan tangannya tersenyum jail, lucu sekali melihat gadis mungil yang selalu memberikan tatapan tajam dengan muka datarnya itu terlihat kesal.

"Gue gak butuh kalo ucapan terima kasih aja" Winter menghela nafasnya, tau bahwa bantuanyang di berikan tidak cuma-cuma.

"Nanti gue beliin lo minuman di kantin" Winter mencoba menegosiasi kepada Heeseung, pemuda yang membuag hidupnya berubah, untuk pertama kali.

"Itu boleh," Jawabnya sambil menimang ide yang baru saja Winter utarakan.

"Tapi gue mau yang lain." Tambahnya.

Winter yang sudah tidak ada waktu menghela nafas, Guru Sejarahnya pasti sudah menunggu Winter, "Apa?" Jawabnya malas.

"Ini," Heeseung menunjukan pipi kirinya. Tindakan tersebut membuat Winter bingung.

"Apa? Ini?" Tanya Winter lalu kepalan tangannya ia tunjukan ke Heeseung.

"Bukan! Masa udah di bantu tapi malah ditonjok?" Bentaknya kesal.

"Terus apaa?" Winter jengah. Buang-Buang waktu.

"Mau gue contohin?" Tanya Heeseung dengan seringai nya. Winter yang bingung hanya diam dan menaikan satu alisnya. Membuat Heeseung menconcongkan kembali tubuhnya, lalu dengan cepat mengecup dua jarinya dan segera ditempelkan di pipi kanan Winter.

"Gitu! Sekarang gantian. Kan lo pacar gue." Kata Heeseung cepat.

Winter masih bergeming di tampatnya, matanya sedikit membesar, wajahnya panas. Tindakan Heeseung membuat Winter mematung.

Sedangkan Heeseung terkekeh pelan dengan diam nya Winter, serta wajah gadis itu berubah merah. Terlihat lucu, namun ia juga mengakui jika tindakannya seharusnya tidak di benarkan. Tetapi dirinya merasa seakan ada sebuah dorongan untuk menyentuh Winter.

"Hoi!" Panggil Heeseung menyadarkan Winter.

"Ish dasar cowok brengsek!" Umpatnya lalu mendorong Heeseung menjauh dan menarik tangan yang Heeseung gunakan untuk memegang buku dan segera pergi menjauh dari Heeseung.

Membuat Heeseung terkekeh pelan, "Salah tingkah ya?"



attention's, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang