E N A M

4.1K 391 18
                                    

Jalanan yang sepi, hari minggu yang tenang, Becky menikmati bagaimana panas membakar tubuhnya, tempat parkir yang cukup jauh dari bufet makanan itu membuat Freen tidak berhenti untuk menggerutu, Ia tidak terlalu suka terpapar panas dan berkeringat.

Namun pergerakan tangan Becky membuat gadis jangkung itu terdiam seketika, menatap dengan perasaan aneh kepada tangan yang menggenggam tangannya erat, terasa sangat asing.

"Apa Kau mengijinkannya Babe?"

"Hmm, di dalam kontrak ada, jadi ya sudah. "

Walaupun tidak terdengar tulus, tapi Becky sedikit bersyukur dengan segala sikap tanpa penolakan dari Freen, Ia merindukan ini, sentuhan yang bahkan sama sekali tidak pernah Mereka lakukan.

Senyuman yang tidak berhenti mengembang, genggaman yang juga tidak terlepaskan, seakan layaknya remaja yang baru jatuh cinta, merasakan banyak sekali kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

"Kau suka masakan Padang Bec?"

"Hmm, "

"Kau jarang memakannya. "

"Aku menjaga kolesterolku, sebagai dokter Aku rasa kesehatanku jauh lebih penting dari pada makanan enak yang Ku konsumsi setiap saat. "

"Iya, Kau benar. "

Namun ada yang berbeda, genggaman yang semakin erat dari Freen, bagaimana tidak lepasnya tautan tangan lembut itu, membuat dirinya tidak berhenti merasakan bahagia.

Bufet sederhana itu tidak terlalu ramai, Freen duduk berhadapan dengan Becky, melihat bagaimana lembutnya suara Becky saat memesan makanan, suara yang tidak pernah mau Ia dengar, dan Ia tidak terlalu peduli dengan wanita itu.

"Makanannya prasmanan, Kau bisa pilih sesukamu, Kau mau minuman apa?"

"Es jeruk dan es campur. "

"Oke, "

Setelah semua pesanan itu Becky sebutkan, suasana kembali diam, Freen memilih memainkan gawainya, melihat semua yang terjadi di sosial media, sementara tatapan Becky terfokus kepada wanitanya.

"Kenapa Kau melihatku seperti itu?"

"Ah, Kau tidak nyaman?"

"Iya, Kau terlalu mengintimidasi ku. "

"Maaf, tapi Aku hanya ingin melihatmu lebih leluasa. "

"Kenapa?"

"Entahlah, Aku juga bingung. "

Freen meletakan gawainya, menatap jengah Becky yang berada di hadapannya, namun senyuman itu tidak merubah apapun, hanya gelenyar aneh yang tiba-tiba menyeruak bebas di hatinya.

"Freen. "

"Iya, "

"Kau suka makanan apa? dan minuman apa?"

"Makanan ya, banyak, yang berbumbu kacang dan pedas Aku suka. "

"Gado-gado?"

"Suka, "

"Lalu apa lagi?"

"Banyak. "

"Ya apa lagi?"

"Maaf ini pesanannya. " percakapan Mereka buyar, Freen memilih meminum es jeruknya dan Becky juga meneguk air mineralnya dengan gugup, karena selama ini tidak satupun ucapan Becky yang Freen peduli.

Makan dengan tenang, baru kali ini Ia melihat betapa lucunya tubuh itu bergerak girang saat memakan makanan yang enak itu.

"Kau memang seperti ini?"

"Apanya?"

"Selalu berespon berlebihan kalau makanannya enak?"

"Menurutmu, kalau Kita mengapresiasikan jika makanan itu enak dengan bergoyang itu alay?"

"Kau bisa duduk diam kan, walaupun makanan enak kan Kita juga ada manner saat makan. "

Becky tersenyum, menggenggam tangan Freen dengan tiba-tiba, wanita itu berkata dengan lembut.

"Apresiasi terhadap makanan itu tidak buruk, itu adalah cara Kamu untuk menghargai hasil dari masakan orang lain, memang jika makan ada mannernya, tapi menurutku untuk hanya makan dengan hati yang gembira itu bukan hal yang buruk. "

"Terserah. "

Tidak terlalu peduli, Becky memutuskan untuk menikmati makanannya lagi, rasanya sudah lama sekali Ia tidak memakan makanan yang berminyak dan bersantan ini.

"Kayaknya ada telepon. "

"Huh? Ponselku?"

"Kau check saja. "

Ada panggilan dari pihak IGD, raut wajahnya berubah, langkah kakinya berjalan cepat, Ia meninggalkan Freen yang bahkan masih sangat bingung dengan perubahan mood Becky itu.

"Tsk, menyusahkan. "

Freen membayar makanan yang bahkan belum Ia nikmati, berjalan dengan marah ke arah Becky, bahkan gadis itu tidak menyadari jika tadi Ia pergi bersama Freen.

"Kau ada apa? mau kemana Bec? Kau tau Kita belum makan sedikitpun. "

"Maaf, nanti Aku ganti semuanya, pasien Ku kolaps, Aku harus ke rumah sakit segera. "

Freen tertawa sinis, bahkan Becky tidak pernah mengerti maksud apa dari semua yang Freen lakukan.

"Kenapa harus sepanik itu Bec? Kau bahkan sudah membunuh Kakakmu, dan Kau bisa santai setelahnya, lalu kali ini kenapa Kau setakut itu?"

Tangannya bergetar, tuduhan itu masih sangat melekat diingatannya, membuat rasa sesak yang luar biasa di dadanya, hingga Ia sering kesulitan bernafas karena hal itu.

"Hey, Kau kenapa? tidak usah drama Becky, "

Namun pergerakan Becky yang layaknya seperti kesulitan dalam bernafas membuat Freen panik, selintas Ia sadari jika Becky tidak main-main dengan ini semua.

"Hey, Bec, pelan-pelan nafasnya, masuk ke mobil. "

Tangan itu menggenggamnya kuat, Freen melihat wajah itu memerah, peluh yang tadinya tidak ada bercucuran, mata yang liar menatap sekitar.

Freen juga dokter, Ia tau gejala panik ini, untuk pertama kalinya Freen memeluk Becky, menenangkannya.

Perlahan nafas itu mulai sedikit teratur, tangan yang tadi bergetar hebat, genggaman yang tadinya kuat, sudah mulai berkurang, Freen merutuki dirinya untuk semua ucapan sampah yang keluar dari mulutnya.

Walaupun ini kali pertama Ia melihat langsung bagaimana serangan panik itu menimpa Becky, tapi wanita itu percaya jika ini bukan kali yang pertama untuk gadis itu merasakannya.

"Sudah tenang?"

Tangannya masih bergetar, bibirnya masih sangat pucat, matanya juga tidak sesegar pertama kali saat Freen menatapnya, ada rasa takut yang tidak bisa dijelaskan yang terlihat dari sorot matanya.

"Bec. "

"Aku bukan pembunuh Freen. "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After Met You (FREENBECKY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang