S E P U L U H

4.1K 384 7
                                    

15.00 WIB.

"Kamu masih akan tetap sama keras kepalamu Bec?"

Becky mengendus kesal, Ia memakai jas dokternya lagi, Ia tidak ingin dirawat, karena besok masih ada jadwal praktek, semua pasien yang terbengkalai hari ini membuatnya merasa bersalah, dan Ia benar-benar harus menyelesaikannya karena semua adalah tanggung jawabnya.

"Aku masih ada tanggungan pasien, gak mungkin dong kalau Aku gak lanjutin pemeriksaan. "

"Kamu tu lagi sakit, infus Kamu baru habis Bec. "

"Gak masalah ini Aku udah seger lagi kok. "

"Kamu bisa gak dengerin Aku? Tidur. " Suara Freen mengejutkannya, intonasi yang tidak pernah sekalipun Ia dengar keluar dari mulut Freen bahkan yang setinggi itu.

Genggaman itu terasa perih, Becky meringis merasakan adanya sakit lainnya, berusaha melepaskan namun tidak bisa, terasa kuat meremas pergelangan tangannya.

Bahkan Becky yakin Freen dalam kesadaran penuh saat melakukannya.

"Freen, sakit. "

"Kenapa? Aku gak suka dibantah Bec, gimanapun yang Aku suruh Kamu harus jalankan, semua juga untuk kesembuhan Kamu. "

"Freen, ini beda, ada nyawa yang butuh disembuhkan. "

"Kamu keras kepala, terserah, tapi apapun yang terjadi padamu nanti Aku tidak akan peduli. "

"Freen, Aku udah sering kayak gini, ini bukan yang pertama kali, bahkan setiap menstruasi Aku juga bakal berakhir di sini saat hari pertama, Kamu bisa tanya sahabat Kamu itu, dan lihat rekam medis Aku, "

"Iya Freen, Becky mah langganan di sini, ni Bec obatnya, kalau nyeri lagi Kamu bisa minum yang ini, tapi pas nyeri aja jangan Kamu paksain seperti biasanya. " Nam benar-benar mewanti-wanti gadis itu, karena Becky selalu meminum obat anti nyeri itu tidak sesuai dengan apa yang Nam anjurkan agar sakitnya lebih cepat menghilang.

"Iya, thanks ya Nam. "

"Sip, Bec, Freen, Aku keluar dulu, yang akur ya berdua. "

Freen menahan tangan Becky lagi dan lagi, Ia tidak setuju, bagaimanapun Ia juga dokter, tau bagaimana resikonya sebuah penyakit.

"Tidur, Aku gak pernah izinkan Kamu. "

"Freen. "

"Tidur, sekali Aku bilang tidur ya tidur. "

"Freen, Aku punya banyak pasien yang harus Aku obati, gak kayak Kamu, Aku gak mau lagi di cap sebagai pembunuh karena telat ngelakuin apa yang harusnya Aku lakuin Freen. "

Genggaman tangan itu melemah, suara yang lirih itu terdengar menyakitkan, satu bulan lebih bersama Becky, sedikit banyaknya wanita itu tau bagaimana rapuhnya gadis yang sudah Ia nikahi selama 10 tahun ini.

Bahasa tubuhnya menarik Becky ke dalam peluknya untuk yang pertama kali, merasakan bagaimana irama jantung itu berdegup kencang dari sebelumnya, Freen terdiam saat menyadari banyak hal yang tidak Ia mengerti dari pikirannya, atau bahkan dari semua yang terjadi kepada Becky selama ini.

"Oke, "

Setelahnya Freen melepaskan pelukan Mereka dan berjalan keluar dari ruang rawat itu terlebih dahulu bahkan tanpa mengucapkan apapun, Becky masih dengan emosinya, walaupun cukup bingung dengan keadaan yang ada, tapi Ia tidak ambil pusing.

"Bilang sama pasien yang masih nunggu, Aku lanjutin pemeriksaannya, dan Liv maaf sekali Kamu harus lembur, nanti Aku akan gaji Kamu secara pribadi. " Suara itu terdengar tegas, Becky segera memasukan gawainya dan berlari ke arah ruangannya, tidak peduli dengan rasa sakitnya, Ia hanya memikirkan bagaimana orang bisa Ia sembuhkan dengan bantuannya.

🔺🔻🔺

18.00 WIB.

Ruangan yang mulai gelap, ini sudah sangat sore untuknya berada di kantor, namun Ia belum mendapatkan pesan dari Oliv perihal sudah atau belum selesainya pemeriksaan atas semua pasien dari Becky.

Tarik ulur, plin-plan, hanya itu yang terus terjadi, seharusnya jika Ia ingin tau, Freen sudah berjalan menuju ruangan istrinya itu semenjak dari dua jam yang lalu.

Gawainya bergetar, ada nama Becky di sana, Freen selayaknya lepas dari ikatan, Ia bisa bernafas lega.

Tidak menunggu waktu lama, wanita itu berlari menuju ruangan Becky, melihat semuanya sudah gelap, dan kedua wanita dengan tampang yang cukup lelah keluar dari ruang poli jantung itu.

"Liv, makasih, ah Aku transfer ya. "

"Gak usah dok. "

"Tsk, Kamu udah lembur masa gak Aku ganti waktunya, maaf ya Liv, gini terus setiap Aku red day hari pertama. "

"Ya namanya wanita dok, udah kodratnya, udah masuk dok, Saya permisi dulu, dokter Freen, mari. "

Mendengar ada nama Freen dalam percakapan Mereka, pandangan yang sedari tadi hanya terfokus kepada tasnya mulai beralih kepada wanita yang berdiri tegap di hadapannya ini.

"Udah selesai?"

"Udah. "

"Ayok pulang, ngerepotin aja. "

"Maaf, tapi kalau besok-besok Kamu ngerasa Aku ngerepotin, mending Kamu gak usah nunggu, "

"Kamu lupa kontraknya? Kalau Aku nolak berarti satu hari akan batal. "

Becky cukup lelah jika harus Ia pakai untuk berdebat, ternyata 33 hari tidak cukup bisa merubah perasaan seseorang, begitupun dengan Freen.

"Babe, Aku laper. "

"Hmm. "

"Kita makan udon gimana?"

"Udah gak selera, bahkan yang Aku pesan tadi siang belum Kita makan sama sekali. "

"Ah, Aku lupa kalau Kita ada janji makan siang, gimana kalau ganti makan malam aja?"

"Hmm. "

"I love you Freen, Aku tau Kamu marah banget sama apa yang Aku lakuin hari ini, Aku gak tau itu bentuk kekhawatiran Kamu atau hanya sebatas Kamu care sama kondisi Aku, cuma makasih banyak. "

"Kita makan di GI aja. "

"Tsk, tolong gengsinya diturunin lagi ya dokter Freenky. "

"Diem Bec. "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After Met You (FREENBECKY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang