D U A P U L U H S A T U

4.1K 397 24
                                    

Hari ke 57, pantai dengan jagung bakar.

"Akhirnya Kita bisa ke pantai yang indah ini. "

Deburan ombak layaknya suara yang mampu membawa memori masa kecil itu hadir lagi, Freen memejamkan matanya, merasakan setiap hembusan angin yang menerpa kulitnya.

Berbeda dengan Freen, Becky melepaskan segala masalahnya, memilih untuk menatap dunianya, merekam dengan baik bagaimana senyuman lepas itu mampu menyembuhkan hatinya yang terluka, bagaimana Freen mampu menikmati setiap hal yang Tuhan berikan kepada setiap hambanya, bagaimana Freen mengenang semua kenangan yang sudah terkikis oleh zaman tentang wanita yang Ia panggil Mama.

"Ke sana yuk, ada yang jualan jagung bakar. "

Alampun merestui, Becky tidak tau kebaikan dibagian mana yang pernah Ia lakukan sampai Tuhan mempermudah jalannya, setidaknya untuk saat ini.

"Pedes manis ya Kak. "

Genggaman tangan itu tidak terlepas, Freen memastikan Becky benar-benar di sebelahnya apapun yang terjadi.

"Eh Papa telepon, sebentar Babe. "

"Hmm. "

"Hallo Pa...

Ia diam sejenak, sampai akhirnya sambungan panggilan itu terputus, tak hanya Freen, Becky yang belum berbicara apapun juga diliputi kebingungan yang teramat sangat.

"Kenapa?"

"Gak tau, Papa nyuruh pulang, tapi sambil marah?"

"Huh? Kenapa? Aku telepon Papa lagi. "

"Gak usah, gimana kalau liburan Kita percepat aja?, kali aja Papa butuh Kita?"

"Tsk, ganggu, Dia punya banyak karyawan Bec. "

"Ya tau, tapi gak ada salahnya kan? toh semua destinasi udah Kita samperin, "

"Ada masih ada Bec. "

"Aku janji, setelah ini Kita bakal liburan yang lebih lama lagi. "

🔺🔻🔺

14.30 WIB.

Tidak peduli bagaimana letihnya hari ini, panggilan telepon itu terlalu mengganggunya, membuat Freen benar-benar jengah, namun selayaknya yang paling sabar saat ini adalah Becky, tidak ingin Freen menggunakan emosinya untuk siapapun hari ini.

"Kita dapat cuti itu seminggu Bec, ini belum juga 3 hari udah di suruh balik, "

"Tau, ya udah masuk yuk. "

Rumah sakit seperti biasanya ramai dan tidak ada yang berubah, hanya perasaannya saja yang tidak enak, di ruangan itu tidak hanya ada mertuanya, namun Heng dan beberapa orang dari laboratorium yang entah apa pentingnya di sana membuat Becky merasa terintimidasi.

Marco melempar semua file itu tepat di hadapan keduanya, Becky terkejut bukan main, merebutnya dengan cepat, namun sebelum Ia mendapatkannya, Freen terlebih dahulu mengambilnya.

"Dokumen pendonor jantung Becky Lanakila Alba?"

Tatapan tidak percaya itu sepenuhnya tertuju kepada Becky, gadis yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan apapun, hanya diam tak berkutik.

"Freen. "

"Kamu mau hukum Aku? Bec?"

"Gak, itu...

"Donor jantung tanggal 10 desember? Itu hari terakhir Kita dalam perjanjian konyol Kamu itu?"

"Babe. "

"Stop di sana. "

"Aku bisa jelasin. "

Freen keluar dari ruangan itu, membawa dokumen pendonor milik Becky, Ia tidak habis pikir dengan semua omong kosong yang ada, wanita itu mempermainkannya?.

"Babe. "

Rahangnya mengeras, buku-buku tangannya memutih karena emosi, Freen benar-benar di puncak kemarahannya sekarang.

"Boleh Aku jelasin?"

"Tentang omong kosong ini? Iya?"

Freen merobeknya, menginjaknya dengan marah, namun tidak satupun cara yang Becky lakukan untuk menghalangi perbuatan Freen kepada semua itu.

"Aku melakukannya karena perkataanmu. "

"Apa?"

Becky memutar semua pembicaraan Mereka di hari pertama, tidak ada yang Ia lewatkan, dan yang dirinya percaya, hal yang paling sulit untuknya di dunia ini tetap membuat untuk Freen mencintainya.

"Satu ranjang, hug, kiss, mandi bareng, berenang, ucapan romantis, satu mobil setiap hari, komunikasi dan mengabari jika ingin kemana-mana, bersikap romantis di hadapan siapapun, point terakhir?"

"Ada apa?"

"Sukses atau tidak, Kau akan tetap menceraikan Ku kan?"

"Ah itu? Kau bisa tambahkan sendiri. "

"Oke, setelah 100 hari selesai, Kita bercerai, dan Kamu harus pergi sejauh mungkin agar Kita tidak lagi bertemu. "

.....

"Aku akan pergi selamanya, menjauh darimu sampai Kau tidak bisa lagi menemukanku. "

Freen menamparnya, Becky tidak terlalu terkejut untuk itu semua, Ia hanya membalasnya dengan senyuman, karena dirinya tau perkataan itu sudah Freen khianati, karena sejatinya Tuhan maha membolak balikan hati manusia.

"Kau mempermainkan ku? Kau sudah bahagia sekarang?"

Kali ini Becky terkekeh, Ia mengangguk, menyeka air matanya dengan cepat, wajah itu tidak bisa Freen mengerti, banyak sekali emosi yang bergejolak lewat tatap mata nyalang milik Becky.

"Bagaimana rasanya Freen? Bagaimana rasa sakitnya? Kau menikmatinya?"

"Maksudmu apa?"

Senyumnya, entah bagaimana rasa yang tertumpuk di sana menjelaskan atas segala rasa sakit yang sudah menumpuk sempurna, tangan dingin itu menarik tangan miliknya menuju dada di mana detak jantung itu terasa menggila, Freen tidak tau apa artinya, namun air matanya mengalir saat Ia merasakan degup itu begitu kencang dari yang seharusnya.

"Di dekatmu, jantung ini menggila, Aku tidak pernah bisa mengontrolnya Freen, tapi sayangnya Dia berdebar untuk seseorang yang bahkan tidak pernah mencintainya, jika Kamu tanya kenapa Aku senekat itu?, karena Aku ingin bebas dari detak jantung ini, dari semua perasaan yang sampai saat ini tidak pernah berkurang untukmu Freen, Aku lelah mencintaimu sendirian, karena kenyataannya, Aku tidak akan pernah memilikimu, dan Kau pun juga tidak akan seutuhnya mencintaiku, memang bukan perihal Becca, tapi perasaanmu sendiri, tanya hatimu Freen, sebenarnya ada Aku atau tidak di dalam detakannya?"

"Di dekatmu, jantung ini menggila, Aku tidak pernah bisa mengontrolnya Freen, tapi sayangnya Dia berdebar untuk seseorang yang bahkan tidak pernah mencintainya, jika Kamu tanya kenapa Aku senekat itu?, karena Aku ingin bebas dari detak jantung ini...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After Met You (FREENBECKY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang