D E L A P A N

4K 399 37
                                    

Hari ke tiga 12.00 WIB.

Sekitar berisik, suara bersautan cukup membuat riuh sekitar, di sini Becky sekarang menikmati bebek goreng Madura sambel ijo dan satu gelas jus jeruk, Ia tidak bicara sama sekali, bahkan juga Freen.

Kantin rumah sakit sedang ramai-ramainya, ini masih jam istirahat, semua mencari asupan makanan, kali pertama Freen berada di sini, terlihat dari sorot matanya, Ia tidak cukup nyaman.

"Freen, Kamu gak suka makanannya?"

"Huh? Belum di coba. "

"Enak kok. "

"Oke. "

Semua tatap mata para sahabat Mereka tertuju kepada kedua sejoli itu, Becky hanya menjelaskan rencana 100 harinya kepada Irin dan Nop, tidak dengan Freen yang belum mengatakan apapun kepada Noey dan Nam.

Cukup mengintimidasi, karena di rumah sakit ini tidak ada yang tau selain para sahabat Mereka, jika Becky adalah istri dari seorang Freenky, yang Mereka tau Freen memiliki seorang istri, tapi entah siapa Mereka tidak mencari tahunya.

10 tahun bukan waktu yang sebentar, entah seharusnya berapa banyak kenangan yang sudah Mereka simpan dalam memori masing-masing, tapi lihatlah sekarang, tidak seharipun menjadi cerita dalam ingatan Mereka.

"Kamu gak nyaman ya? diliatin banyak orang?"

"Hmm. "

"Mau pindah aja?"

"Gak usah, bentar lagi jam makan siang udah selesai, Kita bisa balik bekerja. "

Becky mulai belajar untuk tidak gampang menaruh kecewa atas apapun perlakuan Freen terhadapnya, karena Ia tau, dirinya tidak akan mungkin bisa merubah Freen layaknya seperti yang dirinya inginkan.

"Gimana hari Kamu? menyenangkan?"

"Gak terlalu. "

"Mau cerita?"

"Gak. "

"Kalau Aku yang cerita boleh?"

"Hmm. "

Becky tersenyum, memperbaiki cara duduknya, menatap Freen dengan lembut, walaupun tatapan Freen liar menatap sekitar.

"Aku punya pasien namanya Jennie. "

"Udah tau. "

"Denger dulu. "

"Oke. "

"Dia harus dapet donor jantung sesegera mungkin, kemarin Aku ngobrol banyak sama Dia, ternyata Jennie punya mimpi besar banget, pengen jadi pelukis, dulu Mamanya seorang seniman, tapi semenjak melahirkan Jennie, Mamanya meninggal, Papanya yang ngebesarin Dia sendiri, katanya Dia mau kayak Papanya, mau jadi anak yang bisa Papanya banggakan, tapi sayang dari kecil Jennie gak beruntung, jantungnya lemah, jadi harapannya pupus di tengah jalan. "

"Jangan kasih Dia harapan lain, kalau gak bisa sembuh ya bilang sejujurnya Bec. "

Becky terdiam, Ia tahu bagian ini adalah suatu kejahatan, tapi kenapa tidak?, memberi semangat atau dukungan moril itu adalah tindakan yang sangat pasien butuhkan, dan Becky hanya mencoba menjadi yang terbaik.

"Hidup itu realistis Bec, jangan jadikan seseorang memiliki harapan yang tinggi padahal kenyataannya gak akan pernah ada. "

"Kenapa gak nyoba dulu?, Banyak kok keajaiban yang bisa Tuhan titipkan melalui tangan yang Ia percaya. "

"Oh ya? saat itu Aku percaya Becca selamat tapi nyatanya apa? Ia meninggal juga, di tangan Kamu Bec, Kamu lupa?"

Terluka, kali ini Ia kecewa, Becky diam seribu bahasa, hanya air mata yang menggenang yang bisa menjelaskan isi hatinya, gadis itu berdiri dari kursinya, memilih untuk pergi, lari yang jauh untuk kesekian kalinya.

"Bec, astaga diapain lagi sih. " Irin mengejar sahabatnya itu, Ia takut panic attack yang gadis itu derita kembali kambuh karena mengingat semua hal yang menyakitkan itu.

Dan Freen, gadis itu terdiam, seperti tidak melakukan apapun, Ia tidak berselera makan, walaupun wajah Becky berputar menyedihkan dalam ingatannya, isi kepalanya mendadak membingungkan.

"Tsk, Freen, Freen. " Noey menepuk pundak sahabatnya dengan pelan, gadis itu duduk tepat di sebelahnya, dan Nam di hadapan Mereka.

"Seharusnya, setelah semuanya menemui takdirnya, Kamu bisa maafin Becky untuk ini semua. "

"Gak gampang Noey. "

"Kenapa? Becca juga punya takdirnya, Becca meninggal karena ajalnya. "

"Becca gak akan meninggal kalau waktu itu Becky lebih hati-hati. "

"Kamu gak bisa nyalahin Becky atas takdir Becca Freen. " Nam mulai jengah, suara itu mulai tinggi terdengar, namun Freen tetap dengan pendiriannya, tentang bagaimana semua ini adalah salah Becky sepenuhnya.

"Mama Aku pernah cerita tentang gimana Aku dan keluarga bisa kehilangan sosok Opa, secara mendadak, pagi itu Kami masih biasa aja, Opa yang masih segar, tiba-tiba Mama dapet telpon dan ninggalin beliau sendirian, siapa sangka waktu itu Opa minum dan tersedak, siapa yang menyangka jika Kami sekeluarga akan kehilangan Opa secepat itu?, kalau Aku mau nyalahin Mama ya mungkin Aku bisa aja, tapi Aku gak lakuin itu, karena Aku yakin walaupun adapun Mama di sana, Opa akan tetap tersedak dan meninggal. "

"Ini beda Nam, Becky yang teledor, kalau Ia bisa lebih hati-hati lagi mungkin Becca masih di sini. "

"Gak Freen, Becca tidak akan pernah di sini, karena takdirnya. "

"Presepsi kalian salah, dokter seharusnya menyelamatkan pasiennya, bukan malah membunuh. " Freen tersulut, Ia tidak suka dengan opini sahabatnya tentang takdir, karena yang Dia percaya, Becca akan selamat jika ditangani dengan baik.

"Freen, dokter bukan Tuhan. "

"Aku tidak peduli Nam. "

"Jadi mau Kamu apa? Becky meninggal juga agar Kamu puas?"

Kali ini Freen terdiam, Ia mulai bingung dengan semua pertanyaan yang hadir, jauh di lubuk hatinya, Ia mungkin mulai bisa menerima, tapi entahlah bagaimana dengan logikanya yang menolak, rasa ibapun berubah menjadi kebencian.

"Freen, tidak setiap luka dapat disembuhkan, dan Kau melakukannya, Aku yakin Becky sudah sehancur itu karena sikapmu, pernikahan ini bukan hanya Kau yang dirugikan, bahkan Becky jauh lebih rugi, bisa saja Ia menikahi seseorang yang dirinya cintai, tapi karena Ia memegang teguh janji pernikahan, Ia memilih tetap bersamamu. "

"Kami memiliki 100 hari dari sekarang, dan Aku akan menceraikannya setelah 100 hari. "

"Maksudmu?"

"Becky meminta 100 hari bersamaku, dan Aku mengabulkannya, Aku menandatangani kontraknya, dan berhasil atau tidak 100 hari yang Ia minta, Aku tetap ingin bercerai dengannya, dan Becky harus pergi sejauh mungkin dariku. "

"Freen Kau gila?"

"Aku tidak ingin melihatnya lagi, berpura-pura dalam 100 hari ini saja sudah cukup membuatku muak. "

Tapi satu hal yang Freen tidak sadari, Becky mendengarnya, Ia merekam semua itu dengan baik.

"Oke Freen. "

Kalian gak usah khawatir, cerita ini bakalan Gue upload ampe selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian gak usah khawatir, cerita ini bakalan Gue upload ampe selesai.

After Met You (FREENBECKY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang