Setelah kejadian tadi, Renjun menangis. Sebenarnya ada apa, kenapa ia tidak mengingat apapun. Tiba-tiba ia ada ditempat ini, ditempat yang ia tak tahu apakah dekat dari rumahnya atau tidak. Ia sama sekali tak mengingat dan tak ada pula memori yang ada diingatannya selain saat ia terbangun tadi.
"Mama, ren mau pulang". ucapnya.
"Jeno, bawa aku pergi dari sini". ucapnya lemah dengan mendongakkan kepala sambil bersandar dibelakang kursi dan meja yang berantakan.
_
Jeno terbangun dari tidurnya akibat mimpi yang ia alami. Didalam mimpi tersebut, Jeno melihat Renjunnya begitu sedih, menangis seolah ia sangat putus asa.
Ia menatap wajah sang kekasih yang selalu setia ia dampingi perjuangannya diatas ranjang rumah sakit.
"Sayang". ucap Jeno.
Jeno mengelus dan mengecup tangan Renjun, "Ada apa? Aku disini sama kamu, aku bakal terus temenin kamu, disampingmu. Ayo berjuang cintaku". ucap Jeno dengan air matanya yang ikut mengiringi kata demi kata yang ia ucap.
_
_
Renjun berdiri dari duduknya, ia harus berusaha keluar dari tempat ini. Ia ingin pulang.
Saat sedang menghela nafas, terdengar suara anak kecil laki-laki.
"Bunda, tolong chenle".
Saat mendengar nama itu, entah apa yang ia rasakan. Tiba-tiba ia khawatir akan keselamatan seorang anak kecil bernama Chenle.
"Chenle, chenle!!". Renjun berlari menghampiri sebuah pintu saat ia mendengar suara Chenle.
"Chenle! Kamu didalem sayang? Tunggu bunda". ucapnya sambil mendorong pintu besar tersebut.
Pintu besar dengan ukiran kuno itu terkunci, "Sial, gimana gue bisa buka ini".
Renjun memegang benda yang menurutnya aneh bergantung menghalangi terbukanya pintu itu.
"Ini? Ini gembok? Gimana gue bukanya...".
Renjun tengah berfikir bagaimana caranya ia membuka gembok tersebut, gembok yang hanya memiliki satu lubang kecil disisi kanan-nya.
Ia pun teringat sesuatu..Renjun membuka tasnya, mengeluarkan sebuah benda runcing dengan ujung yang tumpul. Berwarna perak dengan bagian belakang berbentuk ukiran.
"Kayanya ini bisa deh".
Klek.. Terbuka.
"Sialan, gembok apaan kuncinya begini".
"Ga penting, gue harus cari chenle. Chenle! Kamu dimana". ucap Renjun sedikit berteriak.
"Bunda.."
"Chenle!"
Renjun berlari mengejar arah suara Chenle.
"Chenle kamu dimana, bertahan sayang. Bunda bakal tolong kamu". ucap Renjun lemah.
Ia memasuki sebuah ruangan, ruangan yang dilengkapi meja dan kursi yang sedikit lebih mewah dengan beberapa makanan dan juga minuman disana. Itu adalah ruangan dimana Pemimpin tempat ini menghabiskan waktu bersama pasangannya.
"Tempat apa ini?".
Tiba-tiba Renjun mendengar suara laki-laki.
"Huekk... Huek.. Kepalaku, kepalaku sangat sakit. Perutku, tolong. Tolong, ada apa dengan minuman ini, uhuk uhuk!! Tolong bayiku, akhh".
"Astaga! Mulut Permaisuri mengeluarkan darah!! Cepat panggil Tabib istana!".
"Hah, kenapa sih ada suara tapi gaada orang! Ini serem banget anjir ah".
KAMU SEDANG MEMBACA
REINKARNASI
Fantasy"Yang bener aja gue dikerajaan sebesar ini cuma keliling sendirian!". "Keren banget nih kompas bisa buka pintu". "Setan! Gue bawa pisau nih, jangan macem-macem lo!". -Lee Jeno x Huang Renjun- -bxb