Tak terasa sudah terhitung 3 minggu Renjun koma di Rumah Sakit akibat kecelakaan yang menimpanya. Keluarga pun tak bosan untuk menjenguk Renjun serta mengajak berbicara Renjun yang tengah tertidur lelap.
Kini Jeno pun dirawat di Rumah Sakit yang sama sebab kondisinya drop. Walaupun Jeno merasakan lemas karena kondisi tubuhnya yang menurun drastis, ia tak absen untuk sekedar mengelus tangan Renjun serta mengucap kata rindu.
_
_
"Sekarang kompas gue udah lengkap semua, gue harus coba buka pintu bercahaya itu. Kayanya ada pintu yang deket dari sini deh".
Kini Renjun tengah berada didalam ruangan dengan ada beberapa kotak barang, awalnya ia masuk kedalam sana karena ada sosok arwah perempuan dengan gaun abu-abu mengejarnya. Sambil ia bersembunyi, ia juga mempelajari cara guna kompas yang kini sudah utuh segala bagiannya.
Setelah dirasa sudah mengerti, kini Renjun bergegas menuju pintu yang lumayan dekat dengan abjad terangkai menjadi kata Menteri dan cahaya berwarna merah.
Renjun mengeluarkan botol kecil dengan cairan merah terang dari dalam tasnya.
"Ini gue oles ke pintu atau gue tetesin gitu ya. Coba deh gue oles".
Renjun mengoleskan cairan tersebut lalu memutar kompasnya perlahan agar ia mendapat sebuah kata Menteri. Namun, pintu tersebut tak terbuka.
"Ga bisa juga, gue tetesin kali ya. Mungkin pintunya merasa ternodai kalau gue colek". Renjun meneteskan cairan tersebut.
Kompasnya pun mengeluarkan cahaya merah, ia kembali memutar kompas bagian terkecil agar terangkai menjadi kata Menteri. Dan wush... Pintu itu kini terbuka.
"Keren banget nih kompas bisa buka pintu".
"Jadi gitu caranya!". Renjun bergegas masuk dan menutup pintunya dari dalam.
"Kau sudah melakukan apa yang ayah perintahkan Xiyeon?".
"A-ayah, sepertinya aku melakukan kesalahan".
Itu adalah suara laki-laki dan perempuan.
"Maksudmu?".
"Seharusnya aku menyimpan racun itu dikamar Permaisuri. Namun, aku malah memcampurkannya ke dalam cangkir teh yang akan disajikan untuk Permaisuri".
"Bagaimana bisa kau melakukan itu!! Racun itu adalah racun mematikan. Bagaimana jika semuanya terbongkar!".
"Ayah, kau tenang saja. Aku akan memastikan se-semuanya baik-baik saja".
"Mirip suara bapak-bapak tadi nih, jadi anak dia yang bikin Permaisuri disini keracunan. Hm.....apa anak dia itu pelayan? Tapi masa sih anak Perdana Menteri jadi pelayan".
"Wah jangan-jangan perempuan gaun abu-abu itu deh. Jadi dia tuh yang ngajak pelayan buat bunuh janin Permaisuri, sinting". gumam Renjun.
Kini Renjun menjelajahi tempat tersebut, sepertinya ini ruangan seorang Perdana Menteri Seo itu, fikir Renjun.
"Raja disini ga pelit tempat banget ya, ruangan Perdana Menteri aja seluas ini".
Ia terus menjelajahi tempat tersebut. Tak banyak yang Renjun temukan disana, hanya beberapa kertas-kertas yang entah maksudnya apa dan juga sebuah peta.
Pikir Renjun, sepertinya itu peta kerajaan ini. "Ada lantai atas juga?! Tangga buat keatasnya lewat mana woy". Renjun membawa peta tersebut.
Ia terus menjelajah hingga halaman belakang tempat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
REINKARNASI
Fantasy"Yang bener aja gue dikerajaan sebesar ini cuma keliling sendirian!". "Keren banget nih kompas bisa buka pintu". "Setan! Gue bawa pisau nih, jangan macem-macem lo!". -Lee Jeno x Huang Renjun- -bxb