HALAMAN 4

446 37 0
                                    

Siapa yang ingin kehilangan orang yang teramat kita kasihi dan sayangi? Tidak ada satupun yang mau.
Tidak ada satupun orang yang mau belahan jiwanya pergi. Seolah kehidupan berhenti berputar bahkan nafas seakan tak ingin berhembus, itu yang kini dirasakan Jeno.

Kecelakan yang Renjun alami, sangat memukul telak batin Jeno. Seolah menyesal karena tidak sekuat itu menahan Renjun untuk bersamanya.
Berawal dari kekhawatirannya terhadap Renjun, lalu ia mencoba menelfon kekasihnya tersebut. Namun jawaban yang ia dapat seolah dunia sedang bercanda kepadanya. Seakan tak percaya, ia mencoba memastikan sendiri dan melihat dengan mata kepalanya.

Kekasihnya, yang saat tadi ia peluk. Yang saat tadi ia bubuhkan sebuah kecupan dikening. Kini berbaring tidak berdaya dengan luka robek bahkan lebam disekujur tubuh. Terlebih pakaian yang kekasihnya gunakan gini sudah didominasi dengan cairan merah pekat.

Taeyong yang melihat keadaan Renjun kini menangis dipelukan sang suami, begitupun Mark. Dengan matanya yang sudah memerah, melihat bagaimana keadaan Renjun begitu pula sang adik yang amat sangat terpukul.

"S-sayang". panggil Jeno.

"Hey, kamu, ah ini bukan kamu kan. Aku mimpi, aku pasti mimpi".

Seakan tak percaya, kini Jeno menampar wajahnya, Mark memeluk Jeno dan berusaha menenangkan. Setelahnya Jeno menangis, berlutut dilantai. Baru saja ia melihat senyum cantik diwajah kekasihnya, bahkan ia masih mengingat suara lembut kekasihnya. Tapi kini bahkan sang pengisi hati tak merespon apa yang dia ucap. Jeno menangis, meraung menyebut nama Renjun.

Namun sepertinya Renjun mendengar, ia kembali bernafas. Tetapi nafasnya sangat lemah, Jeno memanggil dokter untuk segera melakukan tindakan terhadap Renjun, bahkan setelahnya ia menelfon orang tua Renjun juga Haechan, sahabat terdekat Renjun.

Kini, doa disertai tangisan. Mengiringi perjuangan Renjun untuk tetap bernafas dan tidak meninggalkan orang-orang yang menyayanginya.

_

_

_

"Arghh, kepala gue sakit banget". ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut hebat.

Ia melihat sekeliling, tempat ini sangat asing baginya. Gelap, tak ada pencahayaan selain cahaya dari bulan dan juga lilin yang menyala disampingnya.

"Gue dimana, i-ini dimana. Halooo, ada orang?". ucapnya.

"Sepi banget, ini kayanya gue dibegal. Tempat apa ini".

"Dingin juga". ia membuka tas punggung yang dibawanya,
"Untung gue bawa jaket, gue harus keluar dari sini deh. Telfon Jeno, telfon jeno".

Ia kembali merogoh tasnya, "Loh gue ga bawa handphone, astaga kalau gini gimana gue bisa pulang. Gue gatau ini tempat apa!". gerutunya.

"Hufft, ayo Renjun. Lo harus cari jalan pulang, udah malem ayah pasti nyariin".

Renjun, ia terbangun di tempat yang bahkan tak pernah ia lihat.

"Ini tempat apa, gila luas banget". ucap Renjun.

"Lemari-lemari disimpen diluar begini, apa ga keropos kehujanan. Gila orang-orang disini".

Renjun membuka satu persatu lemari tersebut, lemari bercat hitam dan terlihat sangat kokoh.

"Apa nih, korek kayu?! Masih jaman pake korek kayu?". Renjun memasukkannya kedalam tas.

Ia terus berkeliling, membuka lemari-lemari tersebut dan memasukkan apapun yang ia temukan kedalam tasnya.

"Gue keliling cuma nemu tusuk konde sama korek, buat apaan njir. Huaaaa mama, ren mau pulang". ucapnya frustasi.

Tak sengaja Renjun menyenggol sebuah laci lemari yang sedikit terbuka.

Renjun membukanya, "Anjir-anjir! Ni apaan ni? Pisau?! Masa iya sih".

"Pisau dapur kah? Kayanya ga sebagus ini pisaunya kalau punya mama"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pisau dapur kah? Kayanya ga sebagus ini pisaunya kalau punya mama".

"Gue bawa deh, siapa tau ada orang jahat, bisa gue gorok pake ini". ucapnya.

"Ini gue harus kemana, ANJIR!!! PALA SIAPA INI WOY?!". teriaknya.

Saat sedang membuka lemari terakhir, ia menemukan potongan kepala. Namun, ada yang aneh

"Heh, heh". Renjun menyentuh kepala tersebut menggunakan belati yang ia temukan.

"Loh ini kaya.... patung kah? Ini patung, tapi cuma kepalanya aja".

Tak lama ia mendengar suara perempuan menggeram, "Woy, suara apa itu. Ada setan?!".

"Gue harus ngumpet, anjir gue gamau liat setan". ucap Renjun segera berlari ke sebuah lemari dan masuk kedalamnya sambil mengintip.

"Suara apa- anjir!".

Renjun menutup mulutnya, "Astaga-astaga gue, gue gue itu. Itu woy, mama mau pulang, itu cewek lewat ga ada kakinya, huaaaa mama".

"Ada cewek pake baju apa itu woy, pake sanggul tapi kakinya melayang😭, gue mau pulang plis".

Renjun gemetar, ia bingung harus keluar atau menunggu siang. Tapi sangat sesak didalam lemari tersebut. Ia memastikan sekitar sudah aman, lalu ia keluar.

"Gue pengen nangis rasanya". ucapnya sambil menyeka wajah.

Lalu ia melihat patung kepala di tangannya, "Mukanya kok mirip, mirip pak Doyoung...".

Renjun kembali berjalan, kini ia berjalan ke arah yang belum ia jelajahi. Sambil menghela nafas, ia melihat sekitar. Begitu sepi, dalam benaknya bertanya. Apakah tidak ada kehidupan disini?

Namun langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu tergeletak didekat meja dan kursi kayu.

Saat ia mendekat, tiba-tiba sebuah suara terdengar.

"Tak seharusnya ia mempercayai hal-hal yang bersyaratkan nyawa manusia".

"S-suara siapa itu, apa maksudnya. Dan apa ini?". ia menyentuhnya lagi menggunakan belati.

"Patung lagi? Tapi kepalanya... ah apa ini kepalanya. Ini gue apain- eh eh".

Tiba-tiba belati yang ia pegang mengeluarkan sinar, dan replika kepala itupun tersimpan dengan sendirinya disamping patung yang tergeletak tanpa kepala.

Tanpa Renjun sadari, tangannya bergerak tanpa kendali. Bergerak seolah menusuk dan menggores patung tersebut. Dan tak lama ada sebuah bentuk lingkaran mengitari patung tersebut dengan huruf-huruf abjad kerajaan kuno yang sedikit Renjun mengerti. Huruf tersebut tersusun menjadi kata "Segel". Renjun mengernyitkan dahinya, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.
















Cerita ini terinspirasi dari game!

Semoga suka!

REINKARNASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang