Renjun dipagi ini, membantu sang ibunda membereskan pekerjaan rumah dari mulai memasak hingga membersihkan rumah ia kerjakan.
"Ayah mau minum kopi ga? Aku yang buat deh". tanya Renjun pada ayahnya yakni tuan Yuta.
"Tumben anak ayah mau buat kopi, biasanya males nakar gula". ucap Ayahnya.
"Ih aku lagi rajin nih, mau ga? Kalau ga mau yaudah".
"Coba sana buatin, jangan kemanisan".
"Siap!".
Yuta menggelengkan kepala, "Ada-ada saja".
Tak lama kemudian, Renjun membawa secangkir kopi untuk ayahnya.
"Nih buatanku, dijamin enak. Tapi awas! Ini panas".
"Iya jun, ayah tau ini panas".
"Hehehe, ayah nanti siang aku mau kerumah Jeno ya".
"Hm? Mau ayah antar?". tanya Yuta.
"Ngga ah, aku sendiri aja".
"Bener?".
"Iyaa, aku udah ijin mama kok. Mama bilang boleh".
"Yaudah, pulangnya jangan terlalu malam ya". peringat Yuta.
"Siap ayah".
"Ayah, ren. Ayo sarapan dulu!". teriak Winwin dari dalam.
"Iya ma, ayo yah". ajak Renjun pada ayahnya.
Pukul 11 siang, Renjun sudah rapih dan tentunya cantik. Ia membawa bekal makanan serta kue yang ibunya buatkan untuk dibawa kekediaman Jeno.
"Ayah, ma. Renjun berangkat ya". ucap Renjun pada kedua orangtuanya yang tengah bersantai diruang keluarga.
"Ga mau ayah anter aja sayang? Nanti ayah yang jemput". ucap Winwin.
"Ayo ayah anter aja deh". lanjut Yuta.
"Ishh udah gapapa, ayah dirumah aja. Jagain mama ya yah". ucap Renjun.
"Sama ayah aja deh sayang, perasaan mama ga enak".
"Gapapa ma, jangan mikir aneh-aneh gitu. Aku hati-hati kok bawa mobilnya".
"Yaudah hati-hati ya, kalau sudah sampe kabarin ayah".
"Iyaa siap, aku berangkat kalau gitu. Babay". ucap Renjun setelah mengecup kedua pipi orang tuanya.
Meninggalkan sang mama dengan perasaan yang campur aduk, merasa istrinya tengah khawatir,
Yuta menenangkan, "Sst sayang, udah gapapa itu perasaan kamu aja". lalu Winwin mengangguk.
_
_
Hari sudah menjelang sore, sudah selama itu juga Renjun berkunjung kerumah Jeno.
Kini kondisi Jeno sudah lebih baik, bahkan seperti saat ini. Tengah berkumpul diruang keluarga bersama papa dan mamanya dan juga Mark, kakaknya. Ya walaupun Jeno hanya menempeli Renjun, bahkan Renjun mau mengambil sesuatu pun Jeno masih terus menempelinya. Papa dan mamanya sedikit bingung, apa Jeno itu sebenarnya anak Renjun.
Kini sudah harusnya Renjun pulang, sebab ayahnya bilang jangan pulang terlalu malam dan besok pun harus sekolah. Kini sudah pukul 7 malam, membujuk Jeno untuk mengizinkan Renjun pulang agak sulit.
"Jeno, besok kan kamu ketemu lagi sama Renjun". ucap mama Jeno, Taeyong.
"Gak, nginep aja sayang disini". ucap Jeno.
"Tadi sebelum kesini ayah bilang aku gaboleh pulang terlalu malem loh, kan besok juga sekolah. Nanti udah sampe rumah kita video call deh, mau? Video call yang lama". bujuk Renjun.
"Ah gamau, disini aja. Aku masih mau peluk".
"Dari siang pelukan terus masih aja mau peluk". ucap Jaehyun, ayah Jeno. Mark yang menyaksikan drama adik manjanya itu hanya menghela nafas.
Sudah biasa disuguhkan pemandangan seperti ini, tidak menghargai seorang single kalau katanya.
"Papa diem". ucap Jeno.
"Manja banget emang kalau lagi sakit". ucap Taeyong.
"Bener ma, suka tiba-tiba jadi anak kecil". ucap Mark.
Renjun hanya terkekeh mendengarnya
"Besok ketemu lagi disekolah, kan kamu udah baikan ni. Okey?". bujuk Renjun.
Jeno masih tetap menggelengkan kepalanya lalu memeluk Renjun erat.
"Astaga, besok ketemu lagi disekolah. Kamu mau aku diomelin ayah? Jahat". ucap Renjun sambil mengerucutkan bibirnya.
Jeno menatap wajah Renjun, akhirnya ia menghela nafas lalu melepaskan pelukannya.
Jeno mencubit pipi Renjun, "Janji ya besok ketemu lagi".
"Iyalah, kan besok sekolah. Kamu ini ada-ada aja, yakali aku bolos".
"Ya siapa tau".
Akhirnya, setelah drama yang memakan waktu Renjun diizinkan pulang. Dengan diantar Jeno kedepan rumah setelah izin pada kedua orang tua Jeno dan juga Mark.
"Udah dong, manyun terus". ucap Renjun.
"Nginep aja disini deh". imbuh Jeno sambil memegang tangan Renjun.
"Mulai lagi".
"Hehe iya deh, hati-hati. Jangan ngebut-ngebut. Pasang satbeltnya, kalau udah sampe telfon aku".
"Iyaa tuan Lee Jeno yang bawel".
Jeno mengusak rambut Renjun, lalu mengecup pipi, kening serta bibir Renjun.
"Udah ya aku pulang, besok ketemu disekolah. Jangan sakit lagi loh, jaga kesehatan makanya". ucap Renjun memasuki mobilnya.
"Iya sayang, hati-hati".
"Iya, goodnight love".
"Night too sayangku".
Setelah kepergian Renjun, Jeno kembali masuk kedalam rumahnya dengan terus menatap handphonenya menunggu telfon dari Renjun. Padahal baru saja Renjun pulang, tidak mungkin kan jika ia tiba-tiba sampai.
_
Renjun, selalu mengingat seluruh kata-kata dari orang yang ia sayangi untuk selalu berhati-hati ketika berkendara. Bahkan ia sudah sangat hati-hati, melajukan mobilnya dengan normal, mematuhi segala sesuatu yang ada dijalan lintasannya.
Saat lampu lalu lintas tepat diwarna merah, ia memberhentikan mobilnya. Lalu mengangkat telfon dari sahabatnya, Haechan. Yang bertanya keadaannya sekarang, Renjun menjawab bahwa ia baik-baik saja dan sedang diperjalanan pulang sehabis berkunjung kerumah Jeno. Haechan juga memperingatkan Renjun agar hati-hati.
Namun kembali lagi, peristiwa buruk ataupun baik kini tidak ada yang tahu kapan terjadi.
Renjun dengan sedikit kesadarannya terkumpul, memutar kejadian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Mobilnya ditabrak oleh truk besar yang melaju kencang dari arah depan hingga terpental beberapa meter. Bahkan saking kencangnya hantaman membuat mobilnya kini ringsek tak berbentuk. Kaca-kacanya semua pecah berhamburan.
Jika dilihat dari luar, mobil Renjun kini begitu menyeramkan. Entah bagaimana nasib pengemudi di dalamnya.
Kini dengan penuh penyesalan, Renjun tersenyum hambar dengan posisi kaki dan badan terjepit, serta benturan yang menyebabkan kepalanya mengeluarkan darah segar.
Ia sudah berhati-hati. Namun kehati-hatiannya saat ini membuat ia meninggalkan orang-orang tersayangnya. Meninggalkan orang tuanya, meninggalkan Haechan sahabatnya dan juga lelaki yang sedari tadi menahannya agar tidak pulang yaitu Jeno, kekasih yang amat sangat ia sayangi.
"Aku menyayangi kalian". ucap Renjun didalam hati.
Ia mendengar beberapa orang menjerit, lalu tak lama suara ambulans yang datang. Namun mau bagaimana ia mempertahakan kesadarannya, nafas pun ia sudah tak kuat. Akhirnya ia memejamkan mata dengan air mata yang ikut menetes.
Semoga suka!

KAMU SEDANG MEMBACA
REINKARNASI
Fantasy"Yang bener aja gue dikerajaan sebesar ini cuma keliling sendirian!". "Keren banget nih kompas bisa buka pintu". "Setan! Gue bawa pisau nih, jangan macem-macem lo!". -Lee Jeno x Huang Renjun- -bxb