Beberapa lembar kertas di bagi secara estafet. Berpakaian rapi, duduk tenang. Para siswa sudah siap untuk mengerjakan ujian tengah semester. Terlihat semua fokus dengan lembar jawab masing-masing. Hembusan angin yang masuk lewat jendela sedikit meniup-tiup kertas putih tercoret tinta hitam.
Jam terus berputar semestinya, terdengar suaranya yang membuat keringat dingin keluar karna waktu terus berjalan, tetapi beberapa kolom belum terisi. Suasana seperti ini memang terlihat tenang dan damai, tapi tidak untuk para murid yang duduk rapi di sana. Waktu ini adalah waktu yang tidak di sukai.
Satu anak menarik kursinya, dia berjalan ke depan membawa lembar jawab, menandakan bahwa dia sudah selesai lebih dulu dari teman-temannya. Saat satu persatu keluar bergantian dan waktu terus mendekati jam akhir. Di sana jiwa mereka tidak tenang. Hingga suara bel berbunyi untuk mengakhiri semuanya.
Raut lega terpancar dari beberapa siswa yang keluar kelas. Mereka lalu duduk di lobi dan membuka buku masing-masing. Beberapa masih ada yang membahas soal ujian tadi dan beberapa ada yang ingin segera melupakan, lalu memulai yang baru.
"Hari pertama ujian udah empat mapel" keluh Sela, dia seakan mengomeli kartu pesertanya. "Dua apa satu" protesnya lagi. Rara yang di sampingnya hanya menggeleng. Bahkan ini sangat berat pagi Rara yang pertama kali ikut ujian di sekolah.
"Ya ilah, udah sih masih empat engga berat kaya beban hidup" timbal Calista yang langsung duduk di samping Rara. Dia lalu ikut membaca buku rangkuman milik Rara. Dia seperti yakin akan kepintaran Rara, terlihat dari buku catatan menunjukkan Rara anak yang ambis.
"Sabar-sabar, sehari empat jadi cepet selesai" imbuh Rara ikut berkomentar.
Bel berbunyi kembali. Para siswa melaksanakan ujian lagi hingga selesai sesuai jadwal. Bersorak gembira saat semua selesai dan berhamburan pulang ke asrama masing-masing.
Kini hubungan Calista, Sela, dan Rara semakin akrab semenjak kegiatan belajar bersama, mereka sering melakukan apa-apa bersama. Seperti saat pulang, mereka terlihat akrab mengobrol jalan bertiga memenuhi lobi.
"Ra, pingin nginep di rumah lu lagi" rengek Calista. Dia mulai suka datang ke rumah Rara yang begitu tenang dan adem apalagi disana ada Biasnya, membuatnya semakin betah.
"Kecanduan!" Cibir Sela. Dia meledek Calista karna tau niat yang sebenarnya hanya ingin melihat Leo setiap hari.
"Gimana kalau selesai ujian, gw nginep di rumah lu, boleh, enggak?" Usul Calista. Dia sangat bersemangat.
"Boleh kalau nilai kamu rata-rata sembilan puluh" imbuh seorang pria yang sudah berdiri di depan gerbang sekolah. Tidak sadar mereka bertiga ngobrol hingga sampai gerbang depan.
Calista menoleh dengan cepat. Dia melihat Leo dan tersenyum lebar. "Diskon, ya kak?" tanya Calista, dia tidak yakin nilainya akan sebesar itu. Leo hanya menggeleng lalu menggandeng tangan Rara.
Rara melambai tangan, menandakan perpisahan tanpa Leo menjawab pertanyaan Calista. Meninggalkan Calista yang tertahan di gerbang. "Oke!" teriak Calista menyetujui. Sela menoleh lalu mengacungkan jempol, mewakili Leo.
***
"Belajar!" bentak Leo yang melihat Rara memainkan handphone nya ketimbang melihat buku yang sudah dia buka dari tadi tanpa di baca.
"Bentar doang, balikin!" teriak Rara, dia berusaha meraih handphone di tangan Leo. Pria itu lebih cepat mengangkat tinggi tangannya hingga Rara tidak bisa menjangkau.
"Duduk, Ra!" pinta Leo. Dia terduduk dengan mulut yang mengerucut. Leo juga ikut duduk dan meletakkan handphone Rara di atas meja. "Besok kamu ada jadwal kontrol kan? Selesain ujian kamu lebih cepet" tutur Leo dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen FictionGadis kecil yang dikelilingi kasih sayang dan harta. Tapi kehidupannya begitu kurang, tidak ada kebebasan menghirup udara segar, karna penyakitnya yang harus membuat dirinya terkurung dalam rumah. Namun saat dia besar. Dia juga butuh mengenal dunia...