Wangi semerbak tadi malam membuat Calista senyum-senyum sendiri, seakan wanginya tidak pernah hilang di dalam ingatannya. Memeluk bantal sofa erat, sesekali memukul bantal tersebut karna gemas dan tingkahnya salting sendiri.
"Ngapain lu?" ucap Sela sembari memukul bahu Calista, menyadarkan dari lamunan gilanya itu.
"Ganggu aja! Gw mimpi kak Leo tidur di dalem tenda, wanginya itu nyata" ucap Calista sembari membayangkan kejadian semalam. Sela mengerutkan dahi. Dia rasanya ingin memberitahu sebenarnya.
"Kembang tidur lu doang" elak Sela tidak mau menjelaskan panjang lebar jika memberitahu sebenarnya terjadi.
"Bunga paling indah dalam mimpi gw" balas Calista terus tersenyum-senyum sendiri.
"Awas gila lu!" peringat Sela, dia semakin takut dengan perilaku Calista.
Mata kedua gadis itu langsung tertuju pada objek yang sama. Melihat seorang pria keluar dari kamar baru bangun tidur dengan kaos putih dan celana trining, rambut seperti singa, berjalan menuju dapur dan menengguk segelas air putih. Pria tersebut sadar dengan tatapan kedua gadis tersebut, dia menoleh dan mengangkat dagu seperti menanyakan, apa yang mereka lihat.
"Akhhhh, mau nikah!" ceplos Calista. Leo langsung menyemprotkan air putih yang penuh di mulutnya. Sela reflek memukul bahu Calista agar sadar atas ucapannya itu. Leo buru-buru masuk ke dalam kamar Rara, tanpa menggubris kedua gadis itu.
"Ganteng bangettt!" ucap Calista semakin tidak sadarkan diri. Jiwa Calista seakan ingin melayang hingga ke bulan.
"Bang Leo ilfil sih" ucap Sela, dia sangat malu dengan tingkah Calista. Gadis itu tidak peduli. Dia seakan langsung berfikir ingin memakai adat apa.
***
Bel rumah berbunyi, terdengar suara wanita, dan ketukan pintu. "Assalamualaikum, ada orang?" tanya seorang gadis di luar rumah, dia terus mengetuk pintu.
"Iya, sebentar" jawab dari dalam rumah. Mbak Yas berlari pelan sembari mengusap-usap tangannya yang basah.
"Cari siapa?" tanya Mbak Yas kepada gadis di hadapannya itu. Mbak Yas memperhatikan gadis tersebut dengan saksama, dia belum pernah melihat gadis di hadapannya ini, apa mungkin ini teman Rara? Batin mbak Yas takut untuk menerima tamu, takut salah orang. Karna Leo selalu memperingatinya jangan asal menerima tamu jika tidak tau.
"Saya cari Leo, nama saya Alea, temennya Leo" ucap Alea memperkenalkan diri. "Leo nya ada?" tanya Alea.
"Ohh, temenya Den Leo, sebentar, masuk dulu Non" ucap mbak Yas mempersilahkan Alea masuk lalu duduk di ruang utama.
Mbak Yas mendekat ke arah Leo yang masih sibuk di dapur. Pria itu menoleh melihat Alea yang tersenyum kearahnya. Leo melihat di sekeliling, memastikan tidak ada tiga gadis kematian di sekitarnya.
"Mau apa?" tanga Leo lalu duduk di hadapan Alea.
"Dateng-dateng langsung to the point, tamu di suguhin dulu" goda Alea melihat wajah Leo yang khawatir.
"Kalau mau ketemu mending di luar" lirih Leo, dia sedikit kesal dengan Alea yang langsung main saja kerumahnya tanpa izin.
"Di telpon aja enggak bisa, gimana mau ajak keluar?" tanya Alea memberi kenyataan pada Leo.
"Saya siap-siap dulu" ucap Leo lalu pergi meninggalkan Alea. Gadis itu menyeruput minuman yang di suguhkan. Dia melihat Leo terasa puas, dengan senyum manisnya. Di dalam hati terasa senang bisa dekat dengan pria yang dia kagumi dulu.
Ketiga gadis kematian itu keluar dari kamar dan semua terpanah dengan gadis yang duduk di ruang utama. Mereka saling memandang, seakan meyakinkan mereka tidak salah lihat. "Bang Leo bawa cewek?" tanya Rara kaget, baru pertama kali teman cewek Leo main ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Ficção AdolescenteGadis kecil yang dikelilingi kasih sayang dan harta. Tapi kehidupannya begitu kurang, tidak ada kebebasan menghirup udara segar, karna penyakitnya yang harus membuat dirinya terkurung dalam rumah. Namun saat dia besar. Dia juga butuh mengenal dunia...