Part 16

22 2 0
                                    

Gadis piyama kelinci itu duduk di atas sofa sembari mengamati bungkus obat di atas meja. "Kenapa Ra?" tanya Sela. Dia lalu mengambilkan obat mana yang harus di minum Rara.

"Kok obat Rara nambah sih? Harusnya berkurang" protes Rara yang merasa ganjal dengan obat di depan mata.

"Enggak tau, bang Leo ngasih ini dan kasih catatan obatnya" ucap Sela juga ikut berfikir.

"Ini vitamin!" imbuh Leo yang baru datang dari dapur dan menyeruput tehnya.

"Ohhh" Rara dan Sela ber-oh-ria. Rara lalu menelan semua obat yang sudah di siapkan Sela sesuai catatan dokter dari Leo.

"Ra, aku kekamar dulu ya, selamat malam" ucap Sela berpamitan sembari memberesi obat Rara dan membawanya untuk di simpan.

Leo lalu duduk di sebelah Rara dan memberikan tangannya ke arah Rara. "Pegel banget, hari ini capek" keluh Leo lalu memutar tubuhnya hingga berbunyi.

"Curang! Masa di kunci!" protes Rara yang tidak mau menempati kesepakatan tadi siang.

"Yang kurang pinter siapa?" tanya Leo menatap Rara. Dia terus memberikan tangan kearah Rara. Gadis itu terpaksa menuruti lalu memijat tangan Leo yang besar. "Enggak kerasa" protes Leo yang tidak merasakan apapun dari pijatan Rara.

Rara lalu meremas-remas kesal tangan Leo. "Pakai tenaga" imbuh Leo, semakin membuat Rara geram. "Udah-udah" ucap Leo lalu mengambil bantal sofa dan terbaring, meletakkan kaki di atas paha Rara.

"Udah mandi belum?" tanya Rara. Dia tidak mau mencium kaki Leo yang bau. Pasalnya Leo ini jarang mandi.

"Udah! Yang kuat" ucap Leo lalu tersenyum jahil dan puas. Dia memejamkan mata, menikmati pijatan Rara. Meski Leo hanya merasakan sedikit pijatan Rara, masalahnya tangan Rara saja tidak bisa menggenggam setengah kaki Leo, bagi Leo kakinya hanya seperti di usap-usap oleh Rara.

Semakin dirasakan pijatan Rara semakin tidak terasa di kaki Leo. Dia lalu membuka mata dan mendapati Rara yang malah terlelap tidur. "Beneran pijat sampai ketiduran" gumam Leo dia tertawa kecil melihat Rara begitu ingin dimakannya.

Pria itu lalu membopong Rara perlahan untuk memindahkannya ke dalam kamar. Mudah saja Leo mengangkat tubuh Rara yang baginya hanya seperti mengangkat kapas. Dia meletakkan Rara perlahan di atas kasur

Melihat jendela kamar Rara yang belum tertutup dengan rapat. Leo berniat untuk menutupnya. Tapi, seseorang berjaket hitam berlari setelah ketahuan  Leo. Bergegas Leo langsung menutup jendela dan keluar dari kamar Rara, segera mungkin Leo mengejar sosok itu.

Akhir-akhir ini memang banyak yang menganggu ketenangan keluarga Gasello. Leo sudah tau siapa dalang dari semua ini. Rekan kerja Ayahnya. Persaingan bisnis terkadang semua cara akan dilakukan untuk mengalahkan lawan.

Leo terus mengejar sampai di gang sempit seorang jaket hitam itu berhasil dia tarik dalam genggamannya. "Siapa yang nyuruh lu?!" tanya Leo dengan nada tinggi. Dia membuka topi yang menutupi wajah sosok tersebut. Reflek Leo mendorong sosok itu ke tembok. Dia lalu mencekiknya. "Gw udah bilang jangan pernah ganggu!" Teriak Leo seperti muak dengan sosok dihadapannya ini.

Sosok jaket hitam itu lagi-lagi menyeringai. "Gw bantuin jaga adek lu yang penyakitan itu" ucapnya dengan suara agak berat. "Dilihat-lihat dari dekat dia lumayan juga" lirihnya seperti menantang Leo. Dia seolah tidak takut dengan tatapan tajam Leo yang siap menghajarnya.

"Jaga ucapan lu! Berani lu sentuh dia!? Gw pastiin nyawa lu melayang saat itu juga!" Ancam Leo. Dia terus menguatkan cengkeraman. Tanpa aba-aba kesabaran Leo sudah habis karna melihat sikap tengil bocah di hadapannya ini.

Mereka akhirnya berkelahi, saling memukul dan terluka. Beberapa kali Leo mendaratkan pukulan ke arah perut dan sosok itu membalas dengan memukul sudut bibir Leo hingga berdarah. Suara gaduh terdengar sampai pos bapak-bapak jaga malam. Tatapan saling memandang memastikan mereka semua mendengar suara tersebut sebelum memutuskan untuk menghampiri sumber suara.

RARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang