Di ruangan putih abu-abu. Di bantu beberapa suster untuk menaiki kursi roda. Di ajaknya berkeliling di taman rumah sakit. Melihat pemandangan hijau yang terbentang indah, beberapa bunga mekar, menambah rasa hidup di taman tersebut.
"Rara mau ke sana boleh?" tanya gadis yang terduduk di kursi roda. Suster tersebut hanya mengangguk dan mendorongnya menuju tengah bentangan rumput yang hijau.
"Apa mau berjemur?" tanya Suster. Dia mengangguk.
"Bantu Rara jalan" pinta Rara. Dia berusaha berdiri di bantu suster.
"Pelan-pelan, Ra" ucap Suster tersebut sembari memapah Rara perlahan.
Kaki itu bersentuhan dengan rumput menimbulkan rasa geli dan sedikit menusuk, lama-kelamaan terasa biasa saja. Rara melepas genggaman tangan Suster, berjalan sendiri dengan pelan. Langkahnya mengelilingi rumput hijau dengan Suster di belakang.
"Akhhh, apa ini?" tanya Rara tiba-tiba. Dia di gapai oleh Suster dan di bawanya ke kursi roda. Suster langsung melihat telapak kaki Rara yang sedikit berdarah. Suster tersebut mencabut perlahan ulat duri di kaki Rara.
"Di obati dulu ya" ucap Suster tersebut lalu buru-buru mendorong Rara masuk ke kamarnya.
"Tin...tinnn...tin..." Suara dari jam tangan Rara berbunyi menandakan detak jantungnya tidak normal. Rara menarik nafas dalam dan keluarkan perlahan sembari menghitung. Tidak lama jam itu berhenti berbunyi menandakan detak jantungnya kembali normal.
"Benda ini merepotkan" protes Tasya kepada Suster yang terlihat cemas mendorong Rara.
***
"Satu ... dua ... tiga, oke ganti-ganti" ucap fotografer sibuk dengan model yang ada di depan bentangan kain putih dan sorot lampu. "Coba kancingnya lepas dua, lebih oke deh" usulnya lalu mencoba melepas kancing model tersebut. "Bagus-bagus" imbuhnya lagi memberi jempol dan duduk di laptopnya untuk melihat hasil tangkapannya.
"Good job kak" ucap Gadis yang begitu indah dengan baju sekolahnya.
"Thanks" ucap model tersebut sembari mengambil sebotol air mineral.
"Kak Leo, besok ada Brand lagi masuk buat kakak, ambil enggak?" tanyanya sembari memperlihatkan beberapa lembaran kertas di dalam map.
"Besok? Enggak bisa, kalau ganti jadwal mungkin bisa" ucap Leo. Dia mengambil map tersebut dan melihat-lihat Brand di dalamnya.
"Nanti coba aku tanya dulu, Calista juga enggak bisa langsung putusin" ucap gadis seragam sekolah itu sembari menyenggol lengan Leo. Dia rasanya ingin meremas tangan Leo yang besar itu.
"Kamu pakai seragam sekolah?" tanya Leo bingung, pasalnya seragam sekolah yang di pakai Calista kali ini bukan seragam sekolahnya.
"Oh ini? Seragam sekolah lain, tapi Calista yang jadi model" ucap Calista lalu berputar-putar memperlihatkan rok biru muda kotak-kotak, setinggi paha mengembang.
"Ayo Calista" ucap fotografer tersebut. Gadis itu langsung berlari menghampiri. Dia berpose dengan sangat lincah tanpa ragu, seakan berpose itu adalah hidupnya. Leo ikut melihat Calista. Menatapnya lalu tertarik senyum.
***
"Rara, Alhamdulillah kamu udah sadar" ucap Sela yang baru masuk langsung memeluk gadis yang duduk di atas ranjangnya.
Teriakan anak kecil yang baginya sudah tidak asing lagi. Aldera langsung berlari menghampiri Rara. Dia naik keatas ranjang dan memeluknya dengan erat. "Kak Rara jangan sakit-sakit terus, ya" ucap Aldera menatap Rara dengan serius.
Rara tersenyum melihat kedatangan keluarga Valen. Dia sangat bosan di rumah sakit karna tidak ada yang menemuinya. Tapi, kini suasana menjadi ramai karna keponakan yang kecil-kecil berkumpul. Aldera yang sudah beranjak besar, Thea yang sama persis seperti dirinya dulu, dan Rayen yang selalu di gendong Keysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen FictionGadis kecil yang dikelilingi kasih sayang dan harta. Tapi kehidupannya begitu kurang, tidak ada kebebasan menghirup udara segar, karna penyakitnya yang harus membuat dirinya terkurung dalam rumah. Namun saat dia besar. Dia juga butuh mengenal dunia...