𝟮. 𝗮𝗳𝗹𝗮𝗵 & 𝗯𝗶𝘁𝗮

33 6 1
                                    

𝗰𝗵𝗮𝗽𝘁𝗲𝗿 𝗸𝗮𝗹𝗶 𝗶𝗻𝗶 𝗹𝘂𝗺𝗮𝘆𝗮𝗻 𝗽𝗮𝗻𝗷𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮 𝗴𝗮𝘆𝘀, 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝘀𝗽𝗮𝗺 𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻 & 𝘃𝗼𝘁𝗲. 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝗳𝗼𝗹𝗹𝗼𝘄 𝘆𝗮𝗮..

💐💐💐

okta sudah sampai di depan rumah aflah, seperti biasa dia menjemput aflah, karna arah kesekolah harus melewati rumah aflah, mau tidak mau ya barengan.

"buruan njir" ujar okta

"bentar la njer" jwb aflah

"yok" ajaknya lalu menaiki kereta okta

lalu mereka berdua bergegas pergi dari halaman rumah aflah.

"eh ta" panggil aflah dengan suara yg sedikit mengeras, karna emg mereka sedang di jalanan yg sangat ramai

"apa" bls nya dengan cuek

"gw kok kek rada gimana gt sm tsabita ya?" lirihnya

"rada gimana? mksdnya apa?" tanya nya dengan heran

"kek, dia tu sering kali ngasi harapan sm gw njir" jwbnya tanpa rasa malu

"oohh, suka mungkin?" ceplos nya

"haa?? yg bener aja lah??" jerit nya lebih keras dari sebelumnya di telinga okta, karna terkejut tak percaya

"anj*ng la, kalo jerit bisa biasa aja gak!" kesel okta

"amanla cees" dengan tertawa kecil

saat ini mereka telah sampai di halaman sekolah.
saat okta hendak turun dari kereta, pergerakannya terhenti ketika melihat sakila lewat dengan adik kelas, tanpa menyapa dirinya

"njir, kok nyesek ya" gumamnya

"napa brader?" tanya aflah yg sedari tadi menunggu dirinya

dia masi tetep diam di tempat
lalu aflah menoyor kepala okta

"apaan sih njir, bisa ga gosa keplak² kepala!" kesel okta

"abisnya di panggilin kek orang tuli" ujar aflah

"itu siapa?" tanya okta

"siapa apanya dongo? " tanya aflah bergantian sambil mendelik kesana kemari

"itu lo yg lagi sm si kila" ucap okta dengan kesal

"oohh ituu, adkel, si rapa bodo masa lo lupa" ucap aflah tak percaya

karna emg sebenarnya okta ini satu mata ekskul futsal dengan rafa, bahkan bisa dibilang mereka mirip? tingkah nya maksudnya

"oh, lupa" jawabnya dengan malas

dia sebenarnya tidak lupa, melainkan hanya melupakan namanya saja, karna dia tau rafa sedang dekat dengan sakila akhir² ini.

"njir, bisa gitu ya?" lirih aflah dengan pelan

"bisa lah!" ketus okta

"dih perasaan ngomong sendiri la, kok ada yg nyaut ya?" tanyanya pada diri sendiri

"apasi" kesel okta lalu meninggal kan tmnnya itu yg masi berada di tempat parkiran, dan langsung disusul oleh aflah.

...

seperti biasa, saat mereka berdua hendak masuk ke dalam kelas, kelas itu sudah ramai dengan para murid² yg seperti setan, tidak bisa diam.

"ehh cees sinii" panggil ridho

kilataaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang