|Juan|

12 2 0
                                    

•••

"WOI SATRIAAAA!!"

Rio berlari menumpu kopernya menuju Satria.

'Grepp'

Dia memeluk Satria erat sesaat lalu kembali melepaskannya.

"Kangen anj gw sama lo" ucap Rio menepuk kasar pundak Satria, sementara yang di tepuk hanya pasrah. "Eh, btw, Aerlin mana? Gw kangen berat nih sama dia! Sekalian mau lihat kondisi dia. Pokoknya gw ga bakalan maafin si Keenan² itu!!" Geram Rio.

"Sorry banget Ri. Tapi adek lo sekarang bukan bener² dirinya. Dia di kendaliin Keenan, dan sebenernya dia ga di lecehin sama sekali oleh Keenan. Itu bagian dari rencana licik Keenan biar kita dan yang lain saling menjauh. Dan... Bener aja, ada yang mulai ngejauhin gw gara² fitnahan dari Alin. Alin bilang ke Alex kalau gw mau ngelecehin dia, padahal kemaren gw cuma mau coba lepasin gelang pengendali pikiran itu dari tangannya" ucap Satria menjelaskan.

Rio menatapnya kaget dan tak percaya, tapi percaya, aduh gimana sihh! "Gila! Itu orang bener² udah gila tau gak!! Oh ya, trus Juan gimana?? Kabarnya dia mati suri ya?" Tanya Rio.

Satria mengangguk, "Sean bilang Juan amnesia. Tapi tenang, kita masih punya kesempatan buat balikin ingatannya karna amnesianya tidak bersifat permanen"

Rio menghela nafas lega, "Syukurlah..."

"Oh ya Ri. Ada yang mau ketemu" ucap Satria tiba².

"Siapa??"

"Ikut gw"

"Tinggal bilang doang" ucap Rio walau dia tetap mengikuti Satria sembari menyeret kopernya.

•••

"Lo siapa?"

'Deg'

Seharusnya Ricky tidak akan terkejut dengan pertanyaan Juan itu. Tapi entah mengapa rasanya... Sakit. Dulu dia juga pernah mengerjai Juan dengan berpura-pura amnesia, berakhir dirinya yang di jewer oleh Juan karna kesal. Tapi sekarang malah sebaliknya dan menjadi kenyataan.

Meski amnesia Juan tak bersifat permanen, tetap saja rasanya sakit bagi Ricky. Padahal saat tau Juan kembali beberapa jam yang lalu, dia sudah membayangkan betapa bahagianya dia saat Juan sadar nanti. Dia sudah berencana memeluk Juan sepuasnya dan nanti akan dibalas juga oleh Juan, dan di tambah usapan dan belaian penuh kasih di bagian punggung dan rambutnya. Tapi, jangankan usapan dan belaian lembut, saat memeluk Juan saja tadi Ricky langsung di dorong kasar dan di beri tatapan tajam oleh Juan, seperti saat ini.

Ricky menghela nafas berat, dia berusaha tersenyum, "Ricky, Ricky Ardiansyah. Sahabat lo"

Juan hanya mengernyitkan dahinya, berusaha mengingat. Jangankan mengingat nama lelaki bernama Ricky, namanya saja dia tidak ingat.

"Nama lo Juan, Juandra Dirgantara kalo lo lupa. Umur Lo 21 tahun. Lo punya pacar namanya Aerlin. Jangan berusaha inget apa² dulu. Lo masih dalam pemulihan" ucap Ricky seolah dia bisa membaca pikiran Juan.

Juan menatap mata Ricky, dapat dia lihat dari sorot mata Ricky bahwa lelaki itu sedih. Tatapan Ricky pada Juan, seperti-dia sedang sangat merindukan Juan.

OUR STORY 2 | SeJuKyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang