BERJALAN SENDIRI

13 0 0
                                    

Aku dan dia memang tak pernah menjalin hubungan yang serius, tapi kami pernah pada rutinitas yang sama, saling berbgai cerita, menanyakan kabar satu sama lain, dan bahkan saling memberi semangat untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita dari kami ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dan dia memang tak pernah menjalin hubungan yang serius, tapi kami pernah pada rutinitas yang sama, saling berbgai cerita, menanyakan kabar satu sama lain, dan bahkan saling memberi semangat untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita dari kami berdua, menciptakan rasa nyaman yang tak seharusnya, sampai akhirnya kami memutuskan untuk tak lagi pada perasaan yang salah, aku kemudian fokus dengan aktivitas baruku, menjalani studiku dengan serius dan kami tak pernah lagi menjalin komunikasi sejak saat itu, karena aku ingin lebih dekat dengan cintaNya. Aku merasa bersalah dengan Sang pencipta semesta, yang begitu baik kepadaku. Memberikan semua yang aku mau tapi aku selalu saja melalaikan dan melanggar perintahnya.

Aku tahu dengan kesalahanku yang dulu, dan aku tak ingin mengulanginya kembali. Sampai akhirnya aku mencoba untuk benar-benar mengkaji tentang pentingnya untuk lebih dekat kepadaNya. Kenapa hatiku dulu mudah untuk di permainkan karena tak ada ruang untuk Dia yang begitu baik kepadaku. Sampai aku kembali di titik ini, di mana aku sadar bahwa tidak ada cinta dan kasih sayang begitu besar melebihi cinta dan sayangNya.

Terima kasih, Engkau masih begitu baik kepadaku, dengan banyak kesalahan yang telah aku lakukan, tapi masih menerimaku dengan begitu baik. Lagi-lagi, aku mendapatkan kado terindah di tahun ini, aku bisa menyelesaikan studiku dengan baik, aku harap aku bisa mlewati semua cerita baruku dengan begitu baik. Terima kasih atas semuanya. Sedangkan aku yang sering kali lupa untuk bersyukur atas semuanya.

Beberapa bulan setelah penyelesaian studiku, karena belum ada panggilan untuk masuk ngajar, jadi aku mencoba hal baru dan mengisi kekosongan itu dengan ikut menjadi salah satu pengurus di komunitas ngaji, dan kami di tugaskan di kampung-kampung untuk melakukan pendampingan safari dakwah. Tidak terasa kami berada di kampung seberang dengan banyak pengalaman dan sahabat baru yang senantiasa semangat menyiarkan islam.

Di kampung ini juga, kami mendapatkan saudara baru salah satunya dalah Hilya, gadis di kampung seberang yang begitu sholehah dan mendukung gerakan yang kami lakukan, ia juga banyak membantu kami selama di sini, kebetulan ia tinggal di sini dan dia...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kampung ini juga, kami mendapatkan saudara baru salah satunya dalah Hilya, gadis di kampung seberang yang begitu sholehah dan mendukung gerakan yang kami lakukan, ia juga banyak membantu kami selama di sini, kebetulan ia tinggal di sini dan dia juga seorang penghafal Al-qur'an. Jadi kami sangat terbantu dengan kehadirannya. Ia kemudian mengajak kami untuk berkunjung ke rumahnya, sampai di sana kami di sambut begitu baik dengan ayah dan kakeknya. Ternyata Hilya ini tinggal bersama ayah dan kakeknya. Kakek Hilya seorang tokoh agama yang begitu di segani masyarakat kampung Seberang. Kami pun kemudian di ajak untuk jalan-jalan di kebun kakek Hilya yang begitu luas,  terhampar sampai di ujung perbatasan desa sebelah di kampung seberang. Ternyata kakek hilya selain di segani oleh masyarakat karena ia sebagai tokoh agama, dia juga tuan tanah di kampung ini. Tapi dengan banyaknya harta dan kehormatan kakek Hilya tidak membuatnya sombong tapi ia begitu ramahdan suka berbagi dengan masyarakat di sini. Aku jadi teringat oleh kisah Abdur Rahman Bin Auf, aku melihat sosok kakek ini, mencontoh dan meneladani beliau yaitu dengan kedermawanannya yang terus mengalir.

Sebatas SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang