Ayna dan gus hafizhan sedang bersiap-siap untuk menghadiri acara pernikahan teman gus hafizhan, ayna sudah siap dengan pakaian yang sangat cantik menurutnya, menggunakan dress bunga-bunga, jilbab warna navy memadukan warna bunga di dress-nya.
sedangkan gus hafizhan ia pilihkan kemeja berwarna navy, celana hitam. Menyisir rambut suaminya agar rapi. Gus hafizhan hanya diam menunggu istrinya yang sangat sibuk menurutnya, dulu ia tidak seperti ini.
"Bang rehan sama kak naina sudah siap belum?." Tanya gus hafizhan.
"Sudah, tinggal tunggu kita." Jawab ayna. Setelah itu mereka langsung keluar beriringan menuju rumah umi. tidak lama mereka berempat langsung berangkat.
Ayna dan naina duduk dibelakang, gus hafizhan dan rehan di depan, mereka mengobrol random, ayna melirik suaminya yang hari ini terlihat sangat tampan.
"Abang tebak pasti yang pilihkan pakaian, sisir rambut kamu pasti istrimu?." Ucap rehan melirik adiknya.
Gus Hafizhan mengangguk pelan. "Hm. Sisir rambut aja satu jam, setrika baju dua jam, dulu akbar pas mau kondangan enggak gini-gini amat." Sahut gus hafizhan.
Ayna melirik sinis suaminya. "Enggak selama itu juga, ih, enggak usah pakai peci dong." kesal ayna saat suaminya memakai peci.
"Saya enggak nyaman kalau enggak pakai peci." Sahut gus hafizhan.
Ayna mendengus kesal ia menatap jalanan yang ramai. Sesampainya di tempat acara mereka langsung turun beriringan, ayna menggandeng tangan suaminya, karena hari ini gus hafizhan tidak membawa tongkatnya. "Hati-hati, pokonya ikutin jalan ayna" Ucap ayna.
Gus Hafizhan mengangguk. "Iya, bawel banget istri aku ini." Gemes gus hafizhan sambil mengusap lengan ayna. Ia sangat bersyukur memiliki istri yang pengertian dan perhatian, seperti ayna.
Mereka mencari tempat duduk, setelah mendapatkan mereka langsung duduk berhadapan, ayna menatap gedung mewah dan dua pasangan suami istri yang sedang mengobrol, ia jadi ingat waktu ia menikah dengan suaminya.
Mata ayna tidak sengaja menatap pria yang juga menatapnya sambil tersenyum tipis, ayna memalingkan wajahnya berpura-pura tidak melihat. "Ayna mau ambil minum dulu." Ucap ayna ia beranjak dari duduknya.
Ia memilih berbagai macam minuman dan makanan yang sudah disiapkan, saking fokusnya ia tidak menyadari kalau disampingnya ada pria lain yang berpura-pura memilih makanan.
"Enggak capek jagain orang buta?, yang seharusnya kamu yang dijagain malah kamu yang jagain dia." Kekeh dilan.
Ayna menoleh kaget ia menggeser lebih jauh dari dilan. "Kak dilan mau ngapain sih?, ayna sudah menikah jangan ganggu ayna lagi" Kesal ayna.
Dilan tersenyum manis. "Gue enggak mau cari ribut, cuma mau bilang kalau bokap sama nyokap gue seorang dokter, mereka bisa saja sembuhkan mata suami lo, asalkan lo nikah sama gue." Bisik dilan tersenyum miring.
Ayna langsung menatap wajah dilan dengan tatapan tajam. "Kak, dari dulu aku enggak suka sama kakak, kenapa kakak selalu ganggu aku sih?. aku enggak apa-apa ko punya suami buta yang penting baik dan pengertian." kesal ayna.
Dilan mengangguk pelan. "Terserah kamu. tapi kalau butuh kamu bisa hubungi gus." setelah mengatakan itu ia langsung pergi dari sana.
***
Ayna menatap suaminya yang tidur pulas setelah ngobrol bersama santri-santri yang berkunjung kerumahnya. Memang dari dulu santri pria sering bermain di rumah gus hafizhan, tapi setelah menikah mereka jarang bahkan tidak pernah lagi, alasannya cuma satu. Tidak enak sudah punya istri dan takut merepotkan, padahal gus hafizhan biasa aja, asalkan mereka berkunjung kerumahnya pas ada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafizhan Akbar Khairy
Teen FictionHafizhan akbar khairy. siapa sih yang tidak kenal dengan sosok pria tampan pintar agama, seorang gus di pondok pesantren al-fatah. milik abi nya. hanya saja sosok hafizhan memiliki kekurangan dalam penglihatan, ia tunanetra. namun tidak menutup kemu...