Setelah akad nikah yang dihadiri hanya keluarga dekat saja, mereka langsung berkumpul di ruang tengah, setelah selesai acara pernikahan tadi ayna mengeluh kalau dirinya sedang tidak enak badan. tentu saja mereka panik, Anwar tahu penyebab sakit putrinya gara-gara kebanyakan ngemil es batu. Ia kesal ingin rasanya memberikan hukuman pada anaknya, tapi sekarang bukan lagi kewajibannya dirinya yang bisa melakukannya. Melainkan suaminya, karena sekarang ayna putrinya bukan lagi tanggung jawabnya.
Ayna menyenderkan kepalanya di pundak alif rasa pening di kepalanya semakin menjadi-jadi. rasanya ia ingin menangis meraung-raung, tapi malu disini masih ada mertuanya dan suaminya.
"Lebih baik ayna istirahat di kamar" Suruh umi menatap menantunya.
Ayna menggeleng. "Ayna baik-baik aja, ayna cuman----uhuk-uhuk" Ayna batuk.
Refleks hafizhan mendongak menatap ayna khawatir. "L-lebih baik kamu istirahat ke kamar, nanti saya buatkan obat buat kamu" Ucap hafizhan lembut.
Ayna menatap suaminya. "Memangnya bisa---ah, maksudnya gus bisa buat obat?" Tanya ayna, melarat ucapannya.
Hafizhan tersenyum tipis, sangat tipis. "InsyaAllah bisa, jamu tradisional." Jawab hafizhan.
Mata ayna membulat sempurna, mendengar kata 'jamu' ia jadi teringat tahun lalu. "Tidak. Tidak usah gus, saya sudah sembuh" Tolak ayna cepat.
Sedangkan kedua orangtuanya menahan tawa melihat wajah ayna yang panik. "Dia takut jamu, soalnya dia pernah masuk rumah sakit gara-gara ke sedekat daun-daunan, Hahaha." Tawa alif pecah mengingat kejadian tahun lalu.
"Permisi, ibu, bapak, diluar ada tamu katanya ingin bertemu bapak dan ibu, non ayna juga" Ucap mbok jumi.
Semua orang menoleh menatap mbok jumi. "Saya tidak mempunyai janji sama siapa-siapa. Suruh tunggu di ruang tamu" Ucap anwar. Yang langsung mbok jumi angguki.
Anwar menatap anaknya. "Ay, kamu punya janji sama teman kamu?" Tanya anwar menatap ayna.
Ayna menggeleng. "Tidak. Ayna tidak memiliki janji" Jawab ayna.
Anwar yang penasaran ia langsung berjalan ke ruang tamu, berama mereka juga, ayna menatap suaminya yang sedikit kesusahan berjalan.
"Biar ayna bantu" Ucap ayna. memegang tangan hafizhan yang langsung hafizhan tepis. ayna menatap kaget suaminya.
Hafizhan yang ingat kalau ia sudah menikah, dan ayna istrinya ia buru-buru menatap ayna, walaupun tidak terlihat jelas hanya warna yang ia lihat, itupun warnanya buram. "S-saya, tidak bermaksud seperti itu, saya kaget saja ada orang lain yang sentuh saya, selain umi dan adik saya, tolong maafkan saya ayna" Panik hafizhan.
Ayna tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. ayna paham ko kalau gitu biar ayna pegang di tongkat gus saja, Gus ikutin ayna dari belakang." Ucap ayna mencekal tongkat hafizhan.
Hafizhan menggeleng ia meraba-raba tangan ayna, menggenggam tangan ayna, tangannya bergetar ini pertama kalinya ia menggenggam tangan wanita lain, selain umi dan adiknya. Dan sekarang ia menggenggam tangan istrinya sendiri, mahramnya.
"Begini saja. Mari kita ke ruang tamu pasti mereka sudah menunggu kita" Ajak hafihan.
Ayna mengangguk ia berjalan pelan menghampiri keluarganya, ia duduk di sofa kosong di samping suaminya, tanpa menatap tamu yang sedari tadi menatapnya.
"Ayna" Panggil pria itu menatap ayna.
Ayna yang mengenal suara itu ia langsung mendongak menatap kaget sumber suara. "Kak dilan?, kakak ngapain kesini?" Tanya ayna kaget.
"Nanti juga kamu tahu" Jawab dilan tersenyum tipis.
Anwar menatap dilan. "Ada apa kesini?" Tanya Anwar tidak suka dengan tatapan dilan ke putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafizhan Akbar Khairy
Novela JuvenilHafizhan akbar khairy. siapa sih yang tidak kenal dengan sosok pria tampan pintar agama, seorang gus di pondok pesantren al-fatah. milik abi nya. hanya saja sosok hafizhan memiliki kekurangan dalam penglihatan, ia tunanetra. namun tidak menutup kemu...