1. Khitbah

1.6K 48 0
                                    

Hafizhan berserta umi nisya dan abi rafi, keluarganya bersiap-siap pergi ke Jakarta mereka akan khitbah seorang perempuan cantik asal Jakarta, untuk putra keduanya yakni hafizhan akbar Khairy. sedangkan sang empu sedari tadi cemas ia takut khitbah nya akan ditolak, bukan itu yang ia takuti ia sangat takut pada umi dan abi nya yang akan bersedih jika khitbah nya di tolak pihak perempuan.

Sedangkan kedua orangtuanya terus menyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja, dan keluarga perempuan akan menerimanya menjadi menantu. mereka langsung masuk mobil rehan dan abi di depan, umi dan naina di kursi belakang, hafizhan di kursi paling belakang.

Sepanjang perjalanan yang cukup jauh hafizhan terus berdoa dan berdzikir, supaya semuanya sesuai ekspektasi umi dan abi nya, sungguh ia tidak kuat jika melihat kedua orangtuanya kecewa.

"Ya Allah, permudah semuanya, hamba sungguh takut kedua orang tua hamba kecewa, hamba sungguh merasa berdosa jika melihat orang yang hamba sayangi kecewa, jika memang ini jalan terbaik untuk hamba maka permudah" Batin hafizhan.

Abi melirik putranya lewat kaca mobil menggeleng pelan, sungguh anaknya ini terlalu lebay padahal sudah mereka katakan kalau semuanya akan baik-baik saja, keluarga perempuan sudah menerimanya, begitupun dengan putri mereka.

"Sudahlah, akbar, kamu jangan terlalu cemas seperti itu, nak, semua akan baik-baik saja, percayalah sama kita" kata abi melirik hafizhan sekilas.

Hafizhan hanya mengangguk pelan. "Ngeh, abi" Hanya itu jawaban dari hafizhan.

Sesampainya di rumah mewah dan elegan mereka langsung turun dari mobil, hafizhan berkeringat dingin. "Abi, umi, lebih baik kita pulang, akbar yakin kalau mereka tidak akan menerima akbar, mereka tidak akan memilih menantu yang tunanetra seperti akbar, lebih baik kita batalkan saja" Ajak hafizhan.

Semua orang menoleh menatap hafizhan dengan tatapan heran, tidak biasanya hafizhan seperti ini. "Akbar, jangan berkata seperti itu, abi sangat kenal dengan orang tua calon istri kamu, mereka sangat baik" Tegur abi.

"Abi, haf----"

"Rafi, nisya" Panggil pria paruh baya seumur mereka keluar rumah, dan menghampiri mereka dengan senyuman terbaik mereka.

"Sudah lama tidak bertemu, kau makin cantik saja" Puji fitria memeluk nisya.

"Ah, bisa aja kamu ini, kamu juga makin cantik aja" Puji balik nisya.

Anwar melirik pria di belakang rafi, ia berjalan menghampiri. "Assalamualaikum" Salam anwar.

Hafizhan yang awalnya menunduk ia langsung mendongak. "W-waalaikumsalam" Jawab hafizhan, berusaha meraih tangan anwar untuk ia cium, anwar yang paham calon menantunya yang kesulitan ia langsung meraih tangan anwar untuk dicium.

Setelah itu mereka langsung masuk kedalam rumah, duduk diruang tamu berbincang-bincang banyak, termasuk soal perjodohan ini, tapi calon pengantin tidak kunjung datang padahal mereka sudah setengah jam menunggu.

"Mana calon menantu saya, ko enggak muncul-muncul?" Tanya rafi tidak sabar.

Anwar menoleh menatap anak pertamanya. "Panggil adikmu, suruh turun kebawah" Suruh anwar yang langsung alif anggukki.

Tidak lama alif kembali tapi tidak bersama perempuan yang mereka tunggu, melainkan membawa kertas. "Kosong, yah, tapi adek tulis surat ini" Ucap alif memberikan surat pada ayahnya yang sudah cemas.

Sedangkan hafizhan sudah keringat dingin mendengar calon istrinya tidak ada, padahal ini baru acara khitbah. "Ya allah, hamba bersyukur tidak bisa melihat wajah abi umi yang sekarang ini sangat cemas, dan khawatir, tapi hamba bisa merasakan kekhawatiran mereka, permudahkan jika ini jalan yang terbaik buat hamba" batin hafizhan.

Dear Ayah bunda.

Adek nulis surat ini karena adek mau kabur satu jam, hanya satu jam ko, adek sudah lama tidak ngemil es batu jadi adek kabur bentar, ke kompleks sebelah ko, di pos ronda. Ayah sama bunda tenang saja adek tidak akan mengecewakan kalian berdua, adek terima khitbahnya, asalkan. Adek diizinkan untuk makan es batu.

Sekian dan terima es batu. Heheh

Anwar menepuk jidatnya, sedangkan keluarga abi tertawa mendengar surat yang dibacakan anwar, hafizhan tersenyum tipis ia sedikit lega setidaknya umi dan abi nya lega.

"Kamu susul adik kamu, bawakan satu ton es batu supaya dia mau diam di rum----"

"Assalamualaikum, ayah, bunda, aku pulang" Salam seorang perempuan berjilbab hitam dan bergamis nevy.

Semua orang menoleh termasuk hafizhan yang langsung menoleh, walaupun ia tidak bisa melihat jelas perempuan itu.

"Waalaikumsalam" Jawab mereka bersama.

"Dari mana kamu?, Kenapa kamu kabur di acara khitbah kamu?, ayah sudah bilang jangan keluar rumah sebelum acara selesai" Tanya anwar kesal.

"Sudah, yah, ayna pasti takut lagian ayna pergi sebentar doang" Ucap fitria

"M-maaf, yah, bun, ayna pengen makan es batu tapi kalian tidak mengizinkannya jadi ayna keluar rumah, ayna, kan, sudah kirim surat kalian belum baca?" Tanya ayna takut.

"Ayna, tubuh kamu mudah drop jika terlalu banyak makan es batu, ayah takut kamu drop hanya itu yang ayah takuti, nak"

Ayna langsung memeluk tubuh anwar, terisak-isak. "Ayna minta maaf, yah, ayna ngaku bersalah, ayna tidak bermaksud bikin kalian cemas, ayna cuma makan dikit, ko"

Anwar melepaskan pelukannya ia menghapus air mata ayna. "Jangan diulangi, dan jangan nangis sekarang calon suami dan mertua kamu lihatin kamu nangis" Bisik Anwar.

Refleks ayna menoleh ia membelalakkan matanya kaget melihat semua orang yang menatapnya dengan tatapan lembut. "Kalian calon mertua ayna?" Tanya ayna polos.

Mereka mengangguk tersenyum tipis.

Ayna langsung menghapus air matanya memeluk kembali anwar. "Kenapa ayah tidak bilang dari tadi, ayna jadi malu" Bisik ayna.

"Suruh siapa kamu nangis duluan" ledek anwar ia menarik putrinya duduk di samping. Menatap calon besannya. "Jadi ini calon menantu rafi dan nisya, namanya ayna azkayr"

"Cantik sekali, terakhir ketemu pas masih SMP sekarang sudah besar" Ucap nisya menatap ayna.

"Ayna sayang, apa kamu sudah tahu kedatangan kami kesini?" Tanya abi rafi.

Ayna mengangguk. "Khitbah, kan?, ayna sudah menerimanya dengan ikhlas, sejujurnya ayna tidak ada niatan untuk menikah di usia muda seperti ini, tapi, karena ini keputusan ayah dan bunda, maka ayna setuju alasan mereka cuma satu, supaya ayna jauh dari zina, dan pergaulan bebas"

"Dek, ko kamu bisa bicara sedalam lautan samudera gini" Bisik alif--abang ayna.

"Akting bang, diam napa" Sewot ayna.

"Apa kamu tahu kekurangan suami kamu?" Tanya rehan abang---hafizhan.

Ayna melirik hafizhan yang menunduk, mengangguk pelan.

"Apa kamu sanggup jika harus direpotkan suami kamu nanti?, termasuk menemaninya kemanapun pergi, dan apakah kamu tidak malu mempunyai suami tunanetra?" Tanyanya berturut-turut.

Ayna mengangguk. "Bukankah setiap manusia memiliki kekurangan masing-masing?, Allah tidak akan menciptakan manusia sempurna. ayna akan menemani kemanapun suami ayna pergi, karena itu kewajiban seorang istri, kalau soal malu, ayna tidak memperdulikan itu, menurut ayna jika orang itu berkomentar yang tidak baik tentang ayna, maka orang itu iri dengan ayna" Jawab ayna panjang lebar.

Ayah, bunda dan semua orang melongo kaget mendengar Jawaban ayna yang luar biasa, bukan hanya mereka saja yang kaget, ayna pun kaget kenapa dirinya bisa menjawab pertanyaan dari orang lain secara santai dan tenang.

"Kalau gitu penikahannya dilangsungkan minggu depan" Putus anwar dan rafi bersamaan.

***

Hafizhan Akbar KhairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang