Liona menggigit ujung bibirnya, saat merasakan sensasi dingin dari jus jeruk yang membasahi bagian pinggang hingga ujung roknya.
"Aaaa..!"
Percayalah itu bukan suara pekikan Liona, melainkan suara Adifa. Ia berdiri mematung di samping Liona, setelah itu membekap mulutnya sendiri.
"Hadeh.. yang diguyur siapa, yang teriak siapa" Gerutu Liona dalam hati.
Bagaimana reaksi semua murid yang melihat? Tentu saja ikut terperangah melihat kejadian yang berlangsung di depan mata mereka. Terutama Regan dan teman-temannya.
"Difa, lo baik-baik aja?" Tanya Regan, memastikan kondisi gadis itu yang masih terlihat panik.
"Yang kena siram itu, Liona. Kenapa lo malah tanya dia?!"
Albi terpaksa harus angkat bicara, setelah menyaksikan kekacauan yang menimpa gadis itu.
Regan yang mendapat teguran langsung dari temannya itu segera menoleh ke arah Liona. Namun, laki-laki itu tetap bungkam meskipun telah melihat kondisi Liona yang sudah basah.
Liona tidak mempedulikan drama yang terjadi pada mereka, Ia justru fokus menatap tajam pada Zilvina.
Liona mulai mendekati gadis itu. "Tanggung jawab atas perbuatan lo." Ucapnya dingin.
"Gue gak berniat tumpahin jusnya ke elo. Itu salah lo sendiri karena menghalangi gue!"
"Kayaknya ni cewek gak bisa diatasi dengan cara yang elegan, harus secara bar-bar"
Ia menunduk sedikit untuk mensejajarkan tingginya dengan Zilvina, agar bisa menatap tepat pada kedua manik gelap gadis itu.
"Oke, gue ikutin cara main lo"
Zilvina yang ditatap seperti itu, merasakan tubuhnya mulai merinding. Ia perlahan memundurkan wajahnya dari Liona.
Sedangkan Liona yang melihat ketakutan dalam diri gadis itu, seketika menyeringai puas. Sebelum kembali menegakkan tubuhnya, Ia sempat mengatakan sesuatu di samping telinga Zilvina.
"Pergi dari sini sekarang juga, atau--"
Saat sudah mengubah postur tubuhnya menjadi tegap, Ia kembali melanjutkan, "Gue bilangin ke Bokap lo!" Tegasnya.
Napas Zilvina menjadi tidak beraturan. Gadis itu bergegas meninggalkan kantin, diikuti teman-temannya.
Sementara itu, Liona beralih pada meja di sampingnya lalu mengambil tisu yang sudah disediakan oleh penjual di kantin.
Gadis itu membersihkan noda jus pada roknya yang lumayan basah. Ekspresinya yang kelewat datar membuat beberapa murid berbisik.
"Liat deh, dia bersikap kayak gak terjadi apapun."
Saat Liona hendak berbalik untuk meninggalkan kantin, sebuah tangan besar melingkari pinggangnya.
Kemudian, tangan yang satunya ikut melingkarkan lengan jaket berwarna putih di pinggang mungil milik Liona. Gadis itu diam saja, membiarkan orang dibelakangnya menyelesaikan apa yang dilakukannya.
"Maaf" Ucap laki-laki itu setelah selesai memakaikan jaket tersebut.
Setelah laki-laki itu melepaskan kedua tangannya dari pinggang Liona, Ia memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Karena merasa sudah memiliki akses untuk bergerak, akhirnya Liona berbalik untuk melihat siapa laki-laki itu.
"Regan?" Batinnya.
Jika dilihat lagi, di hadapannya masih ada Adifa, Albi dan teman-temannya, yang ikut melihat ke arah Liona. Tetapi, mereka tidak mendengar apa yang Liona ucapkan sehingga membuat Zilvina tidak berkutik dan langsung pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life, New Soul
Teen FictionBaca aja dulu, siapa tau suka. Menceritakan tentang seorang perempuan bernama Laura yang sudah memilki 2 anak, bertransmigrasi menjadi gadis remaja di dalam novel yang ia baca sebelum melakukan operasi Caesar. Gadis itu bernama Liona. Dia adalah t...