14

449 17 5
                                    

Jangan lupa vote ya gengsss.
aku tuh sedihh bgtt karna pembaca nyaa dikitt+vote nya dikitttt bangettt, makanya aku lama update.
Jadii pleaseee guyss voteee yaa akuu mohon bangett tolong di vote.
Apa susah nya ya tinggal pencet aja.

Dahh ye segini aje curhatan nyaa

Selamat membaca🥰🥰

»»»»»

Jevan bukannya berjalan menuju kelas nara tapi ia malah berjalan menuju toilet, ia masuk ke dalam toilet lalu mengunci pintunya.

Bugh

Jevan menonjok dinding samping kaca di toilet dengan perasaan emosi, ia sangat sensitif jika membahas tentang hubungan nya dengan nara, yang mungkin hampir kandas ini. Ia tidak mau semuanya seperti ini tapi demi orang tua nya ia harus sampe merelakan hubungan nya.

"Anjing, sampe kapan gue harus kayak gini bangsattt!" Teriak jevan sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Gue capek, mau nyerah tapi gimana nasib ayah sama mama. Gue sayang banget sama lo ra, tapi gue mungkin udah nggak bisa mempertahankan hubungan ini," lirih jevan.

Jevan berdiri diam di toilet untuk meredakan emosi nya. Saat ia sudah rasa emosi nya mereda jevan keluar dari toilet dan menuju kelas nara, ia sangat merindukan gadisnya itu.

Saat ia sudah sampai di depan kelas nara, yang ia lihat pertama kali adalah nara yang duduk sambil menikmati bekal nya.

"Ra,"

Nara yang merasa di panggil pun menolehkan kepalanya kearah pintu kelas, dan yang ia lihat adalah jevan yang tengah berjalan kearah nya sambil tersenyum manis.

Nara menggelengkan kepalanya, apakah sekarang ia tengah berhalusinasi?. Tidak mungkin ini jevan batinnya.

"Hey kenapa sayang?."

"Kamu jevan kan?," Tanya nara kepada lelaki didepan nya ini

Jevan mengernyit bingung, sedetik kemudian ia terkekeh pelan. "Aku jevan lah, emang kamu kira aku siapa hm?."

Nara masih bingung, "bukannya kamu tadi sama thalita?,"

"Udah nggak usah bahas itu, aku beneran jevan."

"Kenapa nggak ke kantin?," Tanya jevan sambil mendudukkan dirinya di kursi samping nara.

Nara tidak menjawab ia malah asyik memakan bekal nya tanpa niat untuk melirik ke samping jevan.

"Ra, kalo aku tanya itu dijawab sayang. Jangan malah aku nya di kacangin."

Nara masih bergeming ia masih tidak memperdulikan jevan yang berbicara disamping nya.

"Nara,"

Nara menoleh ke samping jevan, dengan menatap jevan dengan tatapan tajam.

"Kamu ngapain kesini?. Tumben kamu nggak jalan sama cewek kamu si thalita itu,"

"sayang aku sama sekali nggak hubungan apa-apa sama thalita. Cewek aku cuma kamu sayang,"

"Halah, kamu selalu bilang nggak ada hubungan apa-apa sama thalita. Tapi kedekatan kamu sama dia buat aku berfikir kalo kamu sama dia itu pacaran kayak nya bukan cuma aku yang berfikir kayak gitu, hampir semua satu sekolah kayaknya beropini kayak gitu juga."

"Sayang, sumpah demi apa pun aku bener-bener nggak ada hubungan apa-apa sama dia," kata jevan mencoba untuk menjelaskan kepada nara.

"Kamu bilang nggak ada hubungan apa-apa?. Terus maksud kamu apa kemarin sampe batalin acara jalan kita?. Kamu rela batalin jalan kita demi nemenin thalita," suara nata naik satu oktaf, hilang sudah kesabaran nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JEVANARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang