04. Gara - gara Ngidam

935 138 5
                                    

Kehamilan anak kedua ini memang tidak separah kehamilanku yang pertama. Dulu, aku benar - benar payah di trimester pertama, hampir semua makanan tidak bisa aku telan dan berakhir dengan aku yang harus bed rest selama dua bulan.

Tapi, ada sedikit hal yang tidak terlalu aku sukai dari kehamilan kedua ini, yaitu tentang keinginanku yang tidak bisa aku tahan sama sekali. Apa yang aku ingini, benar - benar menghantuiku dengan sangat luar biasa, membuatku selalu ingin menangis kalau tidak bisa mendapatkannya. Seperti sekarang ini, aku sudah tidak bisa menahan keinginanku untuk memakan mie ayam di kedai Pak Kumis.

Sebenarnya tidak masalah kalau aku ke sana, hanya saja sekarang hujan turun dengan sangat derasnya, ditambah jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tapi, bagaimana ini!! Aku sudah tidak bisa menahan keinginanku untuk menyantap mie ayam langgananku itu.

Kutatap payung yang berada di tangan kananku, yang belum terbuka karena aku yang masih ragu. Dan yang kulakukan sekarang hanyalah menatap berkali kali payung dan juga hujan yang semakin deras membasahi bumi.

Tidak apa - apa Dilara, kamu hanya perlu berjalan tidak lebih dari lima belas menit untuk sampai di kedai Pak Kumis, segera pesan, setelah itu pulang, dan semuanya akan beres dengan kamu yang akan menyantap mie ayam kesukaanmu itu.

Aku mengangguk yakin ketika satu pemikiran terlintas di otakku. Dan kini, langkahku terasa ringan keluar dari rumah, menguncinya, membuka pagar dan kembali melakukan hal yang sama, berjaga - jaga agar rumahku tidak kemalingan. Kenapa tidak menggunakan motor saja? Bukankah lebih cepat? Masalahnya aku tidak punya jas hujan, tidak seperti yang aku katakan kepada mantan suamiku tiga hari yang lalu. Tapi aku berjanji akan membelinya besok pagi.

Langkahku yang pelan menyusuri jalan perumahan, kini ditemani gerutuan karena percikan air yang membasahi betisku, membuatku merasa tidak nyaman. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh kurang dari lima belas menit, ternyata harus aku lalui lebih lama karena hujan yang semakin deras bahkan membuatku kesulitan memegang payung. Dan aku hanya bisa meringis ketika melihat sebagian bajuku basah terkena percikan air hujan.

Demi mie ayam yang luar biasa enak, aku rela basah basahan seperti ini.

Langkahku yang berjalan di pinggir aspal, kini semakin menepi ketika sorot lampu dari sebuah mobil terlihat sengaja menyoroti tubuhku. Menyebalkan sekali!! Apakah sang pengemudi tidak kasihan melihat Ibu hamil sepertiku ini? Yang berjalan di bawah derasnya air hujan.

Aku dengan sengaja menghentikan langkahku, bermaksud agar si pengemudi cepat berlalu. Tapi sialnya, perkiraanku meleset, karena mobil itu malah ikut berhenti, bahkan kini dengan cepat membukakan pintu samping dan memintaku untuk masuk dengan sorot tajam yang menakutkan.

"Mau ke mana?" Tanyanya, masih dengan wajah yang terlihat kesal.

Aku yang masih berdiri dengan payung yang melindungi tubuhku dari terpaan hujan, dengan cepat menunjuk kedai yang tidak begitu jauh dari tempatku berdiri. Bahkan, kalau aku tidak berhenti, mungkin sekarang aku sudah berada di sana dan memesan mie ayam. Aku hanya bisa menekuk wajahku, ketika melihatnya yang masih berwajah masam. Kenapa aku terlihat seperti wanita yang berbuat salah?

"Masuk!" Ucapnya, dengan suara yang sering aku dengar ketika sedang kesal.

Aku dengan cepat menggeleng, tidak suka dengan tawarannya. "Nggak usah, mas." Jawabku, dan kembali ingin melangkah, kalau saja tidak mendengar suaranya yang sedikit berteriak karena kalah dengan suara air hujan yang semakin lebat.

Aku hela napasku, ketika tatapan kamu bertemu, dan memilih mengikuti apa maunya. Bukan karena aku terlalu penurut, aku hanya memikirkan nasib calon anakku karena kini tubuhku sudah menggigil. "Terima kasih." Ucapku, ketika baru saja duduk dan menerima tisu yang ia serahkan. Aku memilih memperhatikannya yang melepaskan jas yang ia gunakan dan memberikannya padaku. Sudah pernah aku katakan bukan, kalau dia adalah lelaki yang baik, tapi jahat!!

Lara Untuk Dilara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang