Chapter 3

255 15 6
                                    

Jaka menguap dengan cukup lebar sambil mencoba menahan kantuk nya, peleton Hasanuddin kini sudah berangkat dari Pos 0-8 dan sedang memutari Hutan Titan yang sangatlah besar, sesuai dengan nama yang diberikan. Jaka belum ada tidur sedari kemarin, makanya dia berjuang untuk tidak ketiduran, Wildan yang ada disebelahnya hanya menggelengkan kepalanya dengan kasihan lalu bersumpah untuk tidak naik pangkat.

Jaka terus mengingat misi darurat mereka ini, pergi ke lokasi jatuhnya Bayraktar milik AURI, ambil data dati drone tersebut lalu kabur secepat mungkin. Jikalau otaknya tidak bercanda, Jaka ingat kalau Mayor Joko menjanjikan bantuan udara berupa beberapa Drone MQ-9 Reaper dari Pos 0-7 yang ternyata memiliki dua peleton lebih Marinir Amerika yang sudah berada di R'lyeh membantu Kopassus selama dua bulan terakhir mungkin? Mayor Joko saja tidak tahu. Selain dukungan udara daru Drone, Mayor Joko juga mengizinkan penerbangan satu AH-64 Apache untuk dukungan jarak dekat, walau Joko dan Jaka sendiri ragu apakah Helikopter Serang tersebut dapat masuk ke dalam Hutan Titan yang sangatlah besar.

Asal kalian tahu, pohon-pohon yang tumbuh di Hutan Titan ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Sequoiadendron Giganteum, atau General Sherman Tree yang biasanya ditemukan di Nevada dan Kalifornia, Amerika Serikat. Tapi pohon-pohon ini memiliki ukuran yang lebih besar bahkan dari Sequoiadendron Giganteum, Kapten Yulia sendiri juga mengabarkan kalau pohon-pohon ini sudah berumur ratusan atau bahkan ribuan tahun dan pohon-pohon ini seolah-olah... Hidup.

Itulah alasannya kenapa Joko dan Jaka ragu mengenai serangan udara di tempat seperti ini, bisa saja mereka terkena sial dan dikutuk penunggu hutan ini karena merusak tempat keramat, jadi mereka akan MENCOBA meminimalisir kerusakan yang akan terjadi kedepannya.... Jaka baru sadar kalau mereka melewati penanda yang dijatuhkan drone FPV yang diterbangkan Kendaraan 2 untuk pengintaian. Artinya tujuan mereka tinggal beberapa kilometer lagi dan diprediksi akan sampai dalam hitungan menit.

"Cukup membosankan, eh, Letnan." Komen Wildan sambil mencoba menghidupkan rokoknya.

"Jangan bicara yang tidak-tidak, Wildan, sudah cukup waktu kita hampir tiba di Pos 0-8 disambut dengan pasukan Orc versi parasit, aku tidak ingin tahu apa yang menyambut kita nanti." Gerutu Jaka sambil mencoba membuka matanya.

"Anda sadar kalau anda boleh tidur, bukan? Ada Sersan Joshua yang dapat memerintah kami." Ucap Wildan sambil mengerutkan keningnya.

"Susah tidur, nak, lagipula... Terakhir kali aku tidur, terjadi hal yang tidak aku, maupun anggota tim lain inginkan." Balas Jaka sambil membuang muka keluar jendela.

"Baiklah kalau begitu, pak..." Mereka berdua pun kembali diam sebelum akhirnya ada sebuah ketukan dari jendela kecil di belakang kompartemen.

"Ada apa Kopral?" Tanya Jaka sedikit kesal.

"Hanya ingin mengatakan kalau Thermal Imager yang ada di Drone Kendaraan 2 berhasil mendeteksi pergerakan di Utara lokasi jatuhnya Bayraktar." Lapor Kopral Julius.

Kopral Julius adalah prajurit yang setia dibawah pimpinan Jaka sejak dia ditugaskan ke Myanmar, itu saja sudah beberapa tahun yang lalu. Dia adalah pria berbadan besar, terlalu besar untuk orang Indonesia, sekitar 210cm tinggi badannya. Jika Jaka ingat-ingat, Julius ini keturunan dari Tentara Belanda yang bergabung dengan Gerilyawan Jenderal Soedirman dahulu saat Agresi Militer.

"Dimengerti, Julius. Bilang ke Denis dan Fikar untuk menyiapkan prajurit lainnya, kita akan turun 600 meter dari posisi jatuhnya Bayraktar, mengingat benda itu jatuh cukup dalam ke hutan hingga kendaraan tidak dapat lewat, Joshua, pimpin kendaraan yang lain nanti ke titik pertemuan yang sudah aku tandai di TACMAP. Paham?"

"Siap, Paham/Paham, Letnan!" Julius dan Joshua masing-masing membalas.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka tiba di lokasi penurunan prajurit yang ada di Kendaraan 1/Anoa. Jaka turun dari Anoa tersebut sambil melakukan peregangan kecil, waktunya untuk sedikit penjelajahan, dia melirik sedikit kearah Wildan dan memberi anggukan kecil, Wildan memberi acungan jempol sebelum akhirnya pintu Jaka tutup.

Antar DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang