Chapter 8

240 13 19
                                    

Benteng, Utara Hutan Titan.
16 September 2035.
0955.

Jaka berkeringat dingin saat melihat pemandangan dihadapannya, terdapat setidaknya sepuluh Troll raksasa yang jauh lebih besar dari Troll sebelumnya yang hanya sebesar para Orc. Tinggi mereka saat ini kurang lebih 20-25 meter dengan membawa batang pohon sebagai senjata. Sepuluh Troll ini muncul dari balik hutan dan Jaka kehabisan ide untuk menghadapi monster dihadapannya ini.

"Itu Troll yang cukup besar." Komen Henrietta yang menyiapkan sihirnya.

"Ya... Kau masih bisa menyerang?" Tanya Jaka ke Henrietta.

"Eh, mungkin aku masih bisa membunuh tiga dari mereka, empat kalau memaksakan diri." Balas Henrietta membayangkan sihir apa yang harus ia pakai.

"Jangan paksakan diri mu, bala bantuan kita telah tiba." Ucap Jaka menyemangati Henrietta.

"Maksudmu burung-burung raksasa yang mengeluarkan banyak sekali kain putih mengambang itu? Tapi apakah mereka dapat tiba dengan cepat?" Tanya Henrietta dengan khawatir.

"Percaya pada ku dan mereka, Henri, mereka adalah salah satu prajurit paling profesional yang dapat aku pikirkan pada saat ini." Jawab Jaka menenangkan Henrietta.

"Baiklah jikalau demikian, Elfdom! Siapa yang menyuruh kalian beristirahat?!" Seru Henrietta ke beberapa Pejuang Elfdom yang terduduk letih.

"T-Tidak ada, Dame!" Mereka semua kembali berdiri dan memasang posisi pemanah.

Selain para Troll, kini pasukan penyerang utama mereka benar-benar muncul. Sekitar 15.000 mahluk berisi Orc, Goblin, Ghoul, Troll dan berbagai macam mahluk fantasi lainnya. Namun ada satu mahluk yang benar-benar berbeda dari yang lain, di tengah-tengah pasukan Dreamweaver di bagian belakang, terdapat sosok Laba-laba raksasa yang tampak sangat mencekam.

"Itu... Jugement du droit?" Tanya Jaka.

"Benar, itulah dia, anggota terakhir dari spesies Arachni, Jugement du droit." Jawab Henrietta mengonfirmasi kecurigaan Jaka.

"Itu konfirmasi yang aku butuhkan, panggil I Made Dewa kemari!" Perintah Jaka.

Julius langsung berlari menuju ke posisi Praka I Made Dewa. Jaka menunggu dengan cemas sambil melihat si Jugement du Droit yang tidak bergerak dan hanya berdiri dengan tenang di belakang pasukan raksasanya. Jaka bertatapan dengan pemimpin musuh saat ini.

Beberapa saat berlalu, Jugement du Droit pun bergerak. Dia mengangkat salah satu kakinya dan muncul beberapa lingkaran sihir berwarna emas namun ada retakan keunguan di lingkaran sihir itu. Dari sana, beberapa tombak melesat dengan cepat kearah Benteng dan meledak dengan kekuatan setara JDAM. Jaka terhempas ke belakang langsung jatuh ke perkarangan Benteng, bersama Henrietta dan yang lainnya.

Hujan tombak hitam emas itu mereda setelah 30 detik berlalu, hanya 30 detik dibutuhkan untuk Jugement du Droit untuk meruntuhkan pertahanan yang cukup solid dari Aliansi Elfdom-TNI. Jaka mengerang kesakitan dan melihat sekitarnya.

Hampir semua orang terkapar di tanah sambil memegang bagian tubuh mereka yang kesakitan, Henrietta yang disampingnya mencoba berdiri dengan tongkatnya. Beberapa Medis berdatangan dengan tandu yang berdarah bekas mengangkat Prajurit dan Pejuang yang terluka.

"Apa-apaan itu tadi?" Tanya Jaka kesakitan.

"Sihir Jugement du Droit... Dia jauh lebih kuat dari yang dulu." Jawab Henrietta mencoba membantu Jaka berdiri.

Jaka lalu mencoba menghubungi anak buahnya melalui radio. "Disini Jaka, laporan korban?!"

"Ini tim 3, semua baik-baik saja namun kami kehabisan obat-obatan untuk mereka yang terluka!" Lapor Sersan Adi.

Antar DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang