Chapter 5

171 15 14
                                    

Hutan Titan, Sektor 0, Dunia R'lyeh.

13 September 2035.

1800.

Jaka menguap cukup lebar, sudah hampir berapa jam mereka melakukan perjalanan melalui Hutan Titan untuk memasuki kota Silverhaven. Kata Henrietta mereka sudah dekat, namun itu seperti satu jam yang lalu saat dia berkata seperti itu. Rasa bosan ini benar-benar perlahan membunuhnya, begitu juga rasa sakit di bokong nya karena kursi duduk Anoa tidak mendukung kenyamanan.

"Bajingan, berapa lama lagi kita harus bergerak?" Gerutu Jaka.

"Entahlah bos, tapi yang pasti, aku akan kehabisan amunisi." Ucap Wildan sambil mengetuk botol tumbler miliknya yang sudah ringan.

"Kita semua sudah akan kehabisan amunisi, apakah Adi ada memberi laporan mengenai bahan bakar IFV mereka?" Tanya Jaka.

"Loh, Letnan? Bukannya anda baru berbicara dengan Sersan Adi melalui radio? Anda sudah melupakannya?" Tanya Wildan dengan heran.

Jaka lalu menepuk kepalanya, mengutuk sifat pelupanya yang sangat susah untuk hilang. "Ah iya, kamu benar, maaf ya, Wildan."

"Tidak apa-apa, Letnan, sudah tugas seorang prajurit untuk mengingatkan atasannya, bukan?" Ucap Wildan sambil menyeringai.

"Haha, iya." Jaka lanjut bersandar di tempat duduknya yang sangat tidak nyaman.

Namun tidak berselang lama, Jaka dan semua anak buahnya yang belum tertidur, melihat suatu keajaiban. Mereka melihat langit sore yang menggelap, namun tiba-tiba ada banyak percikan biru muda, lalu semacam tembok biru astral terbelah, memberi mereka ruang untuk masuk. Jaka melihat dengan jeli saat akan melewati pintu gerbang dinding astral yang dibuat, ada banyak sekali Elf dengan zirah berwarna biru muda dengan membawa pedang melengkung.

"Semuanya, ini Jaka, tetap waspada, kita berada di daerah yang tidak diketahui." Ucap Jaka melalui radio dengan serius.

Jaka kembali tenang saat mendengar anak buahnya semua membalas "Mengerti!". Konvoi mereka terus berjalan mengikuti para Elf yang menunggangi Rusa, Jaka melihat rusa yang ditunggangi Miriel dan Melian melambat dan berjalan beringingan dengan Anoa punya Jaka.

"Hey Letnan Manusia, bagaimana menurutmu Silverhaven?" Tanya Miriel penasaran.

"Melian, kamu harus lebih sopan, lagipula, kita belum sampai di pusat kota." Tegur Melian.

"Menurut ku, ini benar-benar pemandangan yang unik, ini semacam pinggiran kota, bukan?" Jaka melihat mereka berdua menganggukkan kepalanya, mengonfirmasi deduksi nya.

"Kota kami cukup sederhana dan menurut Nenek, Silverhaven tidak ada perubahan signifikan selama 200 tahun terakhir. Palingan beberapa sistem pertahanan Magis yang dipasang Militer." Ucap Melian.

"200 tahun... Nampaknya itu jangka waktu yang cukup pendek bagi kalian, ya?" Tanya Jaka lagi.

"Benar, Tuan Letnan, 200 tahun bangsa Elf ibarat kata umur 20 tahun bagi bangsa Manusia, itu kata Nenek, karena dia adalah Elf paling tua disini." Jawab Miriel sambil menyeringai.

"Benarkah? Aku tahu dia punya semacam berwibawa dan bijak di sekelilingnya, namun aku tidak menyangka dia memiiki usia sepanjang itu." Ucap Jaka yang terkejut, namun tidak memiliki energi yang cukup untuk benar-benar terkejut seperti biasa.

"Kami sampai sekarang juga kami bingung dengan Nenek, beliau sudah hidup lebih dari 10.000 tahun, itu menurut klaim dari beliau sendiri, dia yang membangun Silverhaven, dari beberapa gubuk kecil jelek, menjadi Kota terbesar dan pusat dati Bangsa Elf di Hutan Titan." Ujar Melian dengan bangga.

Antar DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang