🌼Chapter 4🌼

2.5K 237 95
                                    

"Lo ngremehin gue ya?! Bukan berarti gue diem aja ngeliat lo gelantungan di ketek cowok gue, lo jadi ngelunjak!"

Bentakan yang bagaikan ucapan selamat datang untuk Luna yang baru saja menginjakkan kaki di sekolah sangat mengejutkannya.

"Kalau gue bilang ini sekarang waktu gue, berarti lo harus pergi! Gue muak sama sikap lo yang gak tahu malu kayak gini."

'Kok dialog ini berasa gak asing ya'

Beluna dengan rasa penasarannya berlari kecil mengikuti arah suara itu berada.

"Kalau kakak muak, kenapa ga ngalah aja?! Gue juga lagi perlu."

Beluna dengan gesitnya menyempil diantara para kerumunan sampai ia mendapatkan posisi di depan sendiri. Ia bisa melihat dengan jelas dua gadis yang sedang adu argumen tersebut.

Gadis tersebut melirik nametag pada seragam gadis yang mengahadap ke arahnya. Jadi, dihadapan Beluna itu ada dua gadis yang saling berhadapan. Nah salah satunya mengahadap Beluna, dan satunya lagi membelakangi Beluna.

'Sovia Caya M.'

"Jangan bilang! Itu.." Monolognya dengan raut wajah yang kaget.

"Anjir! Dari deskripsi penampilan sama persis kayak di novel! Oh my god!" Serunya heboh yang tanpa sadar atensi dari semua siswa menjadi terarah kepadanya. Tidak terkecuali si para tokoh yang berdebat.

Sovia mengangkat alisnya sebelah. Seakan mengatakan 'lo waras?'

'Mampus gue'

Beluna yang sadar segera menutup mulutnya dengan tangan. Ia menggeser seseorang siswa lain yang ada di sampingnya untuk dijadikan benteng.

"Dahlah, capek gue ngomong sama lo! Cabut guys!"

Semua atensi kembali mengarah pada kedua gadis tersebut.

"Stttt, lo ngapain si tadi? Ayo ke kelas!" Geret Sea pada tangan Luna setelah semua siswa ikut pergi dari kerumunan.

Tapi sebelum itu, Luna sempat menengok ke arah gadis dengan name tag 'Lova Raya Jahindra' lawan dari Sovia tadi. Dimana saat itu ada cowok dengan rambut twing-twing lari kearah gadis tersebut. Sangat tampan!

'Anjir, jangan bilang dia Elvano Ragambara'

(^.^)

"Lo beneran cari mati ya tadi! Hah, untung kak Sovi gak mempermasalahkan perbuatan lo. Bisa mampus kalau lo harus berurusan sama dia." Gerutu Sea yang mukanya memerah, kayak baru dikejar copet.

"Lo gak tau ya siapa yang lagi adu mulut tadi? Maklum sih, di otak lo cuma tertera nama Jeno Mahendra." Lanjut julitnya dengan berpindah duduk di sebelah Dora. Gadis yang duduk di bangku depan mereka.

Beluna yang mendapat semprotan mulut Sea di pagi buta begini menjadi memberengut kesal.

"Bukannya kenapa lun, yang penting lo jangan sampai berurusan sama satu orang yang tadi marah-marah." Ujar Sea lanjut yang tahu akan kebingungan Luna.

"Emang kenapa sih?" Heran Luna.

"Ini emang bukan jadi rahasia lagi sih. Tapi di sekolah ini sudah terkenal bagaimana sosok primadona cantik dengan hati iblis itu." Jelasnya yang menurut Luna sangat tidak jelas.

Sea yang melihat ekspresi Luna menjadi berdecak kesal. Bukannya dia harusnya tau ya siapa mereka berdua yang lagi berantem tadi.

Ini malah kayak orang baru keluar dari goa aja.

Bukan dari goa Se, tapi dari dunia lain!

"Ck. Pokok intinya Lun, tadi itu yang berdebat kak Sovia sama Lova. Kak Sovia itu primadona sekolah sekaligus tukang bully. Walaupun yang dia bully yang nyenggol dia aja sih."

"Trus kalau si Lova lo pasti juga udah tau, karna pacar lo ngejar-ngejar dia." Jelas Sea panjang lebar disertai muka mengejek pada kalimatnya yang terakhir.

"Makanya, jadi orang jangan cuma fokus ke Jeno aja. Gak tau kan lo, gosip-gosip sekolah." Sindirnya.

'Tuhkan bener, ini semua cerita dalam novel "Call me Lova"'

"Gila, gue gak habis fikir." ucapnya dalam hati yang ternyata tanpa sadar malah terucap dan di dengar Sea.

"Baru sekarang lo mikir?" Tanya Sea setelahnya dengan nada yang masih mengejek.

Luna yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas. Si Sea sekarang udah berubah jadi mode cerewet. Ia gak berani melawan tikus dalam mode kucing itu kalau gak mau dicakar.

'Jadi peran gue disini gak ada ya.. Ini gue harus bersyukur atau gimana' fikirnya sambil minum air yang tadi ia bawa dari rumah.

Saat minum atensi Luna beralih pada pemuda yang baru masuk kedalam kelas.

'Jeno Mahendra'

'Jadi dia pacar gue sekarang?' Tanyanya dalam hati sambil terus mengamati arah Jeno berjalan.

Jeno yang sadar sedang diamati balik menatap ke arah Luna. Ia balik menatap sambil mengangkat sebelah alisnya ke atas tanda bertanya.

'Kenapa?'

Luna yang mengerti maksud dari tindakan Jeno hanya mendengus. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah Sea berada.

'Gadis aneh' batin Jeno setelahnya.

(。・ω・。)

"Si Luna kenapa? Kok gak ngintilin lo lagi sih sekarang." Tanya heran Niko sahabat sebangkunya.

Leo yang duduknya tepat berada di depan bangku Jeno dan Niko merubah posisinya berbalik ke arah belakang setelah mendengar pertanyaan Niko barusan.

"Iya Jen, gue juga kepo nih. Kalian putus ya?" Tanyanya penasaran.

Bihan yang baru sampai di mejanya merasa heran, karena melihat para sahabatnya sedang menatap Jeno dengan muka serius.

"Ada apa nih? Pagi-pagi udah serius aja." Nimbrung nya setelah meletakkan tas di atas meja.

"Lo gak di ajak!" Ujar Leo sinis.

Ia masih setengah dendam dengan Bihan karena sudah meninggalkannya kemarin dengan Luna yang ia fikir kerasukan.

"Paan si, masih dendam aja kayak cewek." Sahut Bihan.

"Udah-udah, ini malah pada berdebat sendiri." Tengah Niko menyudahi.

"Jadi kenapa Jen?" Tanyanya lagi pada Jeno setelahnya.

"Bukannya bagus?" Balik tanya Jeno pada Niko.

Niko yang mendengar jawaban dari Jeno menatap kearah Leo yang juga menatapnya. Lalu ia beralih menatap Bihan yang saat ini sedang berfikir keras.

"Apanya yang bagus?" Tanyanya karena ia beneran tidak tahu apa yang sedang di obrolin oleh para sahabatnya ini.

"Luna." Jawab singkat Jeno pada pertanyaan Bihan.

Bihan yang udah paham segera menganggukkan kepalanya mengerti.

"Bener kata Jeno. Berarti bagus. karna Luna udah mulai mau terbuka sama temannya yang lain kan" Lanjut Bihan menimpali jawaban Niko.

Mereka yang sebenarnya tidak puas dengan jawaban Jeno hanya menganggukkan kepalanya saja. Mereka tidak akan mengorek lebih masalah sahabatnya jika tidak bercerita sendiri.

Prinsipnya adalah, jika mau bercerita pasti akan diceritakan. Tapi jika tidak berarti ia bisa mengatasinya sendiri.

Mereka ini sangat menjaga privasi satu sama lain.

(>y<)

TBC.

Kira-kira, ada apa ya sama Luna yang terus ngintilin Jeno?

Jangan lupa vote dan Jejaknya ya, terimakasih🙌

28 Oktober 2023

Unknown Character (Beluna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang