Bab III 'Akhir Dari Semuanya'

502 61 21
                                    




























│‘Sugar Rush Ride’│


























Tik. Tik. Tik.

Suara dari jarum detik jam dinding itu terdengar mengisi di kamar yang sunyi. Jisung terlihat duduk di depan meja belajarnya. Melamun dengan terus menatap lurus kearah depan. Mata lelah dan kantung mata yang mulai terlihat menunjukkan kondisinya saat ini.

Jisung terlihat kurang tidur. Lebih tepatnya dia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena suara-suara yang terus berbisik di telinganya. Suara itu terus terdengar di telinganya semalaman dan baru berhenti ketika hari mulai pagi.

“Hahh, gue bisa gila kalau terus-terusan denger suara itu. Untung udah berhenti.” gumam Jisung.

Tangan Jisung memijat pelan pangkal hidungnya. Kepalanya terasa pening karena tidak tidur semalaman. Tapi jika seperti semalam, Jisung lebih memilih tidak begadang sekalipun dia sudah biasa.

Ddrtt! Ddrtt! Ddrtt!

Jisung membuka matanya dan melirik kearah ponselnya yang tergeletak di meja. Ada nama Sunwoo terpampang di layar ponselnya. Dengan sedikit malas, Jisung mengambil ponselnya dan mengangkat telfon itu.

“Kenapa, Woo?”

“Ini gue Jihoon, Sung. Lo belum berangkat sekolah?”

“Jihoon? Belum. Bentar lagi gue mau berangkat. Kenapa?”

“Enggak ada. Gue kira lo enggak masuk sekolah hari ini gara-gara tingkah lo kemarin aneh banget. Lo baik-baik aja kan, Sung?”

“Gue baik, Hoon. Kemaren gue lagi capek banyak pikiran aja.”

“Lo yakin? Gue khawatir sama kondisi lo. Kalau lagi sakit, mending enggak usah sekolah deh, Sung.”

“Gue baik, Jihoon. Abis ini gue mau berangkat. Ketemu di sekolah.”

Pip!

Jisung segera menutup telfon dari Jihoon itu. Entah kenapa temannya itu menggunakan nomor Sunwoo untuk menghubunginya. Yang jelas sekarang, dia harus segera pergi ke sekolah.

Srek.

Jisung menyambar kunci motor yang ada di atas meja. Mengambil tas sekolah dan menyampirkannya di bahu kanannya. Dia keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah di rumah besarnya itu.

“Enggak semua harus di investasi, kan? Kamu bisa ngurus apa enggak, sih?”

“Aduh, kamu ini gimana sih, Rina? Bahan itu kan mau di pake pagi ini buat pesenannya Bu Anisa. Kok bisa salah kirim, sih. ”

Jisung baru sampai di lantai bawah dan sudah di sambut dengan kedua orang tuanya yang sibuk dengan ponsel di telinga masing-masing. Biasa. Urusan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Bahkan tengah berada di meja makan pun ponsel tetap ada di tangan.

“Saya enggak mau tau, kamu tarik investasinya. Saya enggak setuju buat investasi di sana, Rudi.”

“Pokoknya kamu harus urus pengirimannya itu. Kalau bisa hari ini harus bisa sampe ke butik. Pesenannya udah enggak bisa di undur lagi. Bulan depan harus udah selesai.”

Sepertinya kedua orang tuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Dari raut wajah mereka juga terlihat dengan jelas jika ada masalah yang tengah mereka alami. Jisung tidak terlalu peduli dan hendak berjalan pergi begitu saja.

Sugar Rush Ride || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang