Bab VII 'Mencari Kebenaran'

498 63 21
                                    


























│‘Sugar Rush Ride’│

























Langit sudah berubah menjadi gelap. Bintang-bintang terlihat bertaburan di atas sana. Memang tidak semuanya terlihat karena terkalahkan oleh cahaya lampu. Namun melihat langit malam yang cerah, bintang-bintang juga pasti banyak yang bertaburan.

Jisung tengah duduk di dekat jendela besar di kamarnya. Dia mengistirahatkan dagunya di lipatan tangan yang bertumpu di tepi jendela. Kedua matanya menerawang jauh kedepan sana. Sepertinya ada yang mengganggu pikirannya.

“Apa mungkin misi yang dikasih sama Chang Bin itu buat bantuin Minho? Sekarang gue cuma nemu petunjuk itu, sih. Bener itu enggak ya misinya? Argh!”

Jisung mengusak kasar rambutnya. Dia frustasi hanya karena menebak-nebak misi tidak jelas yang di berikan Chang Bin. Dewa yang satu itu memang cukup menyebalkan untuk ukuran seorang dewa tertinggi dari para dewa.

Jisung menyandarkan dirinya di kursi. Mendongakkan kepalanya lalu menatap kearah langit-langit kamar. Dia baru menyadari ada lukisan indah yang tergambar di atas sana. Sebuah lukisan bergaya kuno yang terlihat sangat menyatu dengan bangunan istana.

Greekk!

“Gue enggak bisa diem aja kaya gini. Gue harus cari tau apa misi gue sebenernya.” putus Jisung setelah  berdiri dari duduknya.

Si tupai berjalan kearah pintu kamarnya. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kamarnya. Istana terlalu luas untuk di jelajahi. Karena itu, Jisung memilih berkeliling di sekitar kamarnya agar dia mudah untuk kembali.

 Karena itu, Jisung memilih berkeliling di sekitar kamarnya agar dia mudah untuk kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lorong istana yang besar terlihat sangat sepi. Mungkin karena hari sudah malam, penghuni istana lebih memilih berada di kamar masing-masing. Jisung hanya melihat beberapa pelayan dan prajurit yang berjaga ketika dia melewati lorong itu.

Entah si tupai sudah berjalan seberapa jauh, kini lorong yang sepi dan tanpa prajurit tengah di lewati Jisung. Dia tidak tau kemana kakinya melangkah. Jisung yakin jika dirinya sudah berada jauh dari kamarnya.

“Kayanya gue harus balik ke kamar, deh. Jalan-jalan di istana segede ini kalau udah malem malah bikin ngeri sendiri. Bisa-bisa gue tidur di lorong gara-gara enggak bisa balik ke kamar.” gumam Jisung.

Kedua matanya menelisik lorong tempatnya berada. Disini lebih minim pencahayaan dari pada di lorong sebelumnya. Hanya ada lampu kecil yang menyinari lorong. Benar-benar temaran dan tidak seterang lorong sebelumnya.

Krieet.

Jisung menoleh kearah belakangnya. Bukan. Itu bukan prajurit atau apapun. Hanya suara dari pintu yang sedikit terbuka. Entah ruangan apa, tapi Jisung bisa melihat cahaya yang berpendar di dalam sana.

Sugar Rush Ride || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang