Bab 2

11 0 0
                                    

Surgical lighting tepat menyorot makhluk yang sedang terbaring lemah dibawahnya. Bunyi yang berasal dari ventilator monitor bergema dalam ruangan sunyi menambahkan kesan menegangkan. Seorang wanita dengan lihainya memainkan peralatan bedahnya, sesekali ia memperhatikan monitor yang tepat berada disampingnya. Tangannya dengan cekatan bermain pada bagian tubuh sebelah kiri yang sudah terbuka lebar.

Bunyi alaram pada monitor mengalihkan perhatian dari para suster dan dokter yang sedang bertugas. 

"Detak jantung melemah" ucap salah satu dokter yang sedang bersamanya

"Tekan" perintahnya. Tangannya dihulurkan memberi kode dua jari dengan sigap perawat memberikan apa yang dimaksud

Alaram dari monitor masih belum berhenti berbunyi, semakin nyaring dan semakin pelan

"Tahan pendarahannya" sekali lagi ia menghulurkan tangnnya memberi kode dengan menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya meminta pinset.

Dalam tumpukan daging yang sudah terbuka dengan jelas terlihat sebuah peluru tertancap didalamnya. Farhana sekilas memandang dokter yang menjadi rekannya, mereka sama-sama mengangguk. Farhana merasakan dahinya diusap lembut guna menghilangkan keringatnya. Dengan gerakan perlahan dan penuh hati-hati Farhana menarik keluar peluru yang tertanam dalam daging itu. 

KLENTANG

Bunyi peluru jatuh dalam nampan medis bergema, peluru dengan panjang berkisar 5 cm itu berhasil mereka dapatkan. Mereka menarik nafas lega beruntung peluru itu tidak tepat mengenai jantung pasien, namun kekhawatiran tetap ada karena pada area jantung mengalami pendarahan. 

"Kontrol pendarahannya" Darah segar mengalir laju didalam selang. 

"Jahit" ucap Farhana. Sesekali matanya tertuju pada ventilator monitor disampingnya. Alaram sudah tidak lagi berbunyi namun detak jantung masih melemah

Selang berapa menit daging dan kulit yang tadinya terbuka kini sudah tertutup rapih oleh benang jahit. Farhana menganggukkan kepalanya akhirnya misi untuk menyelamatkan nyawa berhasil. 

"Terimakasih dokter" ucap salah satu dokter yang menjadi rekannya

"Trimakasih kembali atas kerjasamanya, kita harus terus memantau perkembangan pasien" jawab Farhana

"Semoga pasien bisa melewati masa kritisnya" 

"Ammiinn,, oh iya sus setelah pasien dipindahkan keruangan ICU buat laporan hasil sementara dan serahkan pada saya" Farhana meminta pada salah satu perawat yang ikut bertugas

"Baik dok" 

"Terimakasih,, kalau gitu saya permisi duluan" Farhana tersenyum dibalik masker medisnya

 ****

Farhana memandang pantulan dirinya melalui cermisn wastafel, ia masih mengenakan pakaian oprasinya. Oprasi berjalan hampir memakan waktu 4 jam cukup menguras tenaga ditambah ia menyelesaikan dua oprasi lainnya dalam sehari. Syukurlah kali ini Allah masih memberikan pasiennya kesempatan kedua, operasi berjalan dengan lancar walaupun keadaan pasien dalam masa kritis. Maut memang berada ditangan Allah ia hanya sebagai perantara menyelamatkan sebisanya, sisanya ia serahkan kepada sang Maha Kuasa. Apa yang kita takutkan didunia selain dosa-dosa kita, karena maut bisa datang kapan saja yang perlu dilakukan hanyalah persiapan.

Farhana melihat jam melalui handphonenya 23.45 sudah larut malam. Ia harus segera mengemaskan dirinya agar dapat pulang dengan cepat untuk beristirahat, jadwal pemeriksaan pasien besok sangat padat semoga saja Allah lancarkan dan mudahkan. Dengan langkah cepat Farhana menuju ruangannya untuk mengemaskan barang-barangnya, namun saat berada dikoridor rumah sakit ia berpas-pasan dengan salah satu dokter

WOLF Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang