Suasana dalam ruangan rawat inap itu terlihat kalang kabut, beberapa perawat menatap bingung seorang anak kecil yang tengah berdiri dihospital badnya
"No no no. Walna apa yah?"
"Ini" tunjuk Farhana pada jilbab berwarna mocca
"No no no Sila suka walna pink" Tolak anak itu
"Okee deh warna pink" Farhana mulai mengambil jilbab berwarna pink
"Tapii Sila udah pake walna pink kemalin"
"Ya udah warna hijau aja, hijau juga bagus kok" ucap salah satu perawat. Farhana mengangguk meyakinkan. Cila kembali menggeleng. Hampir setengah jam mereka membujuk anak kecil itu untuk memilih jilbab yang akan ia kenakan. Hanya untuk berjemur dihalaman rumah sakit butuh waktu setengah jam untuk memilih jilbab, itulah wanita.
"Jadi Cila mau pake warna apa, kalau lama matahari baiknya pergi" tanya Farhana sekali lagi
"Bilu aja deh" Cila menyerahkan jilbabnya yang berwarna biru kepada Farhana. Farhana menggeleng, ribet. Akibat rambutnya rontok yang hampir membuat kepalnya botak Cila memutuskan mengenakan hijab atas bujukan Farhana. Awalnya anak istimewa itu tidak ingin menjalankan perawatannya katanya malu kepalanya botak sudah tidak cantik lagi namun Farhana berhasil membujuknya dengan menghadiahkan beberapa jilbab padanya.
"Oke udah selesai,,mmm cantik sekali" ucap Farhana setelah selesai membantu Cila menggunakan hijabnya ia mencium dahi Cila penuh sayang
"Sustel Sila santik ndak?" tanya Cila sambil mengedipkan matanya
"Cantik banget" jawab para perawat kompak
"Oke sekarang saatnya bertemu matahari baik" Farhana mendudukkan Cila dikursi roda dengan hati-hati perlahan-lahan ia mendorong kursi roda itu keluar ruangan.
Matahari pagi sangat baik untuk tubuh dan kulit, saat ini Farhana dan Cila sedang duduk dihalaman rumah sakit sambil bermain dengan pensil warnanya. Mereka sangat fokus dengan dunianya sampai tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka. Senyumannya tidak pernah lepas
"Doktel walna pink" pinta Cila
"Gunung warna hijau Cila bukan Pink" beritahu Farhana, Cila menggeleng ia tetap fokus mewarnai gunungnya dengan warna pink
"Suut doktel diam, Cilakan sutanya warla pink" Farhana mengalah ia tersenyum melihat gambaran anak itu tidak ada warna lain selain warna pink dan warna biru, karena kedua warna itu adalah kesukaannya Cila
"Ekhem" deheman itu mengejutkan mereka berdua, Farhana melihat itu segera menundukkan pandangannya
"Molning my clush" panggil Cila semangat
"Morning cantik. Cantik lagi gambar apa tuh" Tanya dokter Reza mencoba mengintip kertas gambar kepunyaan Cila. Cila yang melihat itu dengan cepat menutupi gambarnya
"Gambal masa depan kita dooongg" jawaban itu mengejutkan Farhana. Dari mananya gambar masa depannya sedangkan disitu hanya ada gunung dan bunga, dasar bibit cabe-cabean.
"Mana coba dokter mau lihat seperti apa gambaran masa depan kita"
"No jangan kalo doktel lihat masa depaan kita jadi gelap" celetuk Cila semakin menyembunyikan kertas gambarnya. Farhana yang mendenar itu terkikik.
Dokter Reza hanya menggeleng ada-ada saja anak kecil zaman sekarangg. Ia menoleh kearah Farhana yang dari tadi hanya mendiamkan dirinya
"Pagi dokter Hana" sapanya
"Pagi dok" Farhana sedikit mengangguk
"Dokter sudah cocok"
"Mmm cocok apanya ya dok?" tanya Farhana bingung
KAMU SEDANG MEMBACA
WOLF Perfect Husband
RandomHaidar Zayden Alfariq laki-laki berseragam loreng dengan baret merahnya adalah seorang perwira yang ditakuti karena ketegasannya dan tatapan mata coklatnya yang tajam. Ia tidak pernah menampakkan wajah aslinya bahkan identitasnya pun tidak banyak ya...