"Dokter Reza?"
"Dokter Reza mengambil cuti sudah 2 hari dok, katanya ada urusan mendesak" jelas perawat yang biasa mendampingi Reza
Ooh ternyata dokter Reza mengambil cuti, pantas saja tidak melihatnya. Gumam Farhana dalam hati
"Baiklah saya akan menggantikan dokter Reza" Farhana tersenyum. Seraya membuka pakaian oprasinya
"Terimakasih dokter"
Farhana mengangguk memakai jas dokternya kembali. Sebenarnya ia baru saja ia menyelesaikan oprasi dan sekarang Farhana harus kembali membackup tugas dokter Reza. Lelah? Tidak karena ada kepuasaan dalam setiap diri dokter ketika melihat pasiennya sehat kembali.
"Ruangan berapa yang harus saya backup" tanya Farhana sambil mengambil laporan harian perawat untuk ditanda tangani.
"Ruang rawat inap dok nomor 15b" jawab perawat itu. Setelah itu mereka segera bergegas untuk mengunjungi para pasiennya.
Farhana memandang pintu dihadapannya, saat ini ia berada didepan ruangan khusus untuk pasien rawat inap. Perawat itu mengangguk dan mempersilahkan untuk Farhana masuk
"Permisi selamat siang" sapa Farhana dengan senyuman manisnya
"Selamat siang dokter" jawab mereka yang berada diruangan itu tapi tidak dengan pasien wanita yang terduduk lemah diatas ranjang rumah sakit, wanita yang sudah berumur itu tidak menyadari kedatangan Farhana
Farhana menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada dua orang pria mungkin itu adalah suami dan anak kepada wanita yang sedang duduk diatas ranjang rumah sakit. Kedua pria itu terlihat cemas dan Farhana dapat melihat tatapan wanita itu kosong.
"Assalamualaikum ibu" Farhana menundudukkan dirinya disamping wanita itu dan mengambil lembut tangan yang sudah mulai berkerut untuk ia kecup. Ada yang ia rindui saat ini
Suara halus dan kecupan hangat Farhana mengejutkan wanita yang sedari tadi melamun jauh.
"Waalaikumsalam" jawab wanita itu tapi tetap saja tidak merubah ekspresi wajahnya. Farhana tersenyum dan mulai melakukan pemeriksaan. Wanita itu tidak terlalu banyak bicara, jika Farhana bertanya pun wanita itu hanya akan menggeleng atau mengangguk.
Syukurlah wanita itu hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran.
Farhana membenarkan badcover yang dikenakan wanita itu, ia melihat kesisi kanan. Diatas meja ada semangkuk bubur yang belum tersentuh sama sekali. Farhana mendudukkan dirinya dihadapan wanita itu. Ia menarik lembut tangan wanita itu dan menggenggamnya. Wanita itu sadar namun hanya memandang kosong tangannya yang berada digenggaman Farhana.
"Allah selalu mengerti apa yang ada dihati setiap makhluknya, sekalipun makhluknya tidak berbicara" ucapan Farhana mengalihkan atensi wanita itu.
Farhana dapat melihat ada banyak kekhawatiran dalam mata itu, wajahnya memancarkan kesedihan. Wajah wanita itu dapat dikatakan awet muda untuk seusianya, hal itu dapat dilihat dari kerutan diwajahnya yang tidak terlalu terlihat.
Wanita itu memandang Farhana dengan ekspresi tidak terbaca, Farhana membalas tatapan itu dengan lembut penuh kasih sayang. Lama mereka saling bertatapan seolah melakukan telepati, terdengar esakkan halus dari wanita itu. Wanita itu menunduk tidak ingin terlalu lama menatap mata cantik Hana
Farhana membawa wanita itu kepelukannya, diusap lembut bahu itu guna menenangkan. Tangisannya mulai terdengar semakin jelas. Kedua pria yang hanya mendiamkan diri terlihat panik namun Farhana menganggukan kepalanya seolah-olah berkata tidak apa-apa. Akhirnya mereka hanya membiarkan wanita itu meluapkan isi hatinya, Farhana pula tidak mengatakan sepatah katapun saat wanita itu menangis, ia mengerti dan memberinya ruang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOLF Perfect Husband
RastgeleHaidar Zayden Alfariq laki-laki berseragam loreng dengan baret merahnya adalah seorang perwira yang ditakuti karena ketegasannya dan tatapan mata coklatnya yang tajam. Ia tidak pernah menampakkan wajah aslinya bahkan identitasnya pun tidak banyak ya...