في كل مرة أرى عينيك الجميلتين، أشعر بالهدوء دائمًا وأنسى عالمي
Setiap kali aku melihat mata indahmu, aku selalu merasa tenang dan melupakan duniaku
Suara high hels bergema memenuhi koridor rumah sakit, mengalihkan beberapa pasang mata guna melihat siapa gerangan. Beberapa suster bernafas lega dan segera menghampiri seolah kedatangannya sedang dinanti.
"Dimana?" tanyanya sambil menandatangani surat keterangan dokter yang diberikan oleh salah satu suster.
"ICU dok" Setelah berkas itu berpindah tangan Ia segera berlari tergesa gesa diikuti oleh beberapa suster dibelakangnya. Keadaan rumah sakit yang sunyi kembali diriuhkan oleh beberapa derap langkah para tenaga medis.
"Sasya Laras ikut saya, Geby cari pihak keluarga pasien meminta persetujuan untuk menindak lanjuti" perintah Farhana yang diangguki ketiganya. Sesampainya mereka ruang ganti mereka segera mengenakan seragam khusus untuk memasuki ruangan icu.
****
"Tidak ada cara lain selain transfusi jantung"
"Tapi untuk saat ini kondisi pasien tidak memungkinkan dok, tekanan darahnya terlalu tinggi. Itu lebih beresiko" ucap Ara yang merupakan salah satu dokter yang menjadi partner Farhana
Setelah hampir setengah jam mereka bergelut dengan alat medis, akhirnya untuk sementara waktu pasien dapat ditangani walau kondisinya sangat kritis
"Tapi jika tidak segera ditangani Hana takut terjadi hal yang tidak-tidak" ucap Farhana sambil menyandarkan tubuhnya frustasi
"Aku paham maksud kamu han tapi" Ara kembali bersuara
"Begini saja kita tunggu kabar dari keluarga pasien, bagaimana melakukan transfusi jika jantung pendonor saja tidak ada" ucap Abian menengahi
"Hah apa dirumah sakit ini tidak ada?" tanya Farhana yang hanya dijawab gelengan saja oleh Abian
"Apa tidak ada info dari keluarga pasien" Farhana mengarahkan atensinya kearah Geby
"Tidak ada dok, bahkan keluarga pasien tidak dapat dihubungi" jawab geby
"Hmmm" Farhana menghela nafas
"kita cek kondisi pasien setelah setengah jam, setelah mengetahui kondisinya nanti baru bisa putuskan tindakan apa yang perlu kita lakukan" Ucap Abian
"Abian ini.."
"Hana" belum selesai Farhana mengucapkan kalimatnya Abian kembali menyela dengan nada yang sangat rendah terkesan membujuk. Ia tahu Farhana sangat bertekad untuk menyembuhkan para pasiennya bahkan terkadang Farhana melupakan kesehatannya sendiri. Tapi untuk saat ini mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan karena pekerjaan melainkan tanggung jawab sebagai seorang dokter yang menjadi perantara penyembuh walau mereka tau semua ini tidak terlepas dari pertolongan Allah dan atas takdir darinya.
Farhana menelungkupkan kepalanya diatas meja sambil melirihkan "hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir"
Ara yang melihat itu hanya mengelus pelan pundak Farhana. Siapa yang tidak mengenal Farhana wanita yang dikenal karena kepintaran dan ketangkasannya dalam menangani pasien Farhana juga memiliki hati yang lembut dan berakhlak baik. Tidak heran sedikit banyaknya orang-orang medis mengenali sosok Farhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOLF Perfect Husband
De TodoHaidar Zayden Alfariq laki-laki berseragam loreng dengan baret merahnya adalah seorang perwira yang ditakuti karena ketegasannya dan tatapan mata coklatnya yang tajam. Ia tidak pernah menampakkan wajah aslinya bahkan identitasnya pun tidak banyak ya...