Ekstra Part : About Indira

13 2 3
                                    

Namaku Indira Katharina.
Keluargaku selalu memanggilku, dengan panggilan Dira.

Aku lahir sebagai anak pertama yang sangat dinantikan, oleh Ayah dan Ibu.
Enam tahun aku berada di dunia ini, aku selalu merasa bahagia. Karena ada ibu, dan ayah yang selalu disampingku.

Aku tumbuh menjadi anak yang ceria, selayaknya anak seusiaku kala itu.

Tetapi, saat usiaku genap tujuh tahun ada sesuatu yang membuatku terpaksa untuk berpikir lebih dewasa dari usiaku.

Ibu, seseorang yang paling aku cintai lebih dari siapapun, ternyata mengidap penyakit kanker payudara yang sudah mencapai stadium tiga.

Berat memang.

Apalagi untuk mereka.

Saat itu aku tidak bisa mengabaikannya, walaupun Ibu dan Ayah selalu mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku selalu menemani ibu untuk pergi berobat, bercerita dan lain sebagainya. Pikirku, itu cukup untuk membuat ibu semangat dalam proses pengobatannya.

Hingga,

Malam itu aku terbangun, aku mendengar sesuatu yang membuatku beranjak dari tempat tidur. Aku pergi keasal suara. Dibalik pintu kamar mereka yang sedikit terbuka, aku terdiam.

Ibu terlihat memeluk Ayah, yang menangis.

Ibu menenangkannya, tentu dengan senyum diwajahnya.

Aku memutuskan untuk kembali kemarku, terdiam memikirkan keadaan ibuku. Lalu tanpa sadar, aku menangis tapi tak bersuara.

Aku menangis karena, aku tak bisa melakukan apapun.

Hingga, tiga tahun berlalu keadaan ibu semakin membaik. Namun, ekonomi keluargaku malah semakin memburuk. Aku tahu, Ayah bekerja keras untuk biaya pengobatan ibu. Tapi sayang, kerja keras ayah tidak cukup. Yang membuat ayah harus kesana kemari, meminjam uang untuk pengobatan Ibu.

Karena itu, aku selalu tersenyum dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan bahagia selama Ayah dan Ibu ada disampingku, walaupun hidupku selalu kekurangan.

Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya hari dimana Ibu dinyatakan sembuh dari kankernya. Itu membuat keluarga kecilku sangat bahagia.

Namun, kebahagiaan itu hanya sebentar. Karena, saat Aku dan Ayah, Ibu pulang dari Rumah Sakit. Kecelakaan beruntun, menghampiri keluargaku.

Yang membuat, Ibu meninggal ditempat.

Tahun itu, adalah tahun terburuk dari tahun yang pernah ada.

Seseorang yang aku cintai, telah pergi meninggalkanku.

Ayah begitu terpukul atas kepergian Ibu, namun itu tak lama.

Karena, Delapan bulan setelah kepergian Ibu, Ayah memperkenalkanku pada seorang Wanita.

Aku ingat jelas, saat itu ayah berkata.

"Dira, ayah mencintai wanita ini"

Dan itu, menjadi pertama kalinya aku sakit hati hanya karena satu kalimat yang diucapkan. Namun kesedihanku tidak berpengaruh pada mereka. Karena satu bulan setelahnya, mereka melangsungkan pernikahan.

Aku mencoba menerimanya, karena wanita itu--mamah orang yang baik.

Dia memperlakukanku selayaknya anak sendiri, aku bahkan sampai terlena karena Mamah hampir menggantikan posisi Ibu. Tapi disaat aku mulai menerimanya dan menyayanginya, Mamah hamil dan lahirnya Adikku.

Aku senang, tentunya.
Tapi sejak saat itu, Mamah selalu mengesampingkan aku. Aku mencoba mengerti, tapi makin hari aku mencoba malah aku yang makin tersakiti, bahkan hingga sekarang.

Saat aku memikirkan itu, rasanya benar-benar menyakitkan. Aku yang selalu dituntut untuk mengerti orang lain, aku yang selalu dituntut untuk selalu mengalah.

Dan itu malah membuatku, benci pada diriku sendiri.

•••

Q & A time

Indira Katharina

Q : Apa yang paling kamu benci ?

A : Keadaan dan diriku.

Q : Apa yang membuatmu lelah?

A : Dunia dan segala isinya.

Q : Kapan kamu merasa paling bahagia ?

A : Entah

Q : Ada masa dimana kamu merasa, kamu beruntung?

A : Ada, saat aku mengenal Fattan.

Q : Orang yang kamu sayangi, sekaligus kamu benci ?

A : Mamah

Q : Sampaikan pesanmu untuk dirimu sendiri!

A : Berbahagialah, dengan dirimu sendiri !!

•••

- COMING SOON -
Bagian II : Ini Untukmu, Indira
Trilogi - My Choice

Written by FAN

Minggu, 13 Agustus 2023

My Choice - Ini tentangmu, Fattan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang