11. Hadiah Ulang Tahun

629 39 4
                                    

Halo, apa kabar? Hari ini tgl

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, apa kabar? Hari ini tgl. 13 Agustus 2023 aku akan bertekad untuk menyelesaikan cerita ini sampai selesai. Malam ini juga aku mau rilis Alternative Universe (AU) di twiter (X) @secisuci. Tentang Ken, anak tunggal dari Gadha. Masih inget?

Happy Reading guys!

Baru saja tubuhnya dibaringkan di kasur kecil yang akhir-akhir ini menjadi tempat beristirahat Xenara, suara ketukan pintu yang amat keras menarik kembali Xenara dari kasur. Dia tahu siapa yang datang ke bangunan kecil nan kumuh ini. Meski tahu, dia tetap membukakan pintunya. Tetangga bisa mengamuk dan salah paham dengan keberadaan orang itu di malam-malam begini. Bisa jadi dia diusir dari sini.

Tepat seperti prediksinya, di luar pintu terdapat sosok lelaki berjaket tebal. Kala pintu terbuka sepenuhnya, sosok itu langsung menarik lengan Xenara menjauh dari bangunan kumuh ini. Xenara diam saja tidak memberontak sama sekali. Bahkan berkomentar saja tidak. Mulutnya seakan dikunci rapat. Menimang-nimang kalau ternyata sosok pelindungnya bisa menjadi monster. Dulu dia menjadikan orang ini menjadi pelindungnya, kebahagiaannya dan mentarinya. Namun semuanya telah lenyap. Berharap semua kembali seperti dulu sama saja dia mengharapkan matahari terbelah menjadi dua.

Sampai tiba di tempat sepi orang itu menghempaskan tangannya kencang. Xenara tidak bisa berkomentar apa pun karena sedetik setalah tangannya dihempas, orang itu langsung mencekiknya. Zenard, ya orang itu adalah Zenard—kakak keduanya. Cekikan Zenard semakin kencang, kencang dan kencang. Sampai seketika Xenara kehilangan nafasnya. Dirasa nafas Xenara tinggal setengah, Zenard melepaskan cekikikan itu.

"Selamat ulang tahun," lirih Zenard, "selamat ulang tahun, sialan! Aku mencarimu ke mana-mana ternyata kamu bermain bersama pria? Aku belum puas membuatmu menderita."

"Mama melarangku untuk bunuh diri. Kamu bisa membunuhku, Zenard. Agar kamu puas. Selama aku hidup, kamu tidak akan pernah puas. Mana?" ujar Xenara lemah. Mencari-cari sesuatu yang digunakan untuk membunuh. Di kantung jaket sebelah kiri, dia menemukan sebuah pisau lipat. "Bunuh aku."

Xenara membuka pisaunya kemudian memaksa tangan Zenard menggenggam. "Lakukan. Lakukan sesukamu, Zenard. Ini hari yang paling kamu benci kan? Jadi lakukan cepat untuk menghilangkan hari kebencianmu itu."

"Kamu pembunuh Xenara ...."

Semua orang menuduhnya.

"Ya, aku pembunuh. Untuk itu, tidak ada hukuman yang lebih pantas daripada kematian. Sekarang bunuh aku, Zenard." Kali ini, Xenara mengarahkan tangan Zenard yang memegang pisau ke lehernya. Benda tajam itu sampai menyentuh leher Xenara.

"Ya, kematian. Kematian secara perlahan itu lebih cocok untukmu. Aku tidak bisa membiarkanmu mati begitu saja. Aku harus memberikanmu siksaan yang pantas sebelum kamu pergi ke neraka," balas Zenard menarik tangannya dari tangan Xenara.

Xenara tersenyum kecut. "Kamu kira aku tidak lelah hidup seperti ini? Kamu kira aku bahagia? Kenapa?" tanya Xenara. Susah payah dia menahan tangisannya, tapi tak bisa. Buliran-buliran air terjun begitu saja dari matanya.

XenaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang