HAPPY READING SEMUANYA!
***
Seorang gadis kecil tengah berlompatan ke sana ke mari menginjak genangan air di halaman rumah. Saking senangnya, tawa gadis itu membuncah hingga terdengar sampai ke dalam rumah. Anak laki-laki seusia gadis itu ikut bergabung meloncat-loncat di genangan air sampai suara deheman laki-laki remaja menghentikan mereka.
"Zenard, kamu mengajak Xenara basah-basahan? Mama bisa marah loh," tegur remaja itu. Menghampiri kedua adiknya yang nyaris basah kuyup terciprat genangan air hujan.
Anak laki-laki bernama Zenard itu melotot tak terima. Menunjuk ke arah gadis itu. "Aku gak ngajak, Isey yang ngajak."
Isey adalah nama panggilan khusus yang diberikan oleh Zenard untuk adiknya, Xenara. Sementara Xenara menggeleng merentangkan kedua tangannya manja ke arah kakak tertuanya. Walau basah dan kotor, sang kakak tertua tetap mau menggendongnya. Menyentil pelan kening Xenara sampai Xenara kesakitan.
"Aku gak ngajak Kak Zenard. Aku 'kan maunya main sendiri, kenapa Kak Zenard ikut-ikutan. Malah dia nyiram aku tadi," adu Xenara.
Xenard, kakak tertua menatap Zenard serius. "Minta maaf sekarang."
"Aku gak mau Kak Zenard minta maaf. Kak Zenard cuma mau main. Ayo masuk, kita makan bareng?" Xenara meminta diturunkan dari gendongan. Setelah turun, Xenara menemplok punggung Zenard.
"Isey! Berat!" keluh Zenard.
"Ayo kuda! Gendong Tuan Puteri masuk ke dalam!"
-
Zenard membuyarkan lamunannya. Akhir-akhir ini dia sering sekali mengingat masa lalu yang menyenangkan bersama keluarganya. Andai mendiang ibunya masih hidup, akankah keluarganya berkumpul dengan damai dan berbahagia?
Badannya tertunduk mengambil kotak berukuran sedang di bawah tempat tidurnya. Kotak itu merupakan barang peninggalan ibunya yang dia simpan selama bertahun-tahun tanpa menambah atau mengurangi. Aroma parfum ibunya masih bisa dihirup di kotak ini.
Foto-foto album, mainan terakhir yang diberikan ibunya, buku lama ibunya dan kanvas kering yang tergulung. Selama ini dia hanya menyimpan dan memperhatikan. Tidak pernah dia buka buku ataupun kanvas itu saking sakit hatinya. Hari ini dia membuka buku kusam. Kertasnya sudah menguning dan sedikit berjamur karena lembab.
Halaman demi halaman dia baca. Ibunya sering menceritakan kelucuan Xenara. Tidak hanya Xenara bahkan nama dirinya dan Xenard pun senantiasa terukir di sana. Membaca buku ini seperti ditarik kembali ke masa lalu. Itu yang membuatnya sakit.
Tepat di lembar ke-28 sehari sebelum kematian ibunya dia terdiam.
13 September
Aku mengetahui segalanya. Aku tahu. Xenara bukan putriku. Aku pikirnya Xenara adalah anak yang dititipkan di panti asuhan tapi ternyata suamiku menculiknya dari keluarga bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xenara
Ficção Adolescente"Satu hal yang perlu kamu tahu. Kamu bukan anak kandung Papa." Bagaimana jika tiba-tiba mendapatkan pernyataan seperti itu? Marah, kecewa atau sedih? Atau seperti ini, "Aku membencimu. Selamanya akan sangat membencimu. Kamu yang sudah membunuh ma...