AYANGNYA DAVEAN BALEK, happy reading ya
***
"Davean menceritakan semuanya?"
Devano menyesap teh hangatnya dahulu sebelum menyiapkan jawaban. Baru datang saja sudah ditanyai pertanyaan intimidasi. Kemarahan di wajah putranya tercetak sangat jelas. Jangan sampai cucunya terkena imbas karena melakukan sesuatu yang benar. Tidak baik menyembunyikan kebenaran darinya.
"Memang salah melakukan sesuatu yang benar?" tanya Devano dingin, menyimpan cangkir itu di meja.
"Sial," maki Davier kecil. Namun dengan suara sekecil itu masih bisa tertangkap oleh Devano lewat gerakan mulutnya.
"Kamu berani memaki di depan Daddy?"
"Tidak, aku memaki pada diriku sendiri. Seandainya Daddy tidak mencegahku, hari itu pasti aku sudah membunuhnya."
"Cih, ibumu tahu ini pasti dia akan mengamuk. Dengan membunuh pria bajingan itu apakah masalah akan selesai? Kamu akan mendekam di penjara, lantas bagaimana dengan istri, anak dan cucumu? Bagaimana dengan putri yang selama ini kamu sudah menganggapnya mati? Kedua tanganmu berlumuran darah, putrimu malah kecewa nantinya," ujar Devano mengejek. Bisa-bisanya putra yang amat sangat dia banggakan berpikir secara sempit. Negara ini adalah negara hukum.
Diusap wajah Davier kasar. Melemaskan semua badan yang beberapa jam ini kaku terbawa emosi ingin membunuh. Ini semua salahnya, berdamai dengan musuh. Devano sudah menasihatinya tapi dia tidak mendengar. Sekarang hasil dari perbuatannya sudah muncul. Tidak disangka hasilnya akan menyakitkan ini.
"Heinz memang terlalu bajingan untuk diajak berteman. Hatimu terlalu cepat luluh oleh sesuatu yang manis. Daddy selalu mengatakan luluhlah di depan keluargamu dan jadilah binatang buas di depan orang lain. Sekarang, lihatlah hasilnya?"
Menghela nafas kasar, menatap putranya iba. Terlalu banyak kejadian yang menimpa keluarga ini. Sampul yang terlihat bagus belum tentu isi di dalamnya juga bagus. Pantas akhir-akhir ini Devano merasa gelisah tak karuan. Tidurnya tak nyenyak seperti biasanya.
"Mengocehimu pun tidak ada gunanya sekarang. Istrimu sudah tahu?"
Davier menggeleng. "Aku tidak bisa memberitahunya sekarang. Entah segila apa jika ia tahu."
"Panggilkan Derius!" perintah Devano pada seseorang yang tengah berdiri di depan pintu.
Tidak lama kemudian Derius, orang suruhan Devano masuk ke dalam ruangan. Pria berambut gondrong itu membungkuk sebentar untuk memberikan salam hormat. Menyodorkan berkas kepada Devano dengan sopan.
Berkas itu dibuka, terdapat beberapa foto serta penjelasan. Dengan teliti Devano membacanya dan melihatnya secara menyeluruh. Sementara Davier menunggu sang ayah menjelaskan ulang atau bergantian menerima berkas itu.
"Beberapa hari lalu Xander dipenjara atas tuntutan kasus pembunuhan." Derius menjelaskan, sontak saja Davier terkejut.
Jadi, malam itu Davier datang ke rumahnya berniat untuk membunuh Xander tapi Xander tidak ada di rumah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Xenara
Teen Fiction"Satu hal yang perlu kamu tahu. Kamu bukan anak kandung Papa." Bagaimana jika tiba-tiba mendapatkan pernyataan seperti itu? Marah, kecewa atau sedih? Atau seperti ini, "Aku membencimu. Selamanya akan sangat membencimu. Kamu yang sudah membunuh ma...