Setelah lama vakum, akhirnya saya kembali lagi ke Wattpad. Tentunya saya membawa cerita baru. Masih Bhatia series. Selamat dibuat penasaran sama prolog🥰
*
*
WARNING! Cerita mengandung virus yang bisa membuat Anda jengkel, marah, kesal, nyesek dan lain sebagainya. Obatnya hanya satu yaitu 'menunggu' part selanjutnya. Selamat membaca*
*"Xenara! Papa kasih kamu kesempatan buat minta maaf. Sekarang berlutut dan minta maaf!"
Xenara memandang sang ayah tak percaya. Sesungguhnya dia muak dengan lingkungan toxic di rumah ini. Menurutnya rumah ini adalah neraka dunia. Mereka sengaja mematikan mentalnya secara perlahan-lahan agar hidupnya bisa dikendalikan sesuka hati. Tidak, dia tidak akan melakukan itu.
Baru saja Xenara ingin membuka mulutnya, tiba-tiba seseorang melempar koper ke hadapannya. Dua koper besar yang akhirnya terpelanting mengenai kakinya. Sakit, tentu. Namun Xenara berusaha untuk tetap biasa saja. Menunjukkan raut sedih sama saja menarik perhatian mereka agar menahannya lebih lama lagi berada di neraka ini.
"Biarkan saja, Pah. Itu maunya. Biarkan dia jadi gelandangan diluaran sana," seorang pria berkacamata tipis itu bersuara setelah melemparkan koper-koper itu. "Lagipula kehilangan dia tidak akan membuat keluarga ini kehilangan kejayaannya 'kan?"
Ah, bedebah itu.
Manusia berhati batu, sebelas-dua belas dengan ayahnya. Selama ini dia tidak pernah akrab dengan pria itu. Dingin dan arogan. Melihat wajahnya saja Xenara ingin meludah.
Xenard, kakak pertama Xenara. Memiliki jalan pikir yang sangat diluar logika. Ambisius dan sedikit gila. Ya, gila dalam mengejar karier.
"Benar kamu Xenard. Baiklah jika itu mau kamu Xenara. Tapi ingat, keluarnya kamu di sini berarti kamu sudah bukan bagian dari keluarga ini lagi," peringat pria paruh baya, setelahnya pergi meninggalkan Xenara yang masih diam saja dan Xenard yang sedang memandang kasihan Xenara.
"Kamu terlalu sombong, Xenara. Seolah kamu bisa menaklukkan dunia sendirian. Ingat, sampai detik ini pun kamu masih berlindung di balik nama keluarga ini. Cih." Xenard meremehkan. Berbalik pada hendak pergi juga. Namun baru beberapa langkah, dia berhenti lalu menoleh. "Satu hal yang perlu tahu. Kamu bukan anak kandung Papa."
Deg!
Bukan anak kandung?
Jadi selama ini ....?
KAMU SEDANG MEMBACA
Xenara
Ficção Adolescente"Satu hal yang perlu kamu tahu. Kamu bukan anak kandung Papa." Bagaimana jika tiba-tiba mendapatkan pernyataan seperti itu? Marah, kecewa atau sedih? Atau seperti ini, "Aku membencimu. Selamanya akan sangat membencimu. Kamu yang sudah membunuh ma...