05

2.5K 119 3
                                    

𝕄𝕒𝕗𝕚𝕒

.

.

.

.

Mingyu membuka pintu penumpang, Mingyu menempatkan Minghao dipangkuannya. Mengerti akan tatapan Bosnya, dirinya segera menutup akses pembatas antar pengemudi dengan penumpang.

"Menuju Villa"

Minghao hanya bisa menunduk pasrah pada pangkuan Mingyu, ia memeluk erat plushie kodok miliknya. Tidak berani hanya untuk sekedar mengangkat kepalanya. Birai bgagian dalam Minghao gigit dengan kuat hingga anyir darah begitu terasa di lidah.

Minghao benar-benar tidak tahu ia akan dibawa kemana. Air mata baru saja akan turun ketika Mingyu menyentuh kulit punggungnya. Ia semakin takut.

"Tatap mataku, Minghao"

Minghao meresponnya dengan gelengan pelan. Ia benar-benar tidak sanggup untuk menatap mata sang dominan karena auranya yang begitu mendominasi. Mingyu semakin murka, "Turuti perintahku, Xu Minghao" suara Mingyu merendah. Serak tersirat menahan gejolak emosi yang tidak ingin dibantah.

Dengan pelan, Minghao mengangkat kepalanya untuk menatap manik tajam Mingyu. Lekam naik turun kemudian rahangnya yang mengeras, bangir tinggi mengagumkan dengan bola mata yang menyorot tajam ke arahnya. Minghao menelan saliva susah payah.

"Kau tahu apa kesalahanmu, Minghao?"

Lagi-lagi Minghao menggeleng, menyatakan dirinya benar-benar bingung dan takut tanpa ampun.

"Kau hanya milikku. Selamanya. Hanya. Milikku."

Bilah tipis dipagut dengan rakus, Mingyu merasakan anyir darah dari birai mungil Minghao. Bukannya berhenti, hal itu justru membuat Mingyu candu. Gairah semakin tinggi. Jemari mulai masuk menelusupi, meremat kuat bongkahan si manis yang mengundang birahi.

Bidang Mingyu terpukul kuat ketika nafas Minghao mulai menipis. Minghao meraup oksigen hingga paru-puru terpenuhi. Ia benar-benar kehabisan nafas. Kening bersinggungan dengan deru nafas yang terpacu tinggi.

"Tubuhmu, dirimu, semuanya adalah milikku. Tidak ada satupun yang bisa menyentuhmu. Paham?"

Minghao hanya bisa mengangguk pasrah.

"Tapi kau akan tetap aku hukum..... sebagai jaga-jaga jika kau mengulangnya lagi"

Mingyu kembali meraup birai tipis Minghao yaang sudah membengkak. Bibir Minghao membuat Mingyu semakin candu seperti tidak ada habisnya rasa manis itu. Salah satu tangan Mingyu melepas kalung yang bertengger dilehernya hingga terputus.

Baju milik Minghao satu persatu mulai dilepas, sehingga mempertontonkan tubuh kurus dengan kulit pucat seputih susu. Dua tonjolan mencuat menggoda, tak ayal Mingyu mengerjainya dengan penuh sukacita.

"Akhhh, ahh- eunghh"

Tidak kuasa menahan―desah kedua tangan mendorong kepala sang dominan memperdalam kuluman pada salah satu bidang dengan bergantian. Mingyu menurunkan celana yang digunakan si manis. Tangannya meremat kencang sesekali memukulnya hingga meninggalkan bekas. Minghao berteriak, ia hanya abai.

MAFIA  [GYUHAO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang