Bab 1

13 0 1
                                    

Alsava Buana, nama itu kudapatkan dari ibuku yang sudah tiada. Ibu meninggal saat melahirkan ku, hal itu membuat Ayah dan Kakak perempuan ku membenciku. Ayahku bernama Hans Buana dan kakakku bernama Syifa Buana.

Aku dan kakak memiliki karakter yang berbeda, aku tipikel orang yang lebih suka kebebasan, sedangkan kakak lebih suka ketenangan dan diam diri di suatu tempat.

Sejak kematian ibu, Ayah begitu membenciku, bahkan menganggap ku sebagai putri sial. Pernah sekali ayah pulang dalam keadaan mabuk dan melihat ku, lalu ia memukuli ku dengan cambuk dan berkata

“ANAK SIALAN, HARUSNYA KAMU GA TERLAHIR DI DUNIA, SIALAN !!”.

Aku menjerit kesakitan dan menangis

“TOLONG YAH HIKS...! SAKIT HIKS...HIKS... AYAH LEPASIN AKU HUHU....HIKS...AYAH....!”.

Aku melihat kakak berdiri di balik pintu menatap diriku yang kesakitan, walaupun kakak membenciku, ia tetap menolong ku

“CUKUP AYAH ! CUKUP...! Ayah jangan buang tenaga ayah hanya untuk memukulinya”.

Sebenarnya aku tau kakak sedang berusaha menolong ku, aku tidak bisa mengatakan apapun dan hanya bisa berterima kasih di dalam hatiku.

Saat aku SMA, aku menyukai seorang laki-laki, namun ternyata kakak juga menyukai nya, tapi laki-laki itu malah menyukai ku. Karena tidak senang akan hal itu, kakak melaporkannya pada ayah.

Sepulang dari sekolah aku dipukul habis-habisan oleh Ayah, aku menangis namun di rumah itu, bahkan para pembantu tak ada yang menolong ku, aku merasa tersiksa tinggal di rumah ini, badanku di penuhi lebam dan juga darah.

Kakak seperti sangat puas melihatku yang seperti ini, kakak bahkan tidak menolongku lagi, hatiku sakit sekali, aku benar-benar membenci kakak dan Ayah sejak saat itu. Aku hanya menghabiskan waktu di kamar tanpa ada interaksi dengan orang luar, aku keluar jika laper dan pergi sekolah.

Sejak saat itu aku jarang sekali melihat Ayah dan Kakak lagi. Aku berharap Ibu ada disini melindungiku, namun aku tau itu sia-sia, karena sekeras apapun aku mau, ibu tak akan pernah kembali.

Aku sering mengunjungi kakek (ayah dari ibu), Kakek berkata aku mirip dengan ibu, aku berpikir apakah ini alasannya ayah selalu memukuli ku setiap saat. Namun aku sudah tak ingin tau mengenai hal itu, dan memutuskan untuk tinggal bersama kakek.

Aku bercerita pada kakek mengenai apa yang terjadi pada ku selama ini, kakek marah besar karena aku tidak memberitahukan kejadian itu padanya, lalu aku menenangkan kakek dan berkata

“tidak apa-apa kek, kan sekarang aku udah tinggal sama kakek, kakek jangan marah ya”.

Kakek memeluk ku dan menangis sambil berkata

“cucuku...maafin kakek karena tidak bisa melindungi mu”.

Aku menyeka air mata kakek sambil berkata

“jangan nangis kakek, aku tidak apa-apa, aku sayang kakek”.

Aku sudah hampir seminggu tidak di rumah, tapi tidak ada yang mengetahui bahwa aku tidak di rumah, bahkan satu telepon pun tidak masuk. aku Berpikir bahwa aku sudah benar-benar dibuang, sedih ? ia aku sedih namun aku harus melangkah maju.

******
Aku tinggal bersama kakek hampir 3 tahun sampai tiba saatnya aku kuliah. Kakek sering bertanya padaku, aku menyukai hal apa, dan kakek juga sering menyuruh ku untuk berkuliah sesuai keinginan ku. Aku suka sekali dengan desain fashion, akan sangat beruntung bagiku jika bisa berkuliah di Paris.

Aku mencari-cari di internet mengenai beasiswa di Paris dan akhirnya menemukan salah satu sekolah terkenal di Paris. Aku mulai menekuni pelajaran desain fashion.

Kakek memberiku sejumlah uang yang banyak dan menyuruh ku untuk pergi ke Paris dan mengejar mimpiku, Kakek bahkan menjadikanku sebagai ahli warisnya, namun keinginan ku bukanlah menjadi ahli waris kakek, melainkan cucu yang disayanginya saja sudah cukup bagiku.

Aku senang sekali hingga menangis dalam pelukan kakek. Aku menangis bukan karena sedih melainkan terharu, bagiku kakek seperti penolong yang dikirimkan Tuhan padaku, aku bersyukur masih ada kakek disini, aku berharap kakek berumur panjang dan selalu sehat.

Besoknya Kakek mengantarku ke bandara, ia bahkan sudah menyiapkan segalanya dari Tiket, Visa, Passport hingga apartment dengan atas namaku.

Alasan bagaimana kakek mampu membeli itu semua karena kakek adalah seorang pengusaha terkaya, namun kakek menyembunyikan identitasnya jadk tidak ada yang tau, bahkan ayah juga tidak tau mengenai hal itu, kakek hanya menceritakannya padaku.

Aku memeluk kakek untuk terakhir kalinya sebelum berangkat

“hiks...hiks...kakek...kakek harus jaga diri ya, tunggu aku pulang kek....”.

Kakek mengelus kepalaku dan berkata

“ia cucuku sayang, pergilah nak, pesawatnya sudah mau berangkat”

Aku berjalan dan melambaikan tangan pada Kakek
“dah kakek....”.

Siapa sangka hari itu adalah hari terakhir aku bertemu kakek, baru saja tiba disana selama sebulan, aku mendapatkan kabar mengejutkan, bahwa kakek telah meninggal. Hatiku sakit, aku tak bisa berkata-kata, aku duduk di dalam kamar yang gelap dan menangis di sudut kamar ruangan ku, hingga aku tertidur.

Tiba-tiba terdengar suara
“cucuku sayang, nak..., kemarilah sayang....”

Aku mengikuti suara itu dan itu adalah Kakek lalu aku menghampiri nya
“KAKEK !!, Aku kangen hiks...hiks...kakek mau kemana hiks....jangan pergi kek ....”

Kakek menjawab
“nak, kamu harus bangkit, jangan bersedih terus, kakek harus menemani ibumu, dia sudah menunggu”.

Aku menjawab
“ta...tapi kek hiks....kenapa kakek tidak membawaku juga ?”.

Kakek berkata
“ini bukan duniamu nak, pergi lah, mungkin ini adalah terakhir kalinya kamu bertemu kakek, jangan bersedih terus sayang, kamu harus tersenyum agar kakek bisa tenang ya”.

Aku memeluk kakek dan akhirnya terbangun. Ternyata aku bermimpi. Segera setelah itu aku memesan tiket pulang ke Indonesia.

Setibanya di Indonesia, aku ke rumah kakek, disana ada Ayah dan Kakak, terlihat mereka berpura-pura peduli. Aku tak suka melihat kehadiran mereka, rasa benci ini telah membungkus hatiku.

Setelah pemakaman Kakek, pengacara datang dan menyerahkan surat wasiat kakek. Pengacara itu membacakan isi surat wasiat kakek yang berisikan sejumlah uang dan juga rumah ini semuanya diserahkan dan diberikan kepadaku.

Ayah dan Kakak terkejut mendengar hal itu. Aku tidak tau apa yang akan mereka rencanakan lagi, aku sudah cukup lelah dengan perbuatan mereka.

Segera setelah mendengar hal itu, aku berencana kembali ke Paris, aku tidak ingin mereka tau aku ada di Paris jadi aku diam-diam kembali ke Paris tanpa diketahui mereka.

.
.
.

Gaess FYI, gambar cover novelnya udah hilang, jadi aku pakai screenshoot, kalo agak blur sorry semua pembaca setiaku 😂😂

Lose You Forever Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang