Bab 8

1 0 0
                                        

Ternyata berita mengenai hubungan antara Erastus dan Alsava telah sampai telinga ayah Alsava. Segera setelah itu, Ayah Alsava langsung memesan tiket ke Paris dan mencari alamat tempat tinggal putrinya itu.

Pagi hari Alsava terbangun karena ada suara bel berbunyi, jarang sekali ada yang datang pagi-pagi seperti ini di rumahnya, ia melihat ke arah samping, ada Erastus yang sedang berbaring di sampingnya, namun Alsava yang keburu menuju ke pintu tidak mempedulikan dirinya.

******
Bel rumah berbunyi mengisi suara di rumah itu, aku bergegas membuka pintu tanpa memperhatikan Erastus yang berbaring di sebelah ku.

Saat di depan pintu, betapa terkejutnya aku melihat ayah di sana, ingin rasanya aku kabur, tiba-tiba tangan besar dari belakang berkata
“buka saja, mari kita lihat apa yang ingin ayahmu bicarakan”.

Aku membuka pintu, terlihat ayah yang terkejut karena Erastus, ia pikir semua berita itu adalah palsu, nyatanya ia melihat Erastus sedang berada di rumah putri nya saat ini.

Aku mempersilakan ayah masuk ke dalam, ayah duduk di ruang tamu dan ia bertanya padaku.
“Sava..., sebenarnya apa hubungan kalian ?”.

Aku sedikit kebingungan, tidak tau mau menjawab apa, Erastus membantuku menjawab pertanyaan ayah.
“maaf tuan buana, Alsava dan saya adalah sepasang kekasih, dan Alsava akan segera menikah dengan saya”.

Ayah memegang kepalanya dan berkata
“saya tidak bertanya padamu, saya bertanya pada putriku. Sava jika kamu tidak mau menikah dengannya, katakan saja pada Ayah, ayah pasti akan membantumu mencari orang yang lebih baik nak”.

Aku heran, kenapa ayah tiba-tiba bersikap baik padaku, apa dia memiliki tujuan lain pikirku.
“ayah... aku menerima Erastus sebagai suamiku, dan satu lagi, sebenarnya tujuan ayah kesini ada apa ?, ayah masih memikirkan harta kakek ? atau ayah ingin warisan yang diberikan kakek padaku ?”

Ayah menjawab
“nak... bukan seperti itu, ayah sadar ayah jahat sama kamu dulu, ayah menyesal, ayah ingin memperbaiki hubungan kita, ayah minta maaf sama kamu ayah...”

Aku yang kesal dengan kata-kata manis itu, menyelah pembicaraan ayah.
“CUKUP ! CUKUP AYAH ! ayah tidak usah pura-pura, dan lagipula harta kakek sudah aku sumbangkan ke panti asuhan, aku juga menggunakan uang itu membangun sekolah dan rumah bagi mereka yang kurang mampu, jadi harta kakek sudah habis kugunakan”.

Ayah tidak terkejut sama sekali, ia malah berdiri dan memegang kepalaku.
“bagus nak, ayah bangga padamu, kamu tidak seperti kakakmu yang gila harta, ayah hanya ingin melindungi mu dan ayah ingin memperbaiki hubungan kita, ayah harap kamu bisa memaafkan ayah, ayah akan menunggu hingga kamu bisa memaafkan ayah”.

Ayah pergi dari rumah setelah berkata seperti itu, tiba-tiba air mataku menetes begitu saja, aku tidak tau apa yang sebenarnya sudah terjadi sejak kepergian ku saat itu.

Aku mengejar ayah, tapi ayah sudah tidak ada disana, aku menangis hingga terduduk di lantai, Erastus yang sedari tadi bersamaku, ia memeluk diriku, menggendongku masuk ke rumah.

Erastus mendudukkan ku ke sofa, ia mengambil segelas air putih untukku, aku yang masih menangis histeris seperti kebingungan, bertanya-tanya apa yang harus ku lakukan.
“hiks....huaa... apa yang harus kulakukan.... hiks... aku....aku... ”.

Erastus memelukku dan berkata
“tenanglah Sava, kau harus tenang, ini adalah keputusan mu, kau ingin memaafkan ayahmu atau tidak, jangan menekan dirimu seperti ini”.

Tanpa aku sadari, aku memeluk Erastus kembali dan memeluknya dengan erat, aku menangis tersedu-sedu di pelukannya, hatiku sakit sekali.

******
Alsava menangis terlalu lama, membuat dirinya mengantuk dan tertidur, hal itu disadari Erastus, lalu ia menggendong Alsava masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya ke tempat tidur.

Erastus menyelimuti Alsava dan membelai rambutnya sambil berkata.
“entah sudah berapa banyak penderitaan yang kamu alami, maafkan aku yang tak bisa berbuat apapun, aku akan membantumu sebisaku”.

Erastus mencium kening Alsava dan bersiap-siap pergi, ia meminta beberapa bodyguard berjaga di rumah Alsava, ia takut terjadi sesuatu pada Alsava.

******
Hari sudah menjelang malam, aku tidak tau sudah berapa lamu aku tertidur, dan aku baru sadar bahwa aku menangis di pelukan Erastus hingga tertidur, membuat wajahku menjadi memerah.

Tiba-tiba aku teringat ayah, dan ada suara bel berbunyi, segera aku membuka pintu, aku melihat Ayah berdiri di depan pintu sambil membawa beberapa makanan.

Aku memeluk ayah dan menangis di pelukannya, ternyata di belakang ayah ada Erastus.
“halo...”.

Aku langsung melepaskan pelukan ku dan mempersilakan mereka masuk.

Kami bertiga makan malam bersama, suasana begitu canggung aku benar-benar kebingungan harus berkata apa, jadi untuk mencairkan suasana ini aku mulai angkat bicara.
“ayah...”

Ayah berkata
“makan dulu baru bicara Sava, ayah selalu mengajarkan mu hal itu bukan ?”

Aku menjawab
“i...ia ayah”.

Selesai kami semua makan, aku membereskan dapur dan bergabung dengan mereka di ruang tamu.
“ayah... a.. aku memaafkan ayah”

Ayah terlihat senang dan berkata
“benarkah, apa kamu benar-benar memaafkan ayah ?”

Aku hanya menganggukkan kepalaku. Erastus di sebelah ku hanya senyum-senyum tidak jelas.
Tiba-tiba ayah bertanya.
“kapan kalian akan menikah ? ayah akan mempersiapkan pesta meriah untuk kalian”

Saat aku ingin menjawab, Erastus duluan menjawab ayah.
“segera tuan buana”

Ayah berkata
“jangan memanggil ku tuan, tapi panggil saja aku ayah. Tapi pastinya kapan ?”

Erastus berkata
“bagaimana kalau satu bulan lagi yah ?”

Ayah tampak setuju dan berkata
“hemm boleh juga, ayah ingin segera bertemu dengan orang tuamu”

Erastus menjawab
“baik ayah...”.

Aku jadi bingung, aku tidak tau mau berkata apa, Erastus seperti serius untuk menikahiku, dan ayah juga setuju.

Aku menyuruh ayah untuk menginap saja di kamarku malam ini, dan aku akan tidur di ruang studioku.

Saat ayah masuk kamar, aku mengajak Erastus berbicara di ruang studioku.
“kenapa kamu berkata seperti itu pada ayah ? harusnya kita jujur saja”.

Erastus mendekati ku, ia memegang wajahku dan berkata
“aku serius untuk menikahimu, jadi menikahlah denganku”.

Aku menghempaskan tangannya dan berkata
“aku tidak butuh hanya kata-kata, lagipula aku tidak mencintaimu, dan satu hal lagi, jangan seenaknya menyentuh ku, aku bahkan tidak tau seluk beluk tentangmu, konyol sekali jika kamu berkata ingin menikahi ku”.

Erastus seperti menahan amarahnya, lalu ia menghela nafas dan tersenyum.
“hemm... tidak apa jika kamu masih belum menerima ku, tapi aku harap kita bisa menikah dan hari ini aku melamar mu untuk kesekian kalinya nona Buana dan kau menolakku lagi dan lagi”.

Aku menjawab nya
“maka dari itu, aku mohon jauhi aku, aku tidak mau membuang waktumu dan menyakiti hatimu, cukup aku yang menderita dan kau jangan, aku yakin kau akan menemukan orang yang tepat, dan aku yakin kamu adalah orang yang baik tuan Erastus Harrison, aku akan mengantarmu ke depan”.

Erastus menahan lenganku dan memblokir gerakan ku, kini tatapan kita berdua cukup dekat, bahkan hidung kita saling menempel, ia berkata
“aku harus bagaimana agar kau mencintaiku ? apa yang kurang dariku ? kenapa ? KENAPA !”.

Aku kaget saat Erastus berteriak
“a..aku...”.

Erastus melepaskan genggaman tangannya padaku dan berkata
“sudahlah, aku tidak mau mendengar nya lagi, sebulan lagi kita menikah, aku pulang”.

Aku yang terkejut berkata
“aa.. APA ?!.. TU.. TUNGGU !”.

Erastus pergi begitu saja, aku benar-benar tidak tau harus bagaimana lagi, pikiran ku saat ini benar-benar sangat lelah dan kacau.

Aku memeriksa ke kamar dan melihat ayah yang sudah tertidur lelap jadi aku menutup pintu perlahan dan masuk ke ruang studioku untuk berisitirahat disana.

Lose You Forever Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang