Bab 1 : Leo si Pangeran Usil

1.5K 55 0
                                    

Suara gedoran keras di pintu rumah yang berulang-ulang memaksa Cindra membuka kedua matanya. Tapi ia enggan untuk bangun. Dibiarkannya saja suara itu terus bergema semakin kencang hingga dinding kamarnya terasa ikut bergetar. Ia tak perduli. Ia sudah hafal siapa pelakunya. Satu-satunya orang di dunia ini yang tak rela jika ia bisa menikmati harinya sebentar saja tanpa dirinya. Ditunggunya lagi beberapa saat hingga akhirnya suara itu pun menghilang. Sambil tersenyum Cindra kembali memejamkan mata. Melanjutkan mimpi indahnya yang terputus bersama pangeran tampan berkuda putih.

"Woi, Cinderella! Banguuuun!"

Tapi kenapa suara itu dekat sekali? Cindra kembali membuka mata. Dan terbelalak mendapati wajah menyeringai sang pengganggu sudah berada di jendela kamarnya yang terbuka. Entah bagaimana ia bisa membukanya.
"Astaga! Leo?!" Jeritnya. Buru-buru dirapatkan tubuhnya dengan selimut. Tapi kemudian dilemparkannya kembali saat menyadari ternyata ia masih berpakaian sama seperti tadi malam. Saat ia membantu Mama menyiapkan pesta Mami Renata, Ibunda cowok usil itu.

"Makanya bangun pemalas! Udah siang!" Kini Leo berusaha membuka daun jendela lebar-lebar dan sengaja membiarkan udara dingin menyergap masuk ke dalam kamar.

Cindra menatap jam di pergelangan tangannya. Masih pukul tujuh pagi.
"Mau ngapain sih, Leo? Masih pagi!" Ditatapnya wajah Leo dengan kesal, lalu kembali menarik selimut untuk membungkus seluruh tubuhnya yang kedinginan. Udara pagi itu benar-benar sangat dingin setelah semalaman diguyur hujan lebat.

"Berenang, yuk?" Leo membuka sedikit selimut yang menutupi wajah Cindra sambil mengedipkan mata usilnya.

"Enggak! Aku baru tidur jam tiga, Leo! Dan hari ini aku kan, libur!" Sergah Cindra sambil menarik kedua kakinya hingga meringkuk.

"Ya, aku tahu! Makanya aku mau ngajak berenang, habis itu sarapan bareng. Kita akan bersenang-senang hari ini."

"Aku enggak mau berenang. Dan hari ini aku mau 'me time' seharian. Jangan ganggu!"

"Ya, udah kalau begitu kamu enggak usah ikut berenang. Temanin aku aja!" Paksa Leo lagi.

"Ya, Tuhan, Leo! Kamu kan, berenangnya di dalam rumah? Mami Papi kamu kan, ada?"

"Tapi aku mau berenang di pool outdoor. Biar seger! Ayo cepetan!"

"Dingin begini kamu mau berenang di luar?" Akhirnya Cindra benar-benar melempar selimutnya. Tiba-tiba saja rasa kantuknya sudah menguap. Ia tahu, cowok manja ini tidak akan berhenti mengganggunya hingga ia menuruti keinginannya. Dipaksanya tubuhnya bergerak lalu duduk bersandar di sandaran tempat tidurnya yang kecil. Dipandanginya Leo yang kini sudah duduk di ujung tempat tidur. "Tumben banget berenang di air dingin? Cuacanya juga dingin. Nanti hidung kamu mampet lagi!" Tukasnya.

"Ini tuh enggak dingin pemalas. Makanya cepetan bangun!" Suara Leo kini terdengar kesal.

Cindra menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memang tidak pernah punya privasi di rumah ini. Meski ia faham rumah yang ditempatinya bersama Mama adalah paviliun rumah keluarganya, tapi ia dan Mama sudah menempatinya selama sepuluh tahun lebih. Seharusnya Leo mengerti jika mereka berdua sudah bukan anak-anak lagi. Mereka sudah beranjak dewasa. Dan orang dewasa butuh privasi.

Tapi ia juga tahu si usil ini selalu saja mencari-cari alasan untuk mengganggu hidupnya. Padahal biasanya dia selalu berenang di kolam air hangat di dalam istananya yang nyaman. Dan dia juga tahu Hari Minggu adalah hari liburnya. Dan ia berhak menikmati satu hari penuh untuk dirinya sendiri tanpa harus melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan Sang Pangeran manja ini.

Tapi Leo memang tidak pernah suka melihatnya bersenang-senang tanpanya. Meski pun hanya sekedar tidur. Buat Leo hidupnya tidak boleh lebih menyenangkan dari hidupnya yang membosankan. Dan mengganggunya adalah satu-satunya cara menghilangkan kebosanannya selain bermain game online.

Cinderella Tanpa PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang